📍Chapter 16

5.3K 540 20
                                    

Awas oleng 🫣


.



.



"Baby..."

Para remaja itu sontak menoleh ke rumber suara sexy itu dengan ekspresi wajah yang sama. Yaitu memerah tanpa sebab. Kecuali beberapa orang tentunya seperti si kembar, Cheryl dan Langit yang sudah biasa mendengarnya dan Rigala yang mengingat siapa pemilik suara itu.

"DADDY!"

Si kembar berseru senang kala mendapatkan sang daddy menghampiti mereka dan menatap penasaran kearah anak kecil lain yang tangannya di genggam oleh sang daddy.

"папа, кто он?"
(Daddy, dia siapa?)

Lesta bertanya sambil memiringkan kepalanya sedikit. Memandang Sava dengan penasaran.

"Это ребенок, которому папа помог прошлой ночью."
(Dia adalah anak yang semalam daddy tolong.)

"Sava. Kamu perkenalkan lah dirimu." Ucap Daraya. Sava sendiri menatap Daraya yang juga menatapnya lalu mengangguk pelan.

"Um... Ha-halo. Namaku Savannah Kala Ku- ah, maksud ku... Savannah Kala. Kalian bisa memanggilku Sava..."

"Halo Sava! Aku Lesta dan yang ini kembalanku Levka! Umulmu belapa? Lev dan aku 6 tahun!"

"Aku 8 tahun."

"Wah! Jadi Sava lebih tua dua tahun! Kalau gitu, boleh tidak aku dan Lev memanggil Sava abang?"

"Um. Boleh."

"Waaah, terimakasih!" Lesta dengan senang memeluk Sava sedikit erat membuat bocah itu meringis dengan reflek karena lukanya tertekan.

"Baby, boleh di lepas pelukannya? Itu Savanya kesakitan..." Ucap Daraya ketika ia sadar ekspresi linu yang di tunjukkan anak itu dan juga entah kenapa insting daddy protektifnya kambuh saat Lesta memluk Sava.

"Upsie... Maaf abang, Les tidak belmaksud menyakiti abang."

"Um. Tak apa." Sava tersenyum kecil sambil mengelus pucuk kepala Lesta saat anak itu sudah melepaskan pelukannya.

Keadaan kantin ramai seketika karena momen menggemaskan keduanya. Bahkan beberapa ada yang mimisan ketika melihatnya.

Saking gemasnya, mereka bahkan tak sadar ada dua orang yang sudah mengeluarkan aura tak sedap selama menyaksikan interaksi Sava dan Lesta.

Jika kalian menebak dua orang itu adalah Daraya dan Levka, kalian betul sekali! Bapak dan anak ini memang sama-sama posesif terhadap Lesta.

Langit yang menyadari aura gelap keduanya pun segera mengalihkan perhatian Sava dan yang lain kepadanya dengan berdeham.

"Halo, Sava! Nama kaka Langit Sabiru Fernandez. Sava panggil abang Langit ya."

"Kalau kaka namanya Cheryl Lombardy. Kamu bisa panggil ka Ryl."

"Rigala Skyler. Panggil gua abang Gala."

"Kemabaran Langit. Lintang Samudra Fernandez. Abang Lintang."

"Gerald Atmajaya, panggil abang Ge."

"Kevin Mahendra. Panggil aja ka Kev."

"Fauzan Rizaldi. Sava mau panggil abang Ojan atau abang Ijal juga boleh."

"Zulfikar Ashraaf. Fikar."

"Gua Jacob Kingsley. Panggil Jac."

"Halo cil. Gua Marcello Julius Kim. Lo bisa panggil gua hyung Marcell atau Cello."

"Halo juga, ababg, kaka, hyung." Sava mengangguk pelan sebagai salam hormatnya.

"Daddy! Daddy!"

"Ya, baby?"

"Dad! Les mau jalan-jalan dulu sebelum pulang boleh? Sekalian kita belanja baju buat abang Sava!"

Daraya terdiam mendengar penuturan Lesta yang cukup perhatian dengan bocah bau ini. Bibirnya menarik senyum bisnisnya dan ujungnya sedikit berkedut. Pertanda ia kesal.

"Ah! Baby Lesta, kenapa baby ga coba tanya Sava dulu? Siapa tahu Savanya lelah dan ingin langsung pulang." Sela Langit yang peka dengan aura gelap Daraya dan Levka yang semakin memberat.

"Ung... Mommy benal! Abang Sava... Abang mau jalan-jalan tidak? Nanti kita beli baju balu yang sama dan balang-balang yang lain!"

Sava sendiri sebenarnya peka dengan situasi saat ini. Paman Daraya dan Levka terlihat kesal karena Lesta memusatkan perhatiannya padanya. Dia jadi sedikit bingung mau menjawab bagaimana.

Jika dijawab ya, keduanya pasti semakin kesal. Tapi jika di tolak, pasti akan lebih parah.

'Huft. Sudahlah terima saja.' Batin Sava

"Ah... Y-ya..."

"Asyikk!!"

"Pftt-"

Mereka menatap Rigala yang sedang menahan tawanya dengan memalingkan muka sambil menutup mulutnya.

Alis Daraya berkedut. Ia sadar dengan jelas. 'Anak itu mentertawakannya.' Pikir Daraya.

"Brat. Berhenti tertawa."

"Aku tidak tertawa tuh. Mungkin pendengaranmu terganggu."

"Mana mungkin. Saya masih muda."

"Aku tak bilang kau sudah tua tuh."

"Ck. Terserah lah."

Daraya menatap si kembar dengan tatapan hangatnya. "Baby, ayo berpamitan dengan mereka. Kita harus segera pergi sekarang."

"Huh, memangnya kenapa halus cepat-cepat daddy?"

"Daddy mu yang lain akan kembali ke Rusia. Penerbangannya sebentar lagi."

"Eh, secepat itu?"

"Hm. Vasha dan Ganya akan tinggal di rumah."

"Benalkah?! Abang Vasha dan abang Ganya akan tinggal belsama kita?"

"Ya. Kamu tak ingin membuat mereka menunggu bukan?"

"Ung! Kalau begitu ayo pelgi sekalang!"

Daraya terkekeh pelan dan mengusak pucuk kepala Lesta dengan lembut. "Kalau begitu, ucapkan sampai jumpa pada mereka."

"Ung! Mommy, kaka cantik dan abang-abang yang lain, Lesta dan Levka juga abang Sava pulang dulu ya!"

"Hahaha, Hati-hati cil."

"Hati-hati."

"Brat. Datang lah ke mansion nanti malam. Aku sudah memberitahu Vasha, dia bilang ingin mendiskusikannya langsung denganmu."

"Oh. Oke. Thanks paman. Nanti aku datang skalian ingin numpang makan malam."

"Terserah. Ayo baby kita pulang."

Si kembar pun berjalan kearah Langit dan memeluk pemuda itu lalu mencium pipinya membuat pemuda itu sedikit tertegun.

"Mommy, kita pulang dulu yaa."

"Ya, hati-hati baby."

Daraya melihat adegan itu pun hatinya sedikit menghangat. Tanpa sadar tangannya mengusak pucuk kepala pemuda itu dengan lembut.

"Jika bosan, berkunjung saja ke rumah. Cheryl dan yang lain juga jangan sungkan."

"U-um."

Daraya terkekeh pelan. Ia puas melihat reaksi yang ditunjukkan Langit. Sementara yang lain mulai menggoda remaja itu membuat wajahnya yang sudah memerah semakin memerah.

"Yasudah, saya pulang dulu."

"Y-ya. Hati-hati om."

"Hm."

.

.

.

Tbc

DARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang