7. Membaur

881 139 1
                                    

"Can anyone help me?!"

Rion memasuki aula dari kastil dan vampir lainnya langsung berbaris berdiri di samping kanan kiri menyambut Rion.

"Kenapa malah lo bawa ke sini si Caine?" tanya Gin pada Rion.

"Tanya nya nanti aja, panggil Sui kesini." perintah Rion pada Gin.

Gin langsung menghilang dalam sekejap dan kembali membawa Sui dalam beberapa detik setelahnya.

"Sembuhin dia. Caine kena efek dari tatonya." Sui mengangguk lalu ia menyentuh kulit Caine yang terasa panas.

"Gue cuma bisa nyembuhin demam nya, kalo tato nya dia butuh darah lo biar bisa sembuh total." balas Sui.

"Buat apa darah gue?" Rion memasang wajah bingungnya.

"Tato nya bakal muncul dan ngasih peringatan kalo semisal salah satu dari lo berdua dalam bahaya. Dengan kata lain, Dari awal lo minum darahnya si Caine, tato yang ada di lo sama di Caine cuma bisa dinormalin atau disembuhin pake darah lo berdua." jelas Sui.

"Gue coba dulu."

Rion memanjangkan salah satu kukunya lalu menggores tangannya cukup dalam lalu meneteskannya pada tato Caine yang menyala dengan terang.

Seperti yang dikatakan oleh Sui, setelah diberi beberapa tetes darahnya, tato Caine mulai menyatu kembali pada warna kulitnya.

"Caine, masih sadar ga lo?" tanya Rion sedikit cemas.

"Masih.. Dikit." balas Caine yang sedang lemas.

"Echi sama Selia, bawa si Caine ke kamarnya." ucapan dari Rion membuat Caine merasa sedikit terkejut.

Ia memaksa membuka matanya dan melihat ke arah dua perempuan yang berdiri didepannya sekarang.

"Bentar... Selia?? Pacarnya Riji?" yang ditanya mengangguk dalam diam.

"Lo... Jadi alasan si Riji pucet juga gara gara lo..." Selia hanya diam menatap Caine lalu ia membopong Caine bersama Echi menuju kamarnya.

♠♠♠♠♠♠♠•♠♠♠♠♠♠♠

Pagi hari tiba, seperti biasa. Caine selalu terbangun di kamarnya, namun kali ini dia mengingat beberapa kejadian yang terjadi semalam.

"Jadi itu bukan mimpi..." ucap lirih dari Caine.

Caine langsung bangun dan bersiap pergi ke sekolah. Ia bertemu dengan Gin dijalan, tapi anehnya ia tak disapa oleh Gin. Caine sedikit heran, tetapi ia tak memusingkannya.

Sesampainya Caine di sekolah, ia bertemu dengan Exu dan Riji. Caine menoleh kanan kiri seperti mencari keberadaan temannya yang satu lagi.

"Arhan kemana?" Exu menggeleng lemas.

"Gue dari kemarin juga nyariin dia ke rumahnya, tapi gue ga liat dia ada di rumah. Tadi pas gue samper juga, rumahnya kosong." balas Exu.

"Paling ada acara keluarga. Btw, kalian lihat Gin tadi? Kayanya ada yang aneh. Ga biasanya anak yang suka banyak tingkah kaya Gin bisa jadi pendiem gitu." sahut Riji disebelah Caine.

"Gue tadi juga ketemu Gin dijalan. Tapi pas sampe di parkiran, gue ngelihat si Gin ditarik sama Jaki ke kelasnya Rion. Gatau deh, biarin aja dulu." balas Caine.

Mereka pun menunggu kembalinya Gin sembari berbincang-bincang. Tak lama, pintu kelas terbuka menampilkan Gin yang baju dan rambutnya acak-acakan.

"Lo habis ngapain sampe begitu?" tanya Caine.

"Abis gelut dikit sama Jaki. Cari gara-gara sih tuh anak." jawab Gin, ia pun mengeluarkan sisir dari tasnya dan mulai merapikan rambutnya yang berantakan.

"Gue mau ngajak lo nginep dirumah gue, sekali-kali nginep sambil nobar." lanjut Caine setelah melihat Gin sudah selesai merapikan dirinya.

"Nginep? Ga usah, ntar malem keluarga gue ada yang pulang. Kita mau nyusul dia." balas Gin.

"Kita?" tanya Exu.

"Kita, keluarga gue kan---"

"Ya keluarga dia lah, xu. Masa lo gatau?" potong Caine dengan tidak sabarannya.

"Oh, yaudah deh. Btw, lo ada lihat Riji tadi? Katanya mau nyamper ke Selia tapi sampe sekarang belum balik." ucap Exu.

"Papasan sih, paling juga bentar lagi tuh." balas Gin.

Benar saja, Riji pun datang dengan wajah yang sedikit berantakan dan dibibirnya terdapat sesuatu berwarna merah.

"Bibir lo kenapa, ji? Jangan bilang lo kissing sama Selia bru--"

"Mata lo. Ini kena jus tomat nya adek kelas yang gak lihat jalan." potong Riji.

"Ah masa sih? Kok yang kena jusnya cuma bibir lo? Bohong ya?" goda Exu sambil menyenggol bahu Riji.

"Berisik lo ya."

Caine diam dan melihat kearah pintu terus menerus.

"Arhan katanya ga masuk, sakit." ucap Gin yang seolah tau isi pikiran Caine.

"Sakit? Tapi dirumah kok ga ada?" Gin memutar bola matanya malas.

"Soalnya dia dibawa ke rumah keluarga besarnya makanya lo gatau." jawab Gin.

"Oh yaudah. Ntar ayo nonton balap, dideket gang rumah gue ada balap tuh." ajak Exu ke teman-temannya itu.

"Boleh deh, mumpung lagi kosong juga jadwal gue nanti." balas Caine.

"Kalo Caine ikut gue ikut." ucap Gin dan Riji sambil merangkul bahu Caine.

"Yeu, giliran Caine ikut lo berdua langsung antusias." cibir Exu pada Gin dan Riji.

"Kalo ga ada Caine, ga ada yang bisa gue ajak gibah. Lo kalo di tempat balap selalu jadi ikutan balapan." jawab Gin dengan ekspresi kesalnya. Riji pun mengangguk setuju

"Yaudah, ntar tengah malem pas balapnya. Jangan telat biar bisa nonton sampe akhir." Caine dan Gin mengangguk.

♠♠♠♠♠♠♠•♠♠♠♠♠♠♠

Malam tiba, Gin, Caine, Riji dan Exu sudah berada di tempat balapan akan dimulai. Mereka duduk di kursi pinggir jalan sambil menunggu balapan dimulai.

"Bentar, itu kek Rion ga sih?" potong Exu ditengah pembicaraan mereka.

"Mana?" tanya Caine sambil mencari-cari.

"Itu loh!! Lo panggil namanya pasti dia bakal notice lo!" balas Exu dengan kegirangan.

Nanun, meskipun tak dipanggil, Rion tetap menoleh kearah Caine berada. Riji diam-diam menatap kearah Caine yang pandangannya sedang terfokus pada Rion.

"Caine, sejak kapan lo punya tato? Gila keren nih. Tatonya mawar merah darah." perkataan Riji membuat Caine terkejut.

Exu sontak ikut menoleh dan melihat ke Caine. Benar saja, tato Caine itu terlihat indah. Entah kenapa, padahal Caine biasanya menggunakan turtleneck.

Caine langsung mencari jaketnya. Sebelum ia sempat memakai jaketnya, sebuah hoodie dipasang ke tubuhnya. Ia menoleh ternyata Rion sedang berdiri didepannya menatap dirinya sedikit tajam.

"Lo ngapain disini? Mau ikut balap juga?" tanya Rion.

"Kagak, Exu ngajakin nonton balap. Gue cuma ikut aja, soalnya ga ada jadwal juga sih." Rion mengangguk.

"Ga Perlu ditonton sampe selesai. Kalo balapnya dah mulai, lo langsung pulang aja. Exu sama Gin, lo disini dulu." mereka bertiga hanya saling memandang bingung.

"Gue?" Rion menoleh kearah Riji yang bersuara.

"Bentar lagi pacar lo kesini, dah pulang aja sama dia." Riji mengangguk.

Setelah itu, Rion kembali ke motornya dan balapan langsung dimulai begitu Rion kembali.

Benar saja, Riji langsung disusul oleh Selia. Sedangkan Caine harus pulang karena sudah jam 1 dini hari.

Ia berpamitan pada Exu dan Gin lalu kembali pulang ke rumahnya. Caine merasa bahwa dalam perjalanan ia merasa diawasi oleh seseorang namun, ia tidak memusingkannya dan langsung melaju ke rumahnya dengan cepat.

Tbc

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang