SKETSA

30 13 25
                                    

Hari ini, aku, Wina, Aleysa, dan Zakia berkumpul di kamarku bersama anggota kamar yang lainnya. Meskipun Zakia dan Wina bukan anggota kamarku, kami selalu menyambut mereka dengan tangan terbuka. Mereka sudah kami anggap sebagai keluarga, sehingga Zakia dan Wina sangat betah bermain di kamarku.

Kami mengobrol dan bersenda gurau, menikmati kebersamaan ini. Namun, suasana berubah ketika salah satu anak kamar tiba-tiba berceloteh tentang seorang santri putra yang tengah viral di kalangan santri putri. Aku, yang tidak tahu apa-apa tentang itu, hanya mendengarkan tanpa menyela.

"Namanya Zafran, katanya sih pindahan dari Gontor. " Ucap salah satu diantara mereka.

"Dia juga hafidz, katanya. " Ujar Mbak Jannah.

"Suaranya merdu, aku pernah tidak sengaja mendengarnya mengaji di maqbarah kiai. " Timpal mereka lagi.

"Kata mbak-mbak juga dibalik baju koko yang dia pakai itu berotot. Ah, andai saja aku menjadi kekasih atau bahkan isterinya." Tambah Nana.

"Halu." Serbu mereka semua.

Aleysa, Wina, dan Zakia tampak mendengarkan dengan sangat serius. Hingga akhirnya, aku mendengar Aleysa bergumam kecil, namun masih mampu kudengar.

"Seperti dia yang kukenal." gumamnya.

Kepalaku langsung menoleh ke arahnya. Pandanganku seolah menuntut penjelasan dari Aleysa, dan ia balas melihatku dengan ragu-ragu.

"Maksudmu apa?" tanyaku dengan nada ingin tahu namun lembut.

Aleysa menghela napas pelan, terlihat bingung.

"Ah tidak. " Jawabnya.

Wina menatap Aleysa dengan alis terangkat.

"Kalian lagi ngomongin apa?" Tanyanya heran.

"Gak ngomongin apa-apa, kok." Jawabku mewakili Aleysa.

---

Dimalam harinya, kulihat Aleysa tengah menulis di buku diary warna kuning-nya.

Malam semakin larut tapi mataku tak kunjung mengantuk. Kulihat Aleysa yang tadinya tengah menulis kini sudah tertidur dengan buku diary nya yang masih terbuka. Bergegasku ambil, berniat ingin menutup dan menyimpannya. Tapi, penglihatanku tertuju pada halaman terakhir yang Aleysa tulisi tadi, dia menggambar sebuah sketsa seorang pria dan diberi huruf inisial -Z. Membuatku penasaran dengan tulisan berikutnya yang berisi sebuah sajak. Sajak itu berisi tentang sebuah perasaan yang tak sampai. Entahlah kepada siapa sajak ini dimaksudkan, dan siapa sketsa pria yang ia gambar di halaman sebelumnya tadi. Meskipun Aleysa tidak sepandai Wina dalam hal menggambar, tapi aku cukup tau kalau sketsa yang ia gambar adalah seorang pria dengan proporsi tubuh yang ideal. Segera kututup buku diary itu, menyudahi kepenasaranku. Akan kutanyakan besok saja setelah bangun tidur atau disaat kami sedang bersama sama.

Pagi ini, kami  sarapan ber-empat di depan kamarku. Aku, Aleysa, Wina, dan Zakia. Kami makan dengan hening, sampai  akhirnya aku teringat oleh gambar Aleysa tadi malam. Segera saja kutanyakan, agar tidak berlarut larut dalam kepenasaran.

"Eh Ca, tadi malam kamu gambar sketsa siapa itu? " Tanyaku, membuat si empu tersedak. Dengan sigap, Wina memberikan segelas air minum pada Aleysa.

"By the way sajak yang kamu tulis bagus banget, kamu lagi suka sama siapa sih, kok gak pernah cerita ke kita-kita. " Sambungku.

"Kamu baca buku diary-ku, ya? " Interogasi Aleysa.

"Tadi malam kamu ketiduran, bukunya kebuka, mau aku tutup malah gak sengaja lihat itu. Maaf ya aku lancang. " Ujarku.

"Kamu gak mau cerita, Ca? " Tanya Wina, namun Aleysa belum memberikan respon nya.

"Yaudah kalau belum mau. " Sambung Wina kemudian.

"Bukan gitu, bentar deh, kita selesain dulu makannya. " Putus Aleysa.

Kami pun memutuskan untuk melanjutkan sarapan dengan hening dna hikmad. Selepas menyelesaikan makanan masing-masing, kami tidak dulu beranjak dari tempat, menunggu  Aleysa bercerita.

Aleysa menghela napas perlahan.

"Iya Selly benar, aku lagi suka sama seseorang. " Aku nya.

"Siapa? " Tanya kami bersamaan, membuat Aleysa takut-takut mengungkapkannya.

"Dia, santri putra. Dia hanya akan mondok satu tahun disini, setelahnya ia akan kembali ke Pondok Madani. Namanya Zafran Al-Rahman. " Ungkap Aleysa, membuat kami semua setia mendengarkan ceritanya lebih lanjut.

"Liburan 5 bulan yang lalu, kami sering bertukar pesan. Dia baik, Hobi kami sama, kami se-frekuensi, dan yang paling penting dia macho , hehe. " Sambungku.

"Shit" Ujar Wina mendengar kata terakhir Aleysa.

"Berarti yang kamu maksud ini cowok  yang dibahas sama mbak-mbak tadi, ya?" Sambung Wina.

"Iya." Jawab Aleysa sembari cengengesan.

"Buset dah, pantesan komuk kamu beda banget tadi pas mbak-mbak lagi gosipin dia. " Ujar Wina, membuat Aleysa hanya nyengir saja mendengarnya.

"Macho? Kamu pernah ngintipin dia Ca? " Tanya Zakia sedikit konyol.

"Dih ya nggak gitu juga Zakia oon. " Kesal Aleysa.

"Terus? " Tanyanya lagi.

"Tau ah, capek. " Ucap Aleysa kesal.

"Dih, gimana sih orang aku nanya baik-baik. " Ujar Zakia ikut kesal.

Aku dan Wina hanya menggelengkan kepala melihat mereka.

"Terus? Berarti kamu termasuk dekat dong dengan pria itu? " Tanyaku pada Aleysa.

"Yaa begitu. Dekat sebagai teman, dia friendly sih. Aku-nya baperan, sad deh." Jawab Aleysa.

"Oh pantesan, pas liburan gak ada tuh nanya ke aku perihal Hangga, ternyata udah suka sama orang lain. Tau gitu gak perlu aku nge-Add akun dia. " Ucapku sedikit kesal.

"Maaf Selly, aku kira kamu gak bakal berusaha buat carikan. Jadi, aku tidak ada inisiatif sekali pun buat nanya hal itu. " Jelas Aleysa.

"Lagian kalau kamu tidak meng-Add akun Hangga, nggak mungkin kalian sejauh ini, kan? " Sambung Aleysa.

"Berarti semua itu sudah takdir dari Sang Kuasa." Timpal Zakia.

"Betul banget. " Ucap Aleysa.

"Berarti Ramadhan nanti dia sudah boyong, ya? " Tanya Wina.

"Iya, aku juga boyong kayaknya. " jawab Aleysa.

"Dih apaan, lulus smp dulu, lepas itu boleh dah kemana aja. " Ujar Zakia.

"Takut kangen aku ya? " Ucap Aleysa sembari menaik turunkan alisnya.

"Dih, jijik. " Jawab Zakia.

"Nanti kamu bisa chattan sepuasnya tuh sama Zafran. " Ledek Wina.

"Kan Zafran-nya mau kembali ke Pondok Madani, Win. " Tegurku.

"Oh iya lupa. " Ucap Wina sembari menepuk dahinya sendiri.

"Kasihan deh, udah kejebak friendzone malah nanti tetap jauh-jauh an pula. " Ucap Zakia.

"Kia." Peringatku.

"Kan betul sih, Mi. " Ucap Zakia membela.

"Iya bener, tapi mending friendzone daripada di cintai sama cowok mokondo, diporotin diem aja pula. " Balas Aleysa.

"Anjir, Awas kau ya. " Ancam Zakia.

"Huss, Kia gak boleh gitu." Peringatku sekali lagi.

"Gak takut aku mah. " Tantang Aleysa.

"Ihh Mami, Aleysa-nya suka nyari gara-gara tuhh. " Adu Zakia.

"Udah-udah, kalian ini ya. Sudah sama-sama gede, gak boleh ribut mulu. " Lerai Wina.

"Tau ah. Unfriend sama kalian. " Ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya.

"Tau ah, aku capek denger kalian ribut terus. " Ucapku sembari pergi meninggalkan mereka.

"Mamii mau kemanaa, kasih aku duit duluu." Teriak Zakia selepas peninggalku.

---

TERTINGGAL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang