1. Dua batu nisan

2.6K 84 4
                                    

Di keheningan malam mencekam, dengan angin malam yang berbisik dingin. Gadis bernama Laluna terdiam, menatap pintu rumahnya yang seolah mengisahkan tragedi yang tak terucapkan. Tubuh manusia tergantung tak bernyawa di sana, tubuh tergantung itu adalah tubuh ibunya sendiri.

Luna tak mampu bicara. Jangankan meminta pertolongan, berteriak pun dia sudah tak memiliki kekuatan.

Tubuhnya seakan terpaku, dipaksa oleh pemandangan gila di depannya yang tampaknya menertawakan keputusasaannya.

Tepat di bawah kaki ibunya terdapat secarik kertas, itu adalah pesan terakhir yang di tinggalkan ibunya.

Luna berjongkok, seperti boneka yang tak berdaya, lalu mengambil kertas tersebut. Dengan tangan gemetaran, yang seolah ikut merasakan getaran hatinya, ia membaca isi pesan di kertas itu.

"Maaf aku menyerah pada harapan keluarga bahagia. Semenjak aku kehilangan dirinya, sejak itu aku tidak pernah mengenal arti bahagia."

"Aku sudah hidup cukup lama. Tanpanya, aku tak memiliki alasan untuk mencintai lagi. Dia adalah segalanya untukku. Aku berharap di kehidupan selanjutnya kita bisa memiliki keluarga bahagia yang aku dan kamu inginkan."

Luna membaca surat itu tanpa setetes air mata yang keluar. Gadis itu tidak menangis sama sekali, ia hanya terdiam. Ia sangat mengerti, kalau surat bukan untuknya, tapiuntuk orang yang tidak ia tau siapa.

Matanya menggelap sempurna berusaha untuk menetralkan apa yang baru saja di lihatnya. Ia bagaikan raga tanpa jiwa.

Dua kematian tragis sudah di lihatnya di depan mata. Satu tahun yang lalu papanya dan sekarang mamanya juga mati dengan cara yang sama. Apakah ini kutukan?

Mengapa dua orang yang paling di cintainya pergi dengan cara memaksakan diri. Mereka mengakhiri dirinya sendiri dengan mudah. Apa tidak sakit?

Gadis itu mendongak menatap kaki mamanya yang tergantung di atas kepalanya. Ia lalu berdiri dan langsung memeluk kaki mamanya.

Luna tidak mau membiarkan mamanya tergantung seperti ini terus-terusan. Dengan menggunakan kursi sebagai tumpuan, ia langsung menurunkan tubuh mamanya.

Brukk!

Suara tubuh mamanya yang jatuh. Gadis itu kemudian duduk di samping mamanya sambil bersender kursi.

Ia letakan kepala mamanya di atas pangkuannya, kemudian membelai puncak kepala mamanya dengan lembut.

"Selamat jalan ma." Ucapnya penuh makna.

Gadis itu memangku kepala mamanya, sambil bersenandung merdu, seperti menyanyikan lagu tidur yang lembut untuk menghantarkan mamanya ke tempat peristirahatan terakhir. Suaranya menari di udara malam yang dingin, memberikan kenyamanan terakhir bagi sosok yang telah pergi.

Pandangan Luna tiba-tiba tercuri oleh cahaya terang dari sebuah mobil yang menyorot ke arahnya, seolah lampu tersebut mencoba mengusik kesunyian yang menyelimutinya.

Mobil Jeep Wrangler warna hitam memasuki halaman rumahnya, diikuti oleh satu mobil ambulan dan satu mobil polisi, seolah mereka datang untuk mengganggu kesedihan yang mencekam.

Seorang pria paruh baya keluar dari mobil Jeep dengan ponsel yang masih menyala dalam genggamannya, seolah ponsel tersebut adalah saksi bisu dari perjalanan yang penuh kesedihan.

Pria paruh baya itu melangkah besar-besar menghampiri Luna, langkahnya berat seperti menanggung beban yang sama.

Tiba hanya berjarak satu langkah dari Luna, lelaki itu berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan Luna, mencoba memahami kedalaman kesedihan yang menyelimuti gadis itu.

LALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang