Bagian 17

7 1 0
                                    

Shishi pov:

"Astagfirullah ibu kelupaan, buku daftar nilai nya ketinggalan diruang guru. Hmm kalau gitu kalian kumpul kan saja dulu tugasnya, biar ibu periksa dulu satu-satu"

Kami mengangguk patuh, dan mulai mengumpulkan tugas bahasa Indonesia,

Namun karena aku adalah cewe yang notabe nya tidak jauh-jauh dari kata yang namanya mager, jadi alhasil buku tugas ku dikumpul kan kedepan oleh Zahra.

Senyum ku semakin tersungging saat Larissa memberikan tatapan sinis kearah ku tentunya,

"Dimohonkan untuk nona Shishi yang terhormat, situ kan punya kaki. Jadi tolong dong difungsikan dengan benar"

Semakin diberitahu semakin berulah, mendapatkan cibiran dari Larissa membuat ku semakin gencar untuk menjahili nya dengan mengangkat satu kaki ku dan kutumpuh kan diatas kakinya.

Posisi bangku kami memang berdekatan, jadi sangat mudah untuk ku dalam hal menjahili sahabat judesku yang satu ini.

"Shishi lo ya benar-benar" teriak Larissa yang membuat semua mata tentu saja langsung tertuju padanya

Mendapatkan tatapan tajam serta raut wajah masam dari Larissa adalah kesenangan tersendiri untuk ku saat ini,
Terlebih tadi melihat Larissa mendapatkan teguran dari buk Jannah atas suaranya yang terlampau keras.

"Lo berdua mau kemana? " tanya Lia saat melihat Ryan-ketua kelas bersama dengan Fauzan-waketu
Yang hendak melangkah keluar kelas,

Tawa ku langsung terhenti, dan mengekor menatap keduanya dengan alis terangkat sebelah

"Ngambil buku nilai buk Jannah"

Lia melirik mengarah padaku,
Tentu saja aku langsung paham arti dari lirikan nya itu.

"Udah biar kami aja yang ngambilin, lo berdua dimari aja" kataku yang disambung anggukan kepala oleh Lia

Ryan dan Fauzan saling melirik, kemudian keduanya mengangguk setuju
"Gitu dong, sesekali harus mau ngeringani tugas ketua kelas"

Aku dan Lia menanggapi nya dengan tatapan malas,

Usai ijin dengan buk Jannah, kami pun langsung melangkah keluar menuju ruang guru untuk mengambil daftar nilai tersebut.

"Sumpah njir, gw masih gak nyangka Dinda mau pacaran ama si Amri"

"Yah ilah, pakek syok segala sih lo Li. Modelan kayak Amri mah pasti gampang banget dapetin cewek, secara dilihat tampangnya juga agak lumayan"

Lia mengangguk anggukan kepalanya, setuju dengan perkataan ku tadi.

"Eh bentar deh, Li" aku menahan tangan Lia saat sahabat ku itu hendak melangkahkan kakinya kembali

Raut wajah Lia tentu saja berubah bingung, menatap ku dengan satu alisnya yang terangkat.

Dari lantai dua ini, aku menelusuri kearea lapangan.
Menatap dengan tajam dan seksama bahwa yang aku lihat barusan tidak salah,

Dan seperti nya Lia juga melakukan hal yang sama,
Sempai pada aku berhasil menemukannya. Senyuman manis tentu saja langsung mereka pada wajahku, tak terkecuali Lia yang menatap ku dengan tatapan malas.

"Pantesan aja ngajak berhenti, wong ada Aiden dibarisan itu"

Yah benar, apa yang dikatakan Lia barusan.
Aku memang melihat sosok Aby dibarisan anak-anak terlambat itu yang tengah dihukum habis oleh pak Jefri.

"Bentar, kok tumbenan tuh sibalok bisa sampai dihukum ama pak Jef? Karena terlambat gitu? "

Aku menganggukan kepala, masih dengan arah pandang yang tak lepas dari Aby saat ini.

Bumi Yang LuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang