28

2.8K 233 0
                                    

"Emh..!"

Rasa sakit menyelimuti seluruh tubuhku. Nyeri dan kaku membuatku sulit untuk bergerak. Entah sudah berapa lama aku terpuruk dalam ketidaksadaran ini. Kini, aku terbangun dan menyadari bahwa aku tengah terbaring lemah akibat perburuan yang mengerikan waktu itu. Iblis sialan! Ini semua karena mereka.

Mengerjabkan mata mencoba beradaptasi dengan cahaya yang tiba tiba masuk, rasanya sangat terang menusuk mata. Tidak lagi aku ketahui waktu saat ini. Jam berapakah sekarang? Masih pagi? Siang? Ataukah sudah malam?

Duke yang tertidur dengan posisi tertunduk sadar akan adanya suara dan pergerakan. Dia membuka paksa matanya yang terasa berat untuk memastikan praduganya. Dan, dia melihat Irish telah membuka mata, wajahnya meringis kesakitan. Dalam keadaan masih linglung, dia beranjak mendekat ke ranjang Irish. 

Duke merasakan getaran emosi, campuran antara lega dan khawatir, "Lyn...k-kau sadar?" suaranya serak dan bergetar, matanya merah dan berkaca kaca. Duke memang baru saja bangun tidur, dia berharap bangunnya Irish bukanlah bagian dari mimpinya.

"A..ayah?"

Bukan mimpi, suara yang telah lama hilang terbungkam rapat itu, kini terdengar kembali. Dan kata pertama yang terucap adalah panggilan untuknya?

"Hm. Ini ayah nak. Apakah sangat sakit? Ingin ayah panggilkan tabib? Apa yang tidak nyaman? He-hei..ada apa?" bermacam pertanyaan Duke berikan, namun segera terhenti saat melihat wajah Irish yang berderai air mata. Seketika dia menjadi panik, lebih panik saat Irish mencoba bangun. Dan tangan bergetarnya berusaha untuk terulur kearahnya.

"Ayah..hiks..!" aku mencoba bangkit, namun sulit, kaku dan sakit.

"Ada apa?" Duke mendekat dan hendak membantu Irish.

Grep!!

Terkejut? Ya, benar-benar di luar dugaannya. Irish ingin menggapai Duke, dan saat jarak di antara mereka tersentuh, dia memeluk erat tubuhnya. Air mata mengalir, disertai sebutan namanya yang terucap berulang. Kebingungan menyelimuti pikiran Duke, namun dia memilih untuk menenangkan Irish terlebih dahulu. Dengan lembut, dia membalas pelukan itu dan mengusap punggungnya yang sempit nan rapuh.

"Ayah...hiks..!"

"Ya. Ini ayah nak. Menangislah...!"

"Hiks... Huwaa...!"

Irish menangis tak terkendali, air matanya mengalir deras seperti hujan malam. Setiap tangisan membawa deru emosi yang tak terbendung. Duke merasakan denyut yang sama, hatinya terguncang.

Manik matanya kembali berkaca-kaca, sesak napas menghimpit dadanya. Deru nafasnya tidak beraturan, seolah-olah mencari kelegaan dari beban emosi yang membelenggu. Dia merasakan sakit Irish seperti luka di hatinya sendiri.

Cukup lama Irish menangis dengan Duke yang senantiasa memeluk dan mengelus punggungnya, saling berbagi perasaan dan mencari ketenangan.

"Ayah.." dengan wajah masih berderai air mata, aku melepas pelukan dan menatap Duke.

"Hm?"

"Aku...pulang.." setelahnya kembali memeluk Duke, membenamkan wajah didada bidangnya.

Meski bingung, Duke tetap membalas pelukan Irish. "Ya. Selamat kembali."










* * *

Part Of Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang