📍Chapter 6

8.5K 692 2
                                    

Seminggu berlaru, saat ini Daraya tengah melakukan meeting dengan Tim Alpha, Tim Gamma dan tangan kanannya Kenan di ruang kerjanya yang ada di mansion.

Jika kalian tanya dimana Langit dan Cheryl, keduanya telah pulang sejak Daraya kembali beberapa hari lalu dari misinya untuk bermain bersama para tikus itu. Dan si kembar sudah berangkat dari tadi pagi dianterin supir pribadinya Daraya.

"Persiapannya sudah selesai?"

"Sudah. Hanya tinggal memulai pembersihan saja."

"Okay. Berangkat sekarang."

Daraya dan Kenan berangkat bersama dengan Kenan sebagai supir, sementara tim Alpha dan Gamma mengikuti dengan mobil lain di belakang.

Saat sampai di sekolah, mereka sempat dihadang oleh satpam yang bertugas, untungnya Kenan dapat meng-handlenya dengan cepat.

Jika tidak, bisa dipastikan nyawa satpam itu akan melayang karena saat ini Daraya sedang dalam mood yang buruk saat mengetahui ternyata cukup banyak guru yang yang melakukan tindakan tercela seperti pelecehan seksual terhadap muridnya atau melakukan kekerasan kepada beberapa anak tanpa orang tua lengkap dan beberapa anak dari latar belakang biasa, termasuk si kembar yang menjadi salah satu korban kekerasan itu.

Sesampainya di parkiran, Kenan langsung menuntun bosnya ke ruang kepala sekolah sementara tim Gamma sudah melakukan tugas mereka untuk membawa orang-orang yang terlibat ke ruangan kepala sekolah. Sedangkan tugas tim Alpha adalah untuk melakukan pembersihan sisanya bersama Kenan nantinya.

Brak!

"Tuan Bambang. Tanpa basa basi, mulai hari ini jabatan mu sebagai kepala sekolah saya cabut. Terimakasih atas tindakan korupsi dan penyalahgunaan jabatanmu, saya hampir mengalami kerugian besar."

Bambang, kepala sekolah botak dan gendut itu yang awalnya ingin marah karena seseorang mendonrak pintu ruangannya secara tidak sopan, langsung gelagapan saat melihat siapa yang datang menemuinya.

"P-pak! Tidak bisa begitu! Saya mohon pak jangan pecat saya, maafkan saya pak!" Pintanya sambil bersujud sambil memegangi kaki Daraya.

Saat hendak menjawab, Tim Gamma datang membawa sekitar kurang lebih 10 guru yang melakukan tindakan kekerasan, 15 yang melakukan korupsi dan 5 orang guru yang melakukan pelecehan seksual.

"Tuan, kami sudah membawa mereka. Dan wanita ini adalah guru yang sering melakukan tindakan kekerasan kepada tuan muda Levka dan tuan muda Lesta."

Tim Gamma mendorong beberapa guru itu untuk bersujud di hadapan Daraya. Semuanya pria kecuali guru yang menyiksa kedua anaknya.

Dengan emosi yang sudah berada di puncak, tanpa kehilangan ketenangannya, Daraya mencengkram dagu satu-satunya guru wanita itu dengan kencang. Bahakan sepertinya rahan wanita itu dapat dipastikan retak.

"Jadi kau. Wanita murahan yang menyiksa kedua anakku. Dilihat dari sudut manapun kau tidak cocok menjadi guru yang patut dicontoh oleh muridnya."

PLAK!

"Jalang sialan. Karenamu anakku memiliki respon traumatis saat disentuh!"

PLAK!

"Kau, orang luar beraninya melakukan kekerasan kepada anakku!"

PLAK!

"Aku saja orang tuanya tidak pernah bermain tangan pada anakku, sialan!"

PLAK!

"Hanya karena istriku telah tiada kau dengan seenaknya membully anakku?!"

PLAK!

"JALANG SIALAN!"

DOR!

DOR!

DOR!

KYAARRRGHHHH!

HIKS! HIKS!

Tiga peluru berhasil bersarang di kedua paha dan bahu wanita itu. Daraya sengaja menghindari bagian perut karena tahu wanita itu sedang hamil. Dia memang bersalah, tapi anaknya tidak. Daraya bukanlah bajingan yang dengan teganya membunuh bayi yang bahkan belum lahir itu.

"Tim Gamma. Bawa dia ke laboratorium milik Vasha. Beritahu anak itu untuk membuatnya tetap hidup sampai bayi dalam kandungannya lahir dengan sehat. Setelahnya terserah mau di apakan. Oh, kalian bebas tugas 3 hari setelahnya."

Daraya membuang sarung tangan hitamnya sembarangan. Mengabaikan pekerja lain yang sudah beringsut ketakutan di lantai mendengar suara tamparan dan tembakan.

"Tim Alpha."

"Bersihkan sisanya. Kenan, jangan lupa urus keluarga mereka dan para lalat yang suka ikut campur itu."

Dengan langkah ringan, tanpa memperdulikan apakah ada cipratan darah yang menempel di bajunya atau tidak, Daraya berjalan kearah gedung SD dimana kelas kedua anak kembarnya berada.

.

.

.

Tbc

DARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang