"My love blooms at teabreak and mieayam sae:))"
***
Agustus 2021
Hari ini, hari Jum'at, semua sekolah formal pulang lebih awal dari biasanya. Jika pada hari-hari biasa kita pulang jam 16.00, maka pada hari Jum'at kita pulang jam 12.00 untuk siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri, dan jam 14.00 untuk SMA Negeri lainnya.
Segera setelah bel pulang berbunyi jam 12.00, aku bergegas pulang ke pondok pesantren. Aku memutuskan untuk tidak mampir ke pedagang kaki lima sepulang sekolah. Rasanya, hari ini begitu melelahkan, membuatku sangat mengantuk. Padahal semalam aku tidur sangat cukup.
Setibanya di pesantren, aku langsung menuju kamar dengan rasa tak sabar ingin segera merebahkan tubuh yang sudah letih.
Karena hari ini Jum'at, jama'ah sholat dhuhur kami menunggu santri putra selesai. Masih ada waktu sekitar ±45 menit untuk tidur. Dengan masih mengenakan seragam pramuka, aku segera tidur agar saat bel sholat jama'ah berbunyi, aku bisa segera bangun.
Setelah tidur sebentar, aku terbangun oleh suara riuh rendah para santriwati yang bersiap-siap untuk sholat dhuhur berjamaah. Aku bangkit dari tidurku, meregangkan tubuh yang masih terasa kaku. Menyadari bahwa aku masih mengenakan seragam pramuka, lalu aku cepat-cepat menggantinya dengan sarung dan kemeja untuk sholat.
Setelah sholat dhuhur, aku kembali ke kamar. Udara terasa panas dan pengap di dalam kamar, dengan sinar matahari yang masuk melalui jendela dan menghangatkan ruangan. Namun, ventilasi yang terbatas membuat udara terasa terkurung dan berat. Para santri yang berkumpul di ruang tengah untuk musyawarah menambah suasana yang semakin panas dan sumuk.
"Assalamu'alaikum, teman-teman," sapa ketua asrama, mbak Jannah, memulai musyawarah.
"Wa'alaikumussalam," jawab kami serentak.
"Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, minggu depan kita akan memiliki kegiatan muhadloroh asrama. Kita perlu membahas persiapan apa saja yang harus dilakukan," lanjut mbak Jannah.
Beberapa santriwati mulai mengemukakan ide-ide mereka tentang bagaimana mendekor panggung, menyiapkan hidangan untuk para asatidzah dan keluarga ndalem, juga menyusun pertunjukan dan hiburan yang akan dipersembahkan. Ada yang mendaftarkan diri untuk mengisi tausyiah muhadloroh, sementara yang lain mengusulkan pertunjukan drama dan hiburan.
Setelah mendengarkan semua masukan, mbak Jannah mulai menetapkan rencana yang lebih rinci atas hasil musyawarah bersama.
"Oke, berdasarkan masukan dari kalian semua, tausyiah akan diisi sama Rizkia dan Nayla. Untuk bagian dapur dan hidangan saya sama wakil asrama; mbak Jihan. Untuk perlengkapan kostum dan penanggung jawab drama+hiburan mbak Selly, dan mbak Luluk. Bagian kamera dan elektronik lainnya mbak Rifa dan mbak Khoir. Tausyiah nanti biar dibantu sama mbak Rifa juga ya. Dan untuk penanggung jawab Banjari mbak Tina." jelas mbak Jannah
Setelah pembahasan selesai, aku sebagai penanggung jawab drama+hiburan pun segera menentukan anggota dan jadwal latihan. begitupula yang lain segera ditentukan oleh penanggung jawab masing masing.
"Oke, semoga dengan persiapan yang sudah dilakukan, muhadloroh asrama kita minggu depan akan berjalan lancar, juga mohon kerja samanya semuanya ya." ucap mbak Jannah sambil menutup musyawarah.
Kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan latihan persiapan muhadloroh. Namun, di saat kami tengah latihan, terdengar pintu diketuk dari luar. Adik-adik santri yang mendengarnya segera membukakan pintu, dan terlihat Mbak Hana (pengurus bagian pendidikan) di luar.
"Ada apa, Mbak?" tanya adik santri yang membukakan pintu.
"Mohon maaf mengganggu, tolong sampaikan ke Selly kalau di balai pengiriman ada yang menunggu." jawab Mbak Hana serius.
"Baik, Mbak Hana. Kami akan segera menyampaikan pesan tersebut ke mbak Selly"
Mbak Hana mengangguk, lalu meninggalkan asrama kami untuk kembali ke tugasnya. Santri yang membuka pintu tadi menyampaikan pesan dari Mbak Hana padaku. Aku terkejut, merasa tidak mungkin aku yang dicarinya. Tapi siapa yang mencariku jam segini?
Tanpa banyak pikir, aku pun bergegas turun menuju balai pengiriman. Pikiranku melayang-layang, mencoba menebak siapa yang bisa datang mencariku.
Sesampainya di balai pengiriman, aku melihat seorang pria dengan senyum lebar menunggu di depan pintu. Dan tahukah kalian siapa pria tersebut? Dia adalah Hangga. Sumpah demi apapun, aku tidak pernah terpikir bahwa ia akan menemuiku. Aku merasa takut untuk menemuinya. Takut pengurus memergoki kami karena biasanya yang boleh bertemu hanya adik kakak atau sepupu.
Dengan hati berdebar, aku mendekatinya.
"Hangga, ada apa?" tanyaku pelan, mencoba menekan kecemasanku.
Hangga tersenyum lebar. "Aku ada sesuatu untukmu," katanya sambil memberikanku sebuah plastik atau kresek hitam.
Aku memandang kresek itu dengan rasa penasaran. Rasanya ada begitu banyak kupu-kupu berterbangan di perutku atas perlakuannya kali ini.
"Terima kasih, Hangga. Tapi aku tidak bisa menerimanya," tolakku dengan lembut.
"Kenapa? Tolong terimalah, kali ini saja," ucapnya memohon, membuatku tidak tega untuk mengabaikannya.
Aku pun segera mengambil kresek hitam tersebut agar kami tidak terlalu lama berinteraksi. Karena bagaimanapun, menurutku dia akan memaksaku untuk menerimanya. Aku merasa penasaran dengan isinya, tapi juga khawatir karena melanggar aturan pesantren.
"Oke aku terima. Terimakasih dan maaf sebelumnya. Permisi. " Pamitku dan berlalu dari balai pengiriman dengan hati yang berdebar. Saat aku tiba di kamar, aku segera mengunci pintunya dan duduk. Dengan gemetar, aku membuka kresek hitam tersebut.
Di dalamnya, terdapat tiga buah es Teabreak varian matcha kesukaanku, juga tiga porsi mie ayam+bakso SAE yang sangat viral di kalangan santri putri PPM Al-Hasany. Aku tersenyum terharu akan perlakuan Hangga. Rasanya, aku tak enak hati padanya karena sudah menyempatkan waktu membelikanku buah tangan sepulang sholat Jum'at.
Aku segera berlari menuju kamar Wina, untuk memberitahukan hal tersebut. Rasanya tidak afdhol bagiku jika belum bercerita padanya.
"Wina, lihat ini! Hangga mengirimkan makanan favoritku," teriakku dari luar kamar Wina.
Wina mendengar itu segera keluar kamar menemuiku dan melirik isi kresek itu dengan mata berbinar. "Wah, Hangga sungguh perhatian ya. Kamu beruntung banget, Sell"
Aku mengangguk setuju dan mengajaknya untuk menikmati makanan tersebut bersama teman sekamarku yang lainnya.
Sesampai dikamar aku lun mengajak teman sekamarku menyantap makanan pemberian Hangga bersama.
"uhuyy mbak Selly dapat kiriman dari seseorang nih!" teriak salah satu teman kamarku heboh.
"Diamlah, dan ayo makan bareng. " ucapku kami pun tertawa bersama.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TERTINGGAL [TERBIT]
Genç KurguSellyana Anggrea, seorang santri putri di Pondok Pesantren Modern Al-Hasany. Kehidupannya berubah drastis setelah Andika Hangga Wijaya, peserta demontrasi Amtsilati yang menawan berasal dari kota khatulistiwa mengutarakan perasaannya. Perjalanan cin...