022

581 68 3
                                    

Tepat jam 12 siang, Aletha kembali ke rumah sakit untuk menjalankan tugas nya. Yap, hari ini jadwal nya dokter Alif yang masuk pagi.

Langkah demi langkah ditapaki oleh Aletha. Entah mengapa, hari ini ia sedikit gembira.

Aletha menyapa seluruh staff dan karyawan yang ia jumpai di sepanjang jalan.

"Cerah banget nih kayak nya?" tanya dokter Alif.

"Hehe, iya nih"

"Oh iya, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan"

"Ada apa?"

"Jadi gini, ini gak tahu hanya perasaan saya atau bagaimana ya? Tapi saya rasa, hari ini Rika kurang fokus. Dia banyak melakukan kesalahan. Maka dari itu, saya ingin kamu membuktikan kecurigaan saya ini. Kalau memang benar, tolong lah tanyakan pada nya ada apa. Secara kan, kalian sesama wanita. Mungkin dia lebih nyaman" ungkap dokter Alif yang tampak serius.

"Benarkah? Padahal tadi pagi saya lihat dia biasa saja"

"Tadi pagi?"

"Eh, maksud saya kemarin"

"Kan kemarin. Saya berbicara tentang hari ini"

"Iya iya deh. Nanti saya amati"

"Baik, terima kasih. Kalau gitu, saya duluan!"

"Hati-hati ya?"

"Yoi!"

Dokter Alif pun meninggalkan ruangan ini.

Selama melayani pasien, memang benar. Rika seperti nya kurang fokus. Terbukti saat saya meminta menyediakan infus dia malah memberikan sebuah suntikan vaksin.

Selain itu, ia juga sudah beberapa kali salah memanggil nama pasien. Dan urutan nya. Hingga, pasien banyak yang komplain.

Sebelum pulang, Aletha meminta waktu dengan Rika. Ia mengajaknya mengobrol 4 mata di kantin dengan meminum secangkir coklat panas.

"Rik, sebenarnya kamu ada masalah apa? Saya lihat kamu kurang fokus hari ini. Dan, dokter Alif juga demikian. Ia mengatakan kamu banyak melakukan kesalahan cukup fatal hari ini. Ia segaja memendam dan tak bertanya. Karena takut menyinggung kamu"

"Saya minta maaf. Saya hanya letih saja. Saya janji, besok gak akan saya ulangi lagi"

"Harus itu! Dan kalau boleh tahu, kamu ada masalah apa? Coba cerita sama saya. Siapa tahu, saya bisa bantu"

Ketika mendengar itu, Rika menatap Aletha dengan sangat dalam. Dan seketika dia menangis.

Aletha bingung, mengapa Rika tiba-tiba menangis? Ia pun mencoba untuk menenangkan nya.

Setelah cukup tenang, Rika pun memberanikan diri untuk berbicara.

"Anak saya sedang sakit keras Leth. Ia sudah dirawat dari kemarin.  Namun, kondisi nya terus menurun. Saya bingung harus bagaimana"

"Jadi, tadi pagi kamu .."

"Iya, saya berbohong. Sebenarnya saya habis mengecek informasi. Bukan karena saya berangkat pagi"

"Memangnya, anak kamu sakit apa?"

"Sejak kecil, dia hanya menggunakan satu ginjal Leth. Ginjal yang satu tak berfungsi. Dan sekarang puncak nya"

"Astaga, saya ikut prihatin ya? Saya tidak mengetahui itu"

"Tak apa Leth. Saya yang harusnya lebih profesional"

"Apakah ginjal ayah nya tidak cocok?"

"Ayahnya, dia meninggalkan ku ketika aku hamil Leth. Anak ku, adalah satu-satunya yang ku punya. Dari semua keluarga ku yang membuang ku, dia satu-satunya yang aku miliki" tangis Rika pecah.

Sebatas Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang