"Seriusan lo mikir begitu? " pekikan kuat dari Lia nyaris membuat gadis itu mendapatkan pukulan dari Shishi.
"Your lambe njirr" umpat Shishi menatap tajam Lia yang membuat gadis itu menyengir, memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi
"Sorry seng, gw reflek dengar cerita lo tadi. Anjer, eh maksud nya gw gak habis pikir, bisa-bisa nya lo sampai situ mikirnya, yah walaupun dilihat dari segi pemikiran lo sih memang dibilang masuk akal, yah tapi gak ngeh aja gitu lo langsung nyimpulin ke arah situ"
Tangan Shishi meraup gemas wajah Lia, padahal sahabatnya itu masih terus saja berceloteh.
"Terlalu berbelit lo ngomong nya njir"
Lia berlari mengejar Shishi, menyeimbangkan langkahnya dengan langkah cepat sahabatnya itu.
"Ngantin yok bray, gw belum sarapan nih"
Shishi melirik sekilas kearah Lia, ia menggeleng kan kepalanya yang membuat Lia mengelah napas
"Gw udah sarapan, udah lo makan di kelas aja pakai bekal gw ini. Tadi emak gw buatin lebih, lagian nih si Larissa mau minta contekan tugas Biologi"
Lia mangut-mangut paham, keduanya berjalan bersama untuk menuju kekelas.
Belum sampai dikelas, langkah keduanya terhenti saat deringan telpon terdengar.
Keduanya kalang kabut mencari sumber suara tersebut, sebab saat ini ponsel keduanya sama sekali tak berbunyi bahkan yang lebih horor nya lagi keadaan lorong yang mereka lewati masih sangat sepih.
Dengan raut wajah takutnya, Lia memeluk lengan Shishi yang membuat gadis itu mendengus sebal.
"Itu suara apa an cog, bulu kuduk gw merinding banget njir. Gw jadi percaya kata si Zahra tentang nih sekolah"
Sedikit kasar, Shishi menghempaskan tangannya dari gelutan Lia. Menatap geli sahabat nya itu yang memasang raut wajah ketakutan.
"Omongan Zahra lo percaya, kagak ada yang bener tuh, zaman sekarang kok masih percaya ama yang begituan"
Brug
"Mamaaaa" teriak Shishi memeluk tubuh Lia dengan erat.
Gantian, saat ini Lia yang mendorong tubuh Shishi untuk lepas dari pelukan nya.
Gadis cantik dengan tas ransel berwarna coklat itu menatap Shishi dengan tatapan mengejek.
"Dih, sendiri kata ngatain percaya begituan. Tapi lo sendiri juga takut pun"
Kembali sok cool, Shishi mengusap lengan bajunya "bukan percaya ataupun takut, tadi gw cuman reflek karena kaget dengar tuh suara"
🎵 you take me place that tear up my reputation.. 🎵
Lia baru menyadari satu hal, saat suara dering panggilan telpon kembali terdengar.
"Eh sebentar-sebentar, kayaknya gw tahu deh tuh suara-suara tadi dari mana? "
"Dari mana? "
"Coba periksa tas lo, kayaknya tuh suara asalnya dari situ"
Shishi mengikuti ucapan Lia, memeriksa tasnya tepat dimana asal suara berasal.
Matanya melotot kaget melihat ada sebuah ponsel di dalam tasnya yang tertutupi oleh beberapa buku yang ada didalam.
"Ini HP siapa njir? Bukanya hp lo itu? "
"Gw juga gak tahu, apa mungkin HP mak bapak gw atau abang gw yang kebawa yah"
Shishi mengantukan jarinya pada dagu, seolah anak gadisnya bapak Anggika itu tengah berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Yang Luas
Teen FictionShishi, sigadis ba-bar yang tak pernah menyerah untuk mencuri perhatian Aiden, kakak kelas tempat ia bersekolah. Meski penolakan sering kali ia dapatkan, tapi tak kunjung membuat semangat nya untuk padam. Justru Shishi semakin merasa tertantang unt...