021

586 66 0
                                    

Aletha kembali ke rumah nya dengan perasaan gelisah. Sebenarnya ia tak ingin pulang, dan ingin menemani Kenzi saja. Tapi, Elzion menolak itu. Ia menyuruh Aletha untuk pulang dan beristirahat. Kata nya, ia bisa menjaga Kenzi sendiri.

Aletha selalu memantau kondisi Kenzi melalui Rika dan dokter Alif.

Hari telah usai, dan kini Aletha harus berangkat jauh lebih siang dikarenakan jadwal nya yang berputar.

Sebelum ia mendapatkan jadwal piket, Aletha menyempatkan diri untuk menjenguk Kenzi. Dan ternyata, ia sudah siuman.

Aletha merasa lega dan senang. Ia pun memberikan Kenzi sebuah makanan kesukaannya.

"Terima kasih Tante. Akhirnya, ken bisa makan masakan Tante lagi" ucap Kenzi kegirangan.

"Kamu harus cepat sembuh ya? Tante janji deh, kalau Ken cepat sembuhnya. Nanti Tante bawakan banyaakk sekali makanan untuk Kenzi"

"Janji ya tann?" ucap Kenzi yang mengacungkan jari kelingkingnya.

"Iya, Tante janji deh"

Setelah berbincang cukup lama bersama Kenzi, Aletha pun memutuskan untuk mengakhiri nya. Dikarenakan ia harus bekerja juga. Walaupun Kenzi melarang, tapi itu tak mengubah keputusan Aletha.

Aletha segera pergi ke ruangannya. Dan melakukan pekerjaannya seperti biasa bersama Rika. Dan tepat jam 3 sore, ia dan Rika langsung pergi ke ruang operasi.

Operasi ini, bisa dibilang operasi besar. Karena membutuhkan beberapa ahli. Seperti dokter Alif dan juga Direktur kami yang kebetulan juga seorang dokter bedah.

Operasi ini, adalah operasi pengangkatan tumor. Tumor yang dialami oleh pasien, sudah menginjak stadium 4. Dan memang, untuk menjalankan operasi ini sangat beresiko. Tapi, ini sudah permintaan dari keluarga pasien. Jadi, kami harus berusaha semaksimal mungkin.

Sebenarnya, dari awal operasi Aletha sudah merasa takut. Namun, ia harus menepis perasaan itu dan harus tetap optimis. Ia yakin pada dirinya, Alif dan juga Direktur. Mereka pasti bisa menuntaskan ini.

Setelah 6 jam berada di ruang operasi, akhirnya operasi itu usai juga. Dan tumor juga berhasil di angkat dari otak pasien. Namun, kendati demikian pasien harus menjalani kemoterapi untuk penyembuhan.

Aletha bersama Alif, mampir sebentar ke kantin untuk beristirahat. Mereka mengambil secangkir kopi untuk merileks kan diri.

"Ini sudah larut, apakah kau ingin pulang sendiri?" tanya Alif.

"Sepertinya begitu, memangnya kenapa?"

"Jika tak berani, aku bisa mengantar mu. Atau, kau bisa menginap di sini. Lagi pun, besok kan jadwal mu siang hari"

"Ah tidak usah, aku bisa pulang sendiri kok. Tenang saja"

"Baiklah kalau begitu. Jika ada apa-apa, hubungi aku ya?"

"Eum, pasti!"

"Ya sudah, aku harus pulang duluan. Bye!" ucap Alif yang beranjak pergi.

Sedangkan Aletha, ia masih terduduk di kursi itu. Sembari menatap ke arah luar jendela.

"Belum pulang?" tanya sosok laki-laki yang menghampiri Aletha.

"Belum"  

"Ini sudah larut, sebaiknya menginap saja" saran Elzion.

"Tidak bisa, ayah ku pasti akan khawatir"

"Biar saya hubungi" ucap Elzion yang mengambil ponsel nya.

Melihat tindakan Elzion, dengan spontan Aletha merebut ponsel nya.

"Jangan! Biar saya saja yang menghubungi nya!"

Sebatas Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang