Chapter 12 : Different!

142 10 3
                                    

Happy reading............

Andrew mengajak Vian menuju taman SEI yang terbilang sangat indah. Cocok untuk dijadikan objek pemandangan. Tetapi tidak dengan suasana keduanya.

"Jadi, gimana?" tanya Andrew dengan nada bariton khas miliknya.

Vian menatap pria itu sekilas lalu beralih menatap kedepan. "Ada sedikit hambatan."

"Jangan sampai tugas lo terganggu!!" titah Andrew dengan tegas. Bisa dibilang saat ini hanya mereka berdua yang berada di taman. Karena para siswa sedang dalam waktu pembelajaran. Beda dengan Vian yang terlebih dulu izin tidak masuk kelas.

Vian menatap kedepan kosong. Tidak seperti Vian biasanya. Lalu dia menghembuskan nafasnya kasar. "Tenang aja, lo pikir gue siapa?"

Pria dengan lesung pipi manis itu tersenyum manis mendengar penuturan Vian. "Sadis." gumamnya pelan.

"Lo disuruh kembali Minggu depan, jangan sampai ada yang tau." titah Andrew lalu berbalik pergi meninggalkan Vian sendirian di taman.

Vian menampilkan senyuman smirk miliknya. "Nampaknya tidak ada waktu lagi."

🥀🥀🥀🥀🥀

Dikantin Vian nampak duduk sendirian. Tidak ada teman yang mau duduk bersamanya. Bahkan Dhea duduk bersama Minnie dan yang lainnya. Mungkin Samuel/Reynaldi melarang nya.

"Alone girl?"

Suara berat itu berhasil memecah keheningan di kantin. Vian yang sejak tadi fokus makan juga teralihkan menghadap orang yang menyapanya.

"Boleh aku duduk?" tanya pria itu lagi. Dia tidak menghiraukan seluruh mata yang sedang tertuju kepadanya.

"Gak ada yang larang!" balas Vian singkat lalu kembali memakan makanannya.

Pria itu tersenyum tipis, sebelum duduk dia melirik Samuel sejenak.

Hhh, rasain' batinnya.

"Lo ngapain Rev?" tanya Vian ketika Revan memegang rambutnya.

"Gak, ada daun aja." balas Revan singkat.

Diseberang sudah terlihat tangan Samuel yang mengepal erat. Tentu saja, sudah dua orang pria pagi ini yang dekat dengan Vian. Bahkan dirinya belum pernah memeluk gadis itu.

"Mau jalan-jalan?" tanya Revan tiba-tiba.

Vian langsung menatap tajam netra hitam milik Revan. Lalu dengan sigap mengubah ekspresi wajahnya menjadi sumringah. "Okeh, gue tunggu pulsek." balasnya lalu beranjak meninggalkan Revan.

Tanpa ada yang menyadari Revan terus menatap Vian sejak awal. Tidak ada aura kebencian seperti biasanya.

"Kalo cemburu bilang." ceplos Devan.

Dia sejak tadi sudah memerhatikan Vian. Memang benar mungkin dia kecewa, tapi pasti ada penjelasan dari gadis itu. Sebagai playboy Devan sudah berusaha memahami setiap perempuan. Jadi untuk kali ini pun dia rasa ada alasan dibalik nya. Apalagi untuk gadis misterius seperti Vian.

Samuel membalas dengan tatapan tajam netra hazelnya. "Kelas." ucapnya singkat lalu berjalan pergi. Reynaldi ikut beranjak dan meninggalkan kantin bersama Samuel.

ETERNITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang