10. Diserang

844 141 5
                                    

Caine pergi keluar dari kamar Echi. Agil menyuruhnya untuk berkeliling kastil apabila ia merasa bosan.

Saat berkeliling, ia berhenti disebuah pintu. Dari luar, tercium bau obat. Caine yang merasa penasaran pun membuka pintu itu.

Betapa terkejutnya ia melihat Gin yang sedang duduk menunggu Echi bersama perempuan berambut putih lainnya.

"Gin?!" panggil Caine dengan terkejut.

Yang dipanggil pun menoleh. Mata merah Gin yang secara tidak sengaja menyala membuat Caine membeku.

"Masuk aja." ucap Gin dengan santai.

"Oh iya, cewek sebelah gue namanya Aenon. Temen deketnya Echi." Aenon yang disebut namanya pun tersenyum menatap Caine.

"Halo, gue Caine."

Saat Aenon ingin mengulurkan tangannya, Gin menghalanginya. Caine yang paham pun tersenyum lembut.

"Jangan jabatan tangan kalo Rion belum bangun." ucap Gin pada Aenon.

"Hah? Apa hubungannya?" tanya Aenon.

"Lo ga ngerasa Aura yang ngelilingi Caine aura punya siapa?" Gin pun melemparkan pertanyaan pada Aenon yang bertanya pada dirinya.

"Hm... Kaya punya papi sih.. Dia Caine yang itu?" Gin mengangguk.

"Seberapa banyak Rion cerita tentang gue ke kalian??" ucap Caine sambil memijat keningnya.

"Saking banyaknya lo ga akan ngira kalo dia tau semua hal tentang lo." Caine terkejut.

"Semua?!" Gin mengangguk.

Tak lama, terdengar suara lain. Ternyata itu adalah Echi yang terbangun. Aenon yang bersemangat sampai mendorong Gin hingga hampir bersentuhan dengan Caine.

Caine dengan sigap menghindar dan Gin pun terbentur tembok dengan kuat. Untungnya mereka bukan manusia jadi mereka tidak akan mati hanya diperlakukan seperti itu.

"Lo kalo ngelempar tenaganya jangan maksimal lah!" seru Gin kesal.

"Maaf ga sengaja hehe." ucap Aenon dengan wajah tak bersalahnya.

Lalu, Jaki dan Krow tiba-tiba masuk kedalam kamar Gin. Caine terkejut namun orang-orang didalam kamar bereaksi biasa saja.

"Gimana keadaan lo chi?" tanya Krow.

"Lumayan. Kenapa kesini? Eh, oh ada mami."

Saat menjawab pertanyaan Krow, ia melihat ke samping Aenon dan tersadar bahwa ada Caine. Echi refleks memanggil nya mami membuat semua orang terkejut.

"Kenapa kaget? Kan bentar lagi emang bakal jadi mami kita." ucap Echi bingung.

Jaki tertawa kecil sedangkan Krow menghela nafasnya. Caine menggaruk leher belakangnya tidak gatal, ia merasa canggung dengan suasana saat ini.

"Oh iya, bentar lagi papi bakal sadar. Caine, gue diminta lo buat ke kamar papi sama Pak Sui." ucap Krow tanpa basa basi.

"Kenapa emang?"

"Papi kalo habis sakit, bangun-bangun dia bakal nyerang sembarang orang. Tapi karena dia udah terikat sama lo, jadi dia bakal ngegantungin peran lo disana." balas Jaki

"Gue harus ngapain?" tanya Caine

"Lo deketin dia tanpa niat membunuh juga dia bakal tenang. Lo punya aura yang sama kaya papi, jadi bakal aman kata gue." imbuh Krow.

"Oke." Caine pun keluar dari kamar Gin lalu pergi ke kamar Rion.

♠♠♠♠♠♠♠•♠♠♠♠♠♠♠

"Pak Sui." yang dipanggil menoleh.

"Oh masuk aja. Maaf sekali lagi, tapi nanti kamar Rion bakal kita kunci pake rantai emasnya Funin. Jadi kalo semisal ada hal yang bakal menjadi bahaya bagi lo, rantainya bakal retak dan Funin sama Elya bakal nyelamatin lo." jelas nya pada Caine.

"Separah itu Rion kalo ngamuk?" Pak Sui mengangguk.

"Yang jelas, kalo emang lo dalam bahaya, rantai emasnya Funin bisa ngasih sinyal ke kita." Caine mengangguk.

Setelah Caine masuk kedalam kamar Rion, pintu pun tertutup dan dikunci oleh Funin. Caine dapat mendengar suara beberapa orang dari luar kamar Rion.

Ia pun mengalihkan fokusnya pada Rion lalu mendekatinya. Setelah beberapa menit ia berdiam, Rion mulai menunjukkan pergerakan bahwa dia bangun.

Namun tak disangka, saat Rion bangun, ia langsung mencekik Caine dan mendorongnya ke lemari buku di kamarnya.

Caine meringis saat punggungnya menghantam lemari itu. Ia mencoba melepas cekikan itu namun ia tak bisa. Genggamannya terlalu kuat untuk manusia biasa sepertinya.

"Rion.. Kenzo.. Ini gue!" Caine langsung mengarahkan tangannya ke kepala Rion dan meninjunya.

Mereka berdua terjatuh dan cekikan Rion mulai mengendur. Caine langsung mundur dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya sambil batuk.

Rambut ungu Rion kini berubah menjadi putih dan matanya mulai berubah ungu. Arti bahwa menandakan Rion berubah menjadi sosok Raja yang tak bisa ia lawan.

Tak lama suara rantai pecah dan pintu kamar Rion terbuka lebar. Agil, Funin, Elya, dan Echi masuk membantu Caine menghadapi Rion yang mengamuk.

"Mami, ayo keluar dulu." Echi menyentuh tubuh Caine, ia merasakan sedikit panas namun tangannya tak terbakar.

"Bentar! Lepasin dulu gue, ada yang belum selesai." ucap Caine pada Echi.

Echi menuruti Caine. Ia melepaskan pegangannya pada Caine dan meminta kain pada Pak Sui untuk menutupi lukanya.

Caine mencari sesuatu yang tajam agar bisa melukai nya. Saat menemukan pisau kecil yang terlihat cukup tajam, Caine mengambil nya dan menggores telapak tangannya.

Caine menatap darahnya yang keluar cukup deras hingga menetes ke lantai. Beberapa anak mulai menutup hidungnya, mereka tetap tidak bisa menahan apabila bau darah masuk ke dalam penciuman mereka.

Caine menggeser Funin dan Elya lalu ia menerjang Rion yang berdiri menatapnya dan mengarahkan tangannya ke mulut Rion dengan cepat.

Ia merasa bahwa darahnya seperti sedang diminum, Rion perlahan berubah kembali. Rambut putihnya kembali menjadi ungu gelap dan matanya berubah menjadi sedikit gelap.

Rion pun terjatuh dan tertidur. Semuanya menghela nafas lega. Pak Sui masuk kedalam kamar Rion dan mengobati luka Echi serta Caine dengan cepat.

"Udah, sisanya biar kita yang urus. Mia, Echi, bawa Caine ke kamar kalian. Makoto sama Riji panggil kesini." ucap Agil.

"Bentar, Riji?" tanya Caine memastikan.

"Banyak hal yang belum lo tau ya?" Agil terkekeh.

"Nanti gue kasih tau, sekarang lo keluar dulu."

Echi dan Mia langsung mengajak Caine pergi ke kamar Echi. Sejenak, Echi lupa bahwa dikamarnya ada Exu.

"Eh, ke kamar lo aja ya Mi?" tanya Echi tiba-tiba.

"Kenapa? Gara-gara Exu? Udah, ke kamar lo aja. Exu udah ga separah yang tadi." ucap Caine meyakinkan.

"Nanti mami kalo terluka gara-gara kak Exu gimana?" tanya Mia sedikit khawatir.

"Nggak, tenang aja." Mia dan Echi pun mengangguk lalu segera pergi ke kamar Echi.

Tbc

btw, maaf ya kalo author up nya sering kemaleman atau malah 2 hari sekali. Ya begini deh, kebiasaan jam tidur berantakan wkwkw.

Selamat menikmati~

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang