015

618 73 1
                                    

Kian hari,  keluarga kecil Elzion semakin harmonis. Bahkan Elzion sendiri, sering meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama mereka.

Seperti yang dikatakan oleh para pujangga,  cinta muncul karena terbiasa. Kini, Aletha pun mulai menyimpan rasa pada kakak ipar nya itu. Sudah berkali-kali ia membantah dan mencoba menepis perasaan itu. Tapi, semuanya tak bisa. Apakah ini salah?

"Lex, kita minum malam ini?" tawar Elzion yang memberikan pesan melalui ponselnya.

Aletha yang tengah fokus pada komputer itu langsung terhenti.

"Di mana?" jawab nya.

Elzion pun tak membalas lagi. Hingga waktu jam kantor selesai tiba.

Knock.. knock.. knock..

"Masuk!" titah Aletha.

Seseorang pun datang menghampiri Aletha.

"Nyonya, tuan sudah menunggu. Nyonya silahkan berkemas" singkat Rion.

Aletha pun mengernyitkan dahi nya, "sekarang?"

"Iya nyonya"

"Ya sudah, kamu duluan saja. Sebentar lagi saya akan menyusul"

Rion pun meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Aletha membersihkan diri, dan me touch up make up nya.

Elzion mengajak Aletha pergi ke sebuah hotel bintang lima yang ada di sana. Mereka memesan sebuah hotel dengan Deluxe class.

"Bagaimana hari ini? Cukup melelahkan?" tanya Elzion seraya menuangkan sebuah wine pada gelas milik Aletha.

"Lumayan, hari ini banyak investor datang. Yah walaupun baru sekedar survei"

"Itu pasti melelahkan. Sebaiknya diringankan saja" ucap Elzion menyerahkan segelas wine yang terisi penuh.

Mereka pun melakukan chers sebelum menengguk minuman itu.

"Berapa persen alkohol di sini?" tanya Aletha yang sedikit merasakan pusing.

"Ini kualitas terbaik, persentase nya pun cukup banyak"

"Pantas saja"

"Apa kau merasakan pusing?"

Aletha pun mengangguk.

Semakin lama, mata Aletha mulai menggelap di setiap sudutnya. Suara Elzion mulai senyap tak terdengar.

Mata Aletha mulai terbuka perlahan. Ia tercekat, karena saat ini ia sudah terbaring di atas ranjang. Ditambah lagi, saat ini ia menggunakan sebuah piyama yang sangat tipis.

Aletha mencoba mengingat kembali apa yang terjadi. Tapi, ia tak bisa. Ia tak mengingat apapun.

Elzion datang menghampiri Aletha dengan balutan handuk.

"Sudah bangun?" tanya nya.

"Apa yang terjadi El?" cemas Aletha.

"Hm? Maksudmu semalam?"

"Iya, apa yang terjadi semalam! Mengapa aku tak bisa mengingat apapun!" ucap Aletha meninggikan intonasi nya.

"Calm down sayang. Bukankah semalam kita sangat menikmati itu?" santai Elzion.

Aletha sangat tercekat, ia tak menyangka Elzion akan melakukan hal seperti ini.

"Berani nya kamu El? Kamu tahu aku lagi mabuk, gak sadar! Bisa-bisa nya ya kamu!"

"Lex, sebelumnya saya sudah tanya kamu. Dan kamu bersedia. Apa kamu keberatan? Kita kan suami istri" ucap Elzion yang duduk di samping Aletha.

"Sorry El, aku mau sendiri dulu" ucap Aletha yang langsung pergi ke kamar mandi.

Aletha benar-benar menyesal. Ia tak tahu harus bagaimana lagi. Ia tahu, walaupun ia menyukai Elzion, tapi ini sudah kelewatan. Ia tak seharusnya melakukan ini.

Air mata Aletha perlahan mulai berjatuhan. Ia berusaha menutupi mulutnya agar tak bersuara.

"Ma-af kak" lirih Aletha.

Aletha mulai menjauhkan diri dari Elzion. Ia tak ingin hubungan ini semakin jauh.

"Ma, aku gak mau melanjutkan ini" ucap Aletha mengeluh ke mama nya.

"Kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba kayak gini?" sinis Mama.

"Ma, aku takut. Aku takut ma, aku capek" ujar Aletha yang terisak.

"Takut kenapa sih? Apa yang kamu lakukan?!"

"Kita udahin aja ya ma? Aku gak mau"  rengek Aletha.

"Kamu ngomong apa sih? Kita udah sejauh ini! Nanti nya semua akan sia-sia!" gertak sang Mama.

"Ma, letha minta maaf. Letha khilaf ma" ucap Aletha seraya memegang kedua tangan mama nya.

Seolah mengerti apa maksud dari Aletha, sang Mama langsung melepaskan genggaman itu.

"Keterlaluan! Mama pikir, kamu adalah gadis baik-baik saja! Tapi apa? Kamu tega let!" ucap sang Mama yang langsung meninggalkan Aletha.

Aletha terpaku. Seluruh tubuhnya lemas tak bisa digerakkan. Ia tahu, mama nya pasti sangat marah dan kecewa. Karena ia pun juga merasakan hal yang sama.

Aletha menjauhkan diri dari keramaian hari ini. Ia pergi ke sebuah danau yang menjadi langganan nya untuk menenangkan diri.

Ia merenungkan, langkah apa yang seharusnya ia lakukan selanjutnya. Apakah ia harus mengatakan pada Elzion sejujur nya?

"Lex, kamu ke mana? Mengapa kamu tega melakukan ini pada ku Lex?" Lirih Aletha.

Drrt.. Drtt.. Drrtt...

Sebuah panggilan masuk dari Elzion. Aletha pun mencoba menghapus air matanya. Dan mengangkat panggilan itu.

"Ada apa El?" tanya Aletha.

"Kamu di mana? Saya datang ke kantor mu tidak ada"

"Saya sedang di luar El"

"Di sebuah mall?"

"Mall? Enggak tuh"

"Enggak? Lantas siapa yang aku lihat? Dia persis seperti mu"

"Mungkin hanya mirip El. Ya sudah ya? Aku ada urusan lagi"

"Hm, yaudah. Jangan malam-malam pulang nya" ujar Elzion.

Aletha pun memutuskan panggilan itu.

Saat ia ingin memasukkan ponselnya ke dalam tas, Aletha teringat sesuatu.

"Seseorang yang mirip dengan ku? Apakah itu Alexa?!" tebak Aletha.

Ia pun segera merapihkan perlengkapan nya, dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Mall terdekat dari kantor ku adalah Royal mall. Pasti dia ada di sana!"  Yakin Aletha yang menancapkan gas mobil nya.

Sesampainya di sana, Aletha langsung berkeliling berlarian di mall itu. Berharap, Alexa belum pergi dari sana.

Karena frustasi, Aletha pun pergi ke ruang CCTV untuk memantau. Dan benar saja, di lantai 2 terlihat Alexa yang sedang terduduk sendirian di sana. Aletha pun langsung berlari menuju tempat itu.

Namun sayang, ketika ia berada di tempat  yang Alexa duduki. Ia sudah tak ada di sana. Aletha sungguh kecewa, ia benar-benar kecewa.

Untuk menghilangkan rasa letih nya, Aletha pun duduk di kursi yang sama. Ia menengguk sebuah air mineral botol yang ia bawa.

Sebuah tangan, melingkar di pinggang Aletha. Ia sangat terkejut, apalagi setelah mendengar nya berbicara, "maaf Lex. Aku terlambat. Kamu pasti capek ya?" bisik nya di telinga Aletha.

Aletha pun langsung menengokkan kepala nya, ia sangat tercekat ternyata seseorang yang memeluk nya adalah laki-laki yang tak asing bagi nya.

Di sisi lain, Aletha melihat Alexa yang sedang berdiri di sebelah selatan. Ia terpaku, melihat laki-laki itu memeluk Aletha.

Sebatas Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang