Caine duduk cukup lama di kamar Echi. Sambil menunggu Exu bangun, ia melihat lihat kamar Echi. Cukup bagus karena kamarnya terdapat lemari yang berisikan buku.
Caine beranjak dari duduknya lalu membaca judul judul buku yang berada di lemari itu.
Tak lama, Caine merasakan pergerakan di belakangnya. Saat ia menoleh, Caine melihat bahwa Exu sudah bangun tetapi matanya berubah. Mata coklatnya itu berubah menjadi ungu sedangkan rambut ungunya yang gelap itu menjadi semakin terang.
"Bentar, gue kira yang bisa ngubah lo jadi Vampire cuma Rion... Jangan bilang??" Caine mundur hingga punggungnya membentur lemari buku itu.
Exu dengan ekspresi wajah nya yang dingin itu langsung menyerang Caine. Entah bagaimana Caine bisa menghindarnya, pergerakan Exu seperti melamban hingga dirinya bisa menghindar dengan cepat.
"Gue ga mau nyakitin lo, jadi mending lo berhenti, xu." ucap Caine.
Tetapi, Exu tak mendengarnya. Caine terus menghindar dan tak menyentuh Exu. Ia takut bahwa Exu akan mengalami hal yang sama saat ia menyentuh Echi.
Lalu, saat Exu ingin menusuk Caine, sosok perempuan berambut merah berdiri didepannya dan menghentikan Exu. Pria berambut merah muncul dan berdiri dibelakang Exu lalu memukulnya hingga pingsan.
"Gue dateng karena ada bau baru yang masuk ke kastil. Ternyata dia, siapa yang ngubah manusia ini jadi Vampire tanpa seizin Rion?" ucap Pria berambut merah dengan mata merahnya.
"Lo tau sesuatu, manusia?" tanya perempuan berambut merah dihadapannya.
Caine benar-benar bingung. Dua orang dihadapannya ini terlihat kembar, apa mereka yang dibicarakan oleh Agil tadi?
"Oh, lupa. Gue Elya, yang sama cowo Vampire baru itu namanya Funin." ucap Elya dengan nada ramahnya.
Caine mengangguk. Elya mengulurkan tangannya ke Caine, namun saat Caine ingin menerimanya, ia langsung menarik kembali tangannya.
"Kenapa?" tanya Funin heran.
"Takut Elya kebakar kalo dia nyentuh gue." Elya dan Funin saling menatap.
"Kebakar?" tanya Elya memastikan.
"Yang bisa bakar kita kan cuma Rion.. Jangan bilang lo yang ditakdirkan sama Rion itu?" Caine sedikit memiringkan kepalanya.
"Ditakdirkan? Kenapa lo juga ngomong begitu? Agil tadi juga ada nyebut kata kata itu kaya seolah-olah gue emang disini buat Rion." ucap Caine bingung.
"Memang. Lo ga sadar?" balas Funin yang sedang menidurkan Exu di kasur milik Echi.
Tangannya mengarahkan ke tubuh Exu, secara tiba-tiba sebuah rantai emas muncul dan mengikatnya diatas kasur.
"Ini terlalu ga nyata. Masa manusia kaya kalian semua bisa ngendaliin hal hal begini?" Funin melirik dengan tajam ke Caine.
Dalam sekejap, ia sudah berdiri didepan Caine. Elya memberikan batasan agar Funin tak maju lebih dekat lagi.
"Manusia? Kita bukan manusia."
"Ada apa ini--"
"Oh, Agil." ucap Elya dengan senyum nya.
"Hah? Kapan kalian balik?" tanya Agil bingung.
"Dari cowo rambut ungu yang nyerang manusia rambut merah ini." balas Elya sambil menunjuk ke Caine.
"Caine diapain?" Elya mendecak.
"Dia tuh hampir dibunuh sama Vampire cowo rambut ungu itu! Bisa-bisanya lo ninggalin manusia sama Vampire yang baru lahir kek dia." ucap Elya.
"Bentar, kata lo namanya Caine?" tanya Funin.
"Iya, namanya Caine. Orang yang udah seharusnya gak sembarangan lo deketin kaya gitu." jawab Agil sambil memegangi kepalanya.
"Oh, Caine yang itu. Berarti kita ngelindungin manusia yang ditakdirkan. Oke, Raja mana?" tanya Funin sekali lagi.
"Dia ga bangun bangun sejak habis balapan kemarin. Jadi gue bawa Caine kesini biar Raja bisa sembuh. Untungnya, beneran membaik kondisinya." Funin mengangguk.
"Gue sama Funin mau samperin Raja dulu. Jangan lo tinggal lagi si Caine." ucap Elya pada Agil.
"Iya iya. Dah sana." Agil pun mengajak Caine untuk duduk di kursi sudut kamar Echi.
"Echi kemana?" Agil menoleh ke arah Caine.
"Tidur. Pengobatannya cukup lama, soalnya luka bakarnya lebih parah dari punya gue." Caine menghela nafasnya.
"Ga usah khawatir. Dia bakal baik-baik aja." Caine mengangguk.
Mereka pun duduk di kamar Echi itu selama berjam-jam menunggu kabar dari Sui sekaligus menjaga Exu yang baru saja berubah menjadi Vampire.
♠♠♠♠♠♠♠•♠♠♠♠♠♠♠
"Bentar lagi, kita bakal keluar dari kelompok toxic ini." ucap Key tiba-tiba.
"Lo yakin bisa?" tanya Caca ragu.
"Percaya sama gue. Dari awal, tempat kita ga di Werewolf. Kita dari dulu lahir jadi Vampire, cuma kita dirawat sama Werewolf, makanya kita sedikit lagi hampir jadi Werewolf sepenuhnya." Caca mengangguk lesu.
"Gue juga berharap bisa keluar. Gue cape disini. Sampe kapan Rion nyuruh kita bertahan disini?" Key menoleh ke arah Caca.
"Bentar lagi. Besok, Jaki sama Krow bakal nyusul kita. Selama itu, kita harus bertahan sebisa mungkin." Caca mengangguk.
Key pun mengajak Caca untuk pergi ke danau tempat mereka mengejar Caine dan teman-temannya dulu.
Mereka berbicara panjang lebar di pinggir danau itu selagi menunggu Jaki dan Krow menyusul mereka.
Setelah hari mulai terang, Key mengajak Caca untuk kembali ke pack nya. Namun, setelah mereka kembali, Key melihat beberapa serigala berkumpul di ruang tengah dan berdiskusi.
"Gimana kita nemuin Exu? Dia serigala yang paling berharga bagi kita semua."
"Exu itu kunci emas kita bisa ngalahin Vampire. Sekarang kita bahkan kehilangan jejaknya."
"Kita harus cari terus, kalo nggak, Alpha kita bakal marah."
"Exu..?" gumam Key.
"Kenapa Key?" tanya Caca.
"Lo tau Exu?" Caca terlihat berpikir.
"Exu yang dari kelas gue? Atau bukan?" Key mengangguk.
"Exu yang itu, sekarang serigala lagi nyari dia. Katanya Exu bisa jadi kunci emas biar mereka bisa ngalahin Rion. Sebenernya Exu siapa?" Key dan Caca terlihat kebingungan.
Suara seseorang memanggil mereka terdengar dari arah ruang tempat para serigala itu berkumpul. Key dan Caca pun menghampiri mereka.
Mereka mulai bersenang-senang dari pagi hingga malam. Setelah para serigala tertidur, Key membangunkan Caca dan mengajaknya pergi ke tempat janji bertemu dengan Jaki dan Krow.
"Masih kurang jauh kah Key?" ucap Caca yang sedari tadi terus berlari mengikuti Key.
"Didepan itu." Key langsung berlari lebih cepat menuju pohon yang diberi kain berwarna ungu.
Caca mengikutinya dan mereka pun berhenti di pohon itu. Tak lama, Jaki dan Krow datang.
"Lo berdua yakin mau jadi Vampire?" Key dan Caca mengangguk yakin dengan pertanyaan Krow.
"Kita bisa bawa lo berdua ke kastil, tapi Rion sekarang lagi gabisa ditemuin siapapun. Jadi lo bakal aman di kastil." imbuh Jaki.
"Ga masalah. Yang penting kita bisa lepas dari Wolf pack itu." Jaki mengangguk.
Ia menggendong Caca dan Krow membantu Key. Mereka pun dengan cepat pergi ke kastil. Setelah sampai, Key dan Caca dipindahkan ke kamar baru.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyctophile
Vampire"On that night, I hope we meet again someday." ⚠️Fantasy, OOC ⚠️18+ (beberapa adegan akan terlihat berbahaya dan dapat memunculkan trigger tertentu.)