1. Malam itu

2.8K 195 6
                                    

"Hah!!"

Malam tiba, sedangkan sosok pria bersurai merah yang awalnya sedang berkemah bersama ketiga temannya itu terus berlari hingga semakin masuk kedalam hutan dan tersesat.

"Don't follow me!!" teriak Caine dengan sangat kencang.

Namun sekelompok hewan itu tak mendengarnya dan terus mengejarnya. Hingga sebuah tarikan pada tangannya terasa dan ia ditarik menuju ke atas pohon.

Entah bagaimana, serigala itu langsung tidak dapat melihat kemana dirinya pergi. Dalam batinnya, ia bersyukur bahwa serigala serigala itu tak melihatnya.

Setelah itu mereka pun pergi dari tempat itu. Caine menghembuskan nafasnya lega melihat hal itu. Namun tak lama setelah itu, wajahnya terlihat panik.

"Duh! Temen temen gue gimana?! Exu, Riji, sama Arhan!" ujarnya sangat cemas.

"Mereka aman." ucap seseorang dibelakang Caine.

"Siapa---"

"Keep your mouth shut and follow me."

Caine tak dapat melihat orang di belakangnya. Tetapi, perasaannya mengatakan bahwa ia harus mengikuti pria itu. Setelah Berjalan cukup lama, Caine dapat melihat sebuah bangunan yang diberi penerangan cahaya dari sebuah obor.

"Kok ada manusia hidup ditengah hutan gini?" batinnya dan tiba-tiba pria itu menoleh kearah Caine.

"A-apa?!" Caine sedikit takut dengan tatapan tajam yang diberikan pria itu namun ternyata pria itu hanya menatapnya dan pergi masuk kedalam rumah.

Caine mengikutinya dalam diam sembari menoleh kanan kiri. Bangunan itu cukup bagus meskipun berada di dalam hutan, ia terlihat sangat antik layaknya Gereja yang biasa ia lihat.

"Echi, bring them here."

Sesampainya di ruang utama dari bangunan itu, sosok perempuan berambut ungu itu datang bertudung membawa teman teman Caine yang sedang tidur.

"Exu! Riji! Arhan!!" teriak Caine sedikit kencang membuat kedua orang didepannya langsung menutup telinganya.

"Perasaan gue kalo teriak juga ga kenceng banget..." gumam Caine setelah melihat kedua orang itu

"Suaramu mengganggu ketenangan istana ini." ucap pria didepan wanita bernama Echi.

"Maaf... Eh bentar, Istana?" ucap Caine merasa bingung dan bersalah lalu ia menggaruk kepala bagian belakangnya.

"Nevermind. Namaku Rion Kenzo, didepanku adalah Echi Ceres." ucapnya dengan tegas.

"Istana ini dibangun 300 tahun yang lalu. Saat ini, kau sedang berada di kediamanku. Sang Tuan Rumah."

"HAH?! 300 TAHUN? TERUS UMUR LO BERAPA? GUE PANGGILNYA JUGA GIMANA? KAKEK RION?!" teriak Caine sedikit kencang hingga salah satu temannya yang sedang tidur itu langsung terbangun.

"Berisik banget suara lo Caine.." ucap Riji yang bangun lebih dulu.

"Kurang ajar. Saya masih muda kok dipanggil kakek kakek." ucap Rion dengan wajah sangat kesal.

Echi langsung tergelak. Ia tertawa dengan kencang dan pergi memanggil teman-temannya. Tak lama, seseorang bertudung dibelakang Caine mengarahkan sesuatu yang tajam ke arah jantungnya.

"Dia manusia, tidak perlu seperti itu." lalu Caine merasa lega bahwa benda tajam itu tak jadi menusuk dirinya dari belakang.

"Emangnya kalian bukan?" tanya Caine dan ia menarik Riji, Exu, serta Arhan ke sampingnya.

"Bukan." ucap sosok yang muncul dari belakangnya.

Pria itu membuka tudungnya lalu tampak warna rambut abu-abu dan matanya yang menghitam. Caine lalu menoleh ke arah Rion dan tiba-tiba saja, pria berambut ungu yang ia lihat barusan berubah. Rambutnya yang menjadi putih dan matanya yang awalnya coklat menjadi ungu pekat.

Penglihatan Caine dan Riji itu hanya sekejap lalu mereka berubah menjadi sosok manusia kembali.

Echi datang membawa empat orang dibelakangnya. Ia melihat dari kejauhan bahwa Caine itu terlihat bergetar ketakutan bersama teman-temannya.

"What did you do to them, Papi?" ucap Echi.

"Nothing. Oh iya, menginap lah disini untuk semalam. Saat langit sedikit terang, mereka tidak akan keluar mencari mangsa. Jadi kalian bisa pulang ke rumah kalian saat itu." ucap Rion pada Caine dan Riji.

"Apa ada jaminan kalian ga akan ngelukain kita semua?!" tanya Riji kedepan dan menjadi tameng pada Caine yang memegangi Exu dan Arhan yang masih terlelap.

"Trust me, you won't get hurt." ucap Rion mencoba meyakinkan Riji.

Caine menoleh kesekelilingnya, dimana banyak orang berkumpul itu tak ada yang mendekat dan mencoba membunuh mereka. Caine pun menepuk bahu Riji seolah mengatakan 'tidak akan terjadi apa-apa.'

"Oke, cuma semalem." putus Riji.

"Pih, manusia yang rambutnya ungu itu mirip kak Echi. Jangan jangan kembaran nya kak Echi yang udah kita cari selama ini?"

Perempuan bertudung itu maju mendekati Rion dan membuka jubahnya. Memperlihatkan rambut putihnya dan matanya yang biru muda terlihat indah.

"Kamu yakin, Mia?" Mia mengangguk yakin akan perasaannya.

"Kembaran?" gumam Caine dan ia melihat ke arah Exu.

"Jangan maju." perintah Riji ketika pria bersurai abu-abu mulai mendekati Caine yang melindungi Exu.

"Can we get samples of blood from him? Kita mau memastikan bahwa kalian bukan bagian dari kami."

"Ucapan kalian terlalu membingungkan. Jangan mendekat." ucap Riji sekali lagi.

"Jaga jarakmu, Krow. Mana Jaki?" tanya Rion.

"Berburu." Rion pun mengangguk.

"Pergilah ke kamar yang ditunjukkan oleh Krow. Setelah itu tidurlah dengan nyenyak." Caine langsung menarik Exu dan Arhan berjalan mengikuti Krow yang berjalan lebih dulu.

"Bau mu sangat familiar." ucap pria yang datang dan berdiri dibalik Riji.

"Kaya..."

"Jaki, get away from him." pinta Krow yang datang setelah mengantar Caine dan teman-temannya itu.

"Pergilah." perintah Rion pada Riji.

Riji pun pergi berlalu mengikuti jalan yang dilewati oleh Caine tadi. Rion pun berjalan mendekati Jaki yang menunduk secara tiba-tiba.

"Don't try me, Jaki." ujar Rion sambil mencekik Jaki dengan kuku-kukunya yang tajam itu.

Tak ada yang melerai aksi itu bahkan Krow yang disampingnya hanya menunduk tak mau melihat. Mereka semua tau apa akibat memotong pembicaraan dari Raja mereka.

"Makoto, dia udah pergi kan?" pria berambut putih yang dipanggil Makoto pun diam.

"Iya, sudah pergi."

Rion pun melepaskan cekikannya lalu pergi diikuti oleh Makoto dan Mia. Jaki pun terduduk sambil memegangi lehernya yang terus mengeluarkan darah.

"Saya sudah bilang, jangan sembarangan mendekati orang yang dibawa olehnya."

Pria bernama Suizenka itu berjalan mendekati Jaki yang terluka dan saat ia sentuh, luka itu langsung menutup sempurna seperti tak ada luka.

"Aku lupa." ucap Jaki.

"Ayo masuk, kita harus pergi untuk memburu mereka besok." Krow memerintahkan semuanya untuk masuk ke dalam kamar mereka masing masing tak terkecuali.

Tbc

Hai hai hai, I'm back with new story! Hope that you'll like it👀

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang