Sosok guru lelaki bertubuh cungkring dengan kaca mata yang bertengker pada hidung nya itu tampak melirik sekilas pada pergelangan tangan yang terhiasi arloji berwarna emas.
"Yang mau sholat Duha dipersilahkan, tapi ingat jangan lama-lama" kata guru dengan namatag Deni Carter itu seraya meletakkan buku paket Biologi yang tadi ia pegang
"Mana boleh sholat di buru-buru gitu pak, entar kalau sholat nya gak diterima emang bapak mau tanggung jawab" sahut Shishi yang disambut anggukan setuju dari satu kelasnya
"Banyak kali cerita kau Shishi, maksud saya tadi jangan lama-lama supaya kalian tidak bermain-main saat Sholat, saya tahu tabiat kalian yang ngaku nya mau sholat dan tidak tahunya malah belok ke kantin"
"Ingat kalau sholat yah benar sholat, jangan kalian tipu-tipu saya!! " tegas pak Deni saat sebagian murid mulai ijin untuk sholat
Shishi bersamaan dengan Lia beranjak dari duduknya, bersiap untuk segera melangkah untuk keluar kelas, tapi tak urung pertanyaan yang menurut Shishi sangat unfaedah itu terlontar dari guru Biologi nya itu.
"Mau kemana kalian berdua? "
Shishi memutar bola matanya malas "yah kita mau sholat juga lh pak, gak terima mah kita kalau yang lain nya dapat pahala masa yah kali kami berdua juga gak dapat"
Lia mengangguk setuju dengan ucapan Shishi, keduanya bersiap untuk kembali melangkah tapi siguru Biologi itu seperti nya merasa ragu dengan perkataan murid tengilnya itu
"Emang nya kamu muslim Shi? Pakek mau ikutan sholat juga? "
Sungguh itu adalah pertanyaan konyol yang dilontarkan gurunya itu menurut Shishi, bagaimana tidak? Apakah gurunya itu tidak bisa melihat saat ini saja kepala nya sudah tertutupi oleh hijab putih yang senada dengan seragam sekolahnya itu. Dan dengan konyol nya sang guru justru bertanya hal tersebut?
Beh nih guru kagak liat apa? Trus tuh gunanya kacamata buat apa an coba? Buat ngeliat mata batin gitu? Ato ngeliat masa lalu nya yang suram dumel Shishi dalam hati
Lia beserta murid yang masih tersisa berusaha menahan tawa geli, yang membuat Shishi semakin merasa kesal
"Bapak ini bagaimana sih? Koo malah nanyak emang nya saya muslim atau tidak? Jawaban nya yah sudah jelas muslim dong pak, yah kali saya pakai hijab tapi agama saya bukan muslim, beh gini-gini saya udah khatam alquran tiga kali loh pak, yah kali masak kemusliman saya masii diraguin lagi, walaupun tingkah saya begajulan tapi saya ini ori loh pak muslim dari lahir"
"Mana ngerti dia lo khatam alquran ato kagak, wong dia aja beda agama sama kita njir" bisik Lia
Shishi menepuk dahinya "eh iya gw lupa bjir"
Pak Deni menurunkan kaca mata yang ia pakai, meletakkan nya pada meja yang berada didepannya itu, kembali menatap curiga murid tengilnya itu
"Siapa tahu kamu meminjam hijab itu dari Lia atau yang lainya, dilihat dari wajah kamu sangat meyakinkan untuk non muslim"
Mulut Shishi tercengang mendengar penuturan ngawur guru biologi nya itu, bahkan saat ini Lia dan yang lainya sudah tertawa ngakak mendengar itu semua.
"Astaghfirullah bapak nih ada-ada saja. Yah kali saya sampai sebegitu nya pak, lagian dilihat dari mananya coba pak wajah saya ini wajah-wajah non muslim, wong wajah cantik seperti orang arab gini"
"Terlalu pede kamu" sarkas pak Deni yang langsung mengundang persetujuan dari yang lainya
"Bangke lo pada" umpat Shishi dengan nada pelan
Dalam perjalanan menuju mushola, anak gadis nya bapak Anggika itu tiada hentinya untuk mengoceh semua hal yang mengganggu hatinya itu.
Lia yang berjalan disamping nya saja sampai malu sendiri dengan kelakuan sahabat nya ini, bagaimana tidak? Sepanjang jalan menuju mushola mereka menjadi perhatian oleh orang-orang yang berpasangan dengan mereka tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Yang Luas
Teen FictionShishi, sigadis ba-bar yang tak pernah menyerah untuk mencuri perhatian Aiden, kakak kelas tempat ia bersekolah. Meski penolakan sering kali ia dapatkan, tapi tak kunjung membuat semangat nya untuk padam. Justru Shishi semakin merasa tertantang unt...