RUMIT

137 57 33
                                    

"Dan 4 bulan kemudian, ternyata kamu berhasil dapetin nomornya," ucap Wina, dengan matanya berbinar menantikan ceritaku.

"Lebih gak nyangka lagi sama plot twist-nya" ujarku, tersenyum kecut sambil merenung dan menerawang tentang segala peristiwa yang terjadi dalam 2 minggu terakhir.

"Terus, kamu mau nyoba atau nggak, Sel?" tanya Wina, suaranya penuh dengan harapan.

"Gak tahu, Win. Aku ngerasa ragu," sahutku, suara ragu terdengar jelas di dalam kalimatku.

Terdengar helaan napas kasar dari Wina, seolah menjelaskan bahwa ia pun sama bingungnya.

Disaat hatiku gundah gulana, nyatanya aku hanya mampu menumpahkan segala keluh itu kepadanya. Namun, sepertinya hal yang kuceritakan saat ini berbeda dengan sebelumnya.

"Sel, coba tanyain sama hati kamu. Apapun keputusan kamu, aku akan mendukung, dan aku pasti akan membantu ngejelasin ke Eca," ujarnya dengan lembut, matanya mencari tatapan dalamku.

"Yang datang bukan dia, tapi aku. Yang berusaha mendekat bukan dia, tapi aku," sambungku, dengan perasaan bercampur aduk.

"Tapi yang punya perasaan duluan kan dia?" Wina mencoba mengungkapkan keraguan yang tersembunyi di balik kata-katanya.

"Iyalah, aku anggap dia itu cuma teman kok," jawabku, mencoba meyakinkan diriku sendiri atas keputusanku.

Flashback On

Liburan itu menjadi awal dari segalanya. Hangga dan aku sering berbalas pesan, di dunia maya. Percakapan kami tak pernah sepi, dan Hangga selalu ceria menceritakan segala hal, termasuk tentang saudara jauhnya, Alif.

Hangga tahu bahwa aku menyukai Alif, kami berteman baik. layak teman pada umumnya meskipun tidak menampik bahwa gender kami berbeda.

Hingga suatu hari itu tiba, Hangga mengungkapkan perasaannya padaku melalui pesan singkat. Hatiku berdebar kencang saat membaca setiap kata demi katanya yang penuh harapan dan ketulusan. Aku terdiam, tak bisa berkata-kata, karena aku tahu bahwa keputusan yang harus aku buat akan mengubah segalanya.

drtt.. drtt..

kudengar ponselku berbunyi menandakan ada panggilan masuk. bergegas ku ambil ponselku yang tergeletak di atas nakas. betapa kagetnya aku ketika melihat sebuah nama yang muncul dilayar ponselku merupakan Hangga.

dahiku mengernyit, bingung. kenapa dia menelfon? tidak seperti biasanya.

karena aku memang tidak terbiasa menerima telfon dari pria selain keluargaku akhirnya aku mereject panggilannya. dan langsung kutanyakan dia di chat.

Hangga AW

kenapa nelpon aku, hangga?

Gpp sel, aku pgn ngomong sesuatu.

Mau ngomong apa?

Aku gabisa via telp,

Ga terbiasa nrima selain keluarga.

owalah gapapa sel.

aku paham

mau ngomong apaan?

nanti aja kalo kamu udah boyong,sel

kelamaan hangga!

sekarang aja.

TERTINGGAL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang