12. Sesuatu yang Familiar

856 152 0
                                    

"Oh, ada apa ini kok kumpul disini?" seseorang berambut kuning datang dengan wajah bingungnya bersama perempuan berambut putih disampingnya.

"Oh, Made sama Aenon. Rion tadi hampir ngamuk gara-gara Alpha mancing emosi nya dia. Untung aja ada Caine yang bisa ngatasin Rion." ujar Jaki pada kedua orang yang baru datang itu.

"Akhirnya lo balik, udah berapa lama gue ga lihat lo? Lo makin jelek aja." ejek Arhan dengan wajah usilnya itu.

"Wah ngajak berantem lo? Orang cakep kek gue lo kata jelek." Aenon menghela nafasnya.

"Udah napa. Btw, Echi mana?" tanya Aenon yang sadar bahwa dirinya tak melihat Echi di ruang utama.

"Oh, tadi sama adeknya ke kamar. Kayanya sih istirahat." Aenon mengangkat satu alisnya saat mendengar jawaban dari Elya.

"Hah? Adek?" tanya Aenon kebingungan.

"Lo tau kan dulu si Echi pernah punya kembaran tapi hilang, nah itu dia. Namanya Exu, lo samperin aja deh. Ntar juga sadar kalo Exu emang kembarannya Echi." sahut Selia dari sudut ruangan.

"Oh, oke." Aenon pun dalam sekejap menghilang.

"Sel, itu si Riji lo ajak ke kamar coba. Dah cape itu, liat matanya." ucap Key sambil menunjuk Riji yang terlihat sudah hampir tertidur dalam posisi berdiri.

"Gue ke kamar dulu ya."

Selia pun meninggalkan semua orang yang sedang berkumpul itu ke kamarnya.

♠♠♠♠♠♠♠•♠♠♠♠♠♠♠

Caine terbangun di kamar Rion yang memiliki nuansa gelap itu. Ia bangkit dari tidurnya sambil memegangi kepalanya. Setelah kejadian dimana Rion hampir melakukan perang bersama para Serigala, ia tiba-tiba jatuh dan pingsan.

"Oh, udah bangun ternyata. Sana mandi." ucap Rion yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Oke..." balas Caine yang masih sedikit lemas.

Rion menatap Caine agak khawatir karena responnya begitu lemah. Ia duduk di kasurnya menunggu Caine selesai mandi.

Setelah menunggu beberapa menit, Caine keluar dengan bajunya yang sudah terpasang rapi di tubuhnya.

"Hari ini anak-anak gue ada yang pulang setelah 3 bulan gak kesini. Lo mungkin mau menyapa mereka?"

Caine mengangguk. Wajahnya yang sedikit pucat itu menambah kekhawatiran Rion. Saat Caine berjalan, ia hampir saja terjatuh karena tersandung kakinya sendiri jika tak ditangkap oleh Rion.

"Lo kenapa?" Caine hanya menggeleng.

Rion memutar tubuh Caine dan melihat bahwa tato mawar milik Caine menyala dengan sangat terang, bahkan lebih terang dari yang biasa ia lihat.

"Lo anemia. Duduk dulu, biar gue kasih darah gue." Caine menoleh ke arah Rion patah-patah.

"Darah... Lo? Gimana caranya..?" tanya Caine yang semakin lemas.

"Lo mau tidur atau duduk dalam kondisi sadar?" tanya Rion mengalihkan pertanyaan dari Caine.

"..." Caine tak menjawab, ia hanya fokus pada sakit kepalanya yang semakin lama semakin tak karuan.

Rion langsung membawa Caine ke kasurnya dan menidurkan pria itu agar terasa nyaman.

"Sleep."

Caine pun langsung tertidur setelah mendengar suara telepati dari Rion.

Rion dengan cepat menggigit leher Caine dan menyalurkan darahnya. Setelah sedikit lama ia memberikan darahnya, Rion menarik wajahnya dan melihat bahwa tato mawar Caine bukannya meredup tetapi semakin menyala.

"Sial, maunya apa?!" Rion merobek telapak tangannya dan meneteskan darahnya pada tato milik Caine.

Untungnya, mawar itu mulai meredup dan menyatu kembali dengan warna kulit Caine. Ia menghembuskan nafasnya lega setelah melihat itu.

Tetapi, yang lebih tidak dia sadari bahwa dirinya secara tidak sengaja memberikan darahnya pada Caine yang seorang manusia dan merubahnya menjadi Vampire.

♠♠♠♠♠♠♠•♠♠♠♠♠♠♠

Rion duduk di singgasana miliknya dan menatap teman-temannya yang sedang bergurau.

"Rion, lo apain si Caine?!!" ucap Agil yang seperti habis berlari menghindari sesuatu yang berbahaya.

"Si Caine anemia, gue kasih darah gue." Agil dan Sui yang tidak sengaja mendengarnya pun menepuk jidatnya.

"Rion, lo lupa?! Manusia kalo kena darah lo bakal jadi Vampire liar! Gila ya lo?!!" teriak Agil dari lantai atas.

"..."

"Sialan!" Rion langsung melesat menuju kamarnya dan membuka pintu itu dengan kasar.

Dibelakang Rion, seluruh anggota melihatnya termasuk Exu, Arhan, Gin, Riji dan Made yang baru saja sampai.

"Cuma lo yang bisa nenangin dia, Rion. Kita semua gabisa masuk ke kamar lo." ucap Krow sembari menyentuh pintu kamar Rion.

Salah satu jarinya langsung membeku dengan sihir es berwarna merah yang sepertinya berasal dari Caine.

"Ini bukan punya gue..." ucap Rion dengan pelan

"Atribut gue api, itupun warna nya bukan merah."

"Kalo gitu, emang dia harusnya bisa ditenangin dengan adanya keberadaan lo." balas Pak Sui.

"Rion, buruan. Dia makin ga terkendali. Kalo gini terus, Caine bakal beneran jadi Vampire liar." ucap Funin yang terus mendesak Rion.

Rion pun memasuki kamarnya dan pintu langsung tertutup otomatis. Rion merubah dirinya menjadi wujud Vampire nya dan berdiri menatap Caine dengan tatapan tajamnya.

Caine menatap Rion dengan wajah ganasnya, ia menyerang Rion namun bisa ditangkis oleh sang Raja.

"Caine." panggil Rion.

Perlahan Rion mulai mencairkan es yang ada di kamarnya lalu menatap Caine yang waspada.

"Caine!" Rion memanggilnya dengan sedikit keras.

Pandangan Caine mulai tidak fokus, tangan kanannya memegang kepalanya sedangkan tangan kirinya mengarahkan es yang tajam ke arah Rion.

"Comeback, Caine! Ini bukan wujud lo!" ucap Rion sekali lagi dan kali ini Rion berhasil membuyarkan fokus Caine.

Dengan cepat, Rion melelehkan es di tangan Caine lalu menusuk leher Caine dengan kukunya dan berusaha untuk mengontrol tindakan impulsif Vampire Caine.

Setelah itu, Rion menarik tangannya dan dengan sigap menangkap Caine yang terjatuh pingsan.

Pintu kamar Rion pun terbuka dengan sendirinya, Echi dan Mia langsung mendekati Caine dengan wajah khawatirnya.

"Makoto mana?!" teriak Rion dengan lantang.

"Disini." balas Makoto dengan cepat.

"Atur suhu yang ada disini jadi normal lagi. Ini terlalu panas buat Caine yang atributnya es." ucap Rion.

Makoto pun diam dan menutup matanya. Ia menyentuh dinding kamar Rion dan suhu di ruangan itu pun kembali seperti semula.

Rion pun meletakkan Caine dikasurnya dan menyelimuti nya. Echi dan Mia duduk di samping kasur sembari menatap Caine yang tertidur pulas.

"Funin, kunci dia dulu. Sampai dia bisa tenang." Funin mengangguk dan ia mengarahkan tangannya pada Caine lalu melilit rantai emas miliknya pada tubuh Caine.

"Semuanya keluar."

Tbc

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang