Hai guys, tadi panggilan Aaron sempat ke campur, gak fokus tadi pas benerin... tapi ini udah tak benerin, dan mohon maaf kalau ada tambahan percakapan dan lain-lain... selamat membaca.
__ooOoo__
Semenjak kejadian tak mengenakkan di kolam renang. Luna merasa jika Aaron tidak akan berubah. Dan hubungan keduanya tak akan bisa membaik, mustahil jika hubungan keduanya akan membaik layaknya saudara. Karena jauh di mata Aaron, lelaki itu benar-benar membencinya terang-terangan.
Luna menghela napas panjang. Ia kepikiran untuk melakukan sesuatu agar kakak angkatnya itu sedikit luluh padanya, dan mau menganggapnya layaknya adik.
Mungkin ini sedikit membutuhkan tenaga dan sabar yang seluas samudra, tapi... Ia harus melakukannya.
Tidak mau kan hidup penuh dengan tekanan karena si Brengsek Aaron? So waktunya untuk bertindak!
Luna yang kini tengah duduk sendirian di dekat kolam taman halaman depan, beralih masuk ke dalam rumah besarnya. Tiba di depan pintu, ia melihat satu pelayan tengah membawakan susu untuk Aaron. Kesempatan! Pikirnya.
"Bi? Biar saya yang mengantarkannya ke kamar Kak Aaron," ucap Luna, ia langsung melangkah cepat-cepat pada pelayan itu.
"Tapi non__"
"Udah biar saya aja bi, lagian saya mau modus buat deketin Kak Aaron agar mau terima saya jadi adiknya, tolong ya bi..."
Pelayannya menatap curiga sejenak, namun kemudian tersenyum. "Ya udah, ini kemauan Nona Luna sendiri, bukan bibi lho, nanti kalo bibi yang di salahkan__"
"Luna yang akan bilang! Luna yang akan belain bibi!" tukas Luna, tanpa ba-bi-bu, ia langsung merebut nampan yang berisikan segelas susu dari tangan pelayannya.
Gadis itu kemudian melangkah menuju anak tangga. Kamar Aaron sama terletak di lantai dua, namun letaknya berseberangan dengan kamarnya. Sehingga sampai di lantai dua, Luna harus berjalan memutar agar sampai di kamar Aaron.
Tiba di depan kamar Aaron, jantung Luna sudah berdebar tak keruan, takut, khawatir, serta... Ia masih trauma dengan kejadian beberapa waktu yang lalu.
Untuk menetralkan rasa takutnya, gadis itu kemudian menghela napas panjang, lalu memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Setelah tiga kali mengetuk pintu kamar Aaron, tidak lama kemudian pintu itu di buka oleh Aaron sendiri.
Glug!
Luna menelan ludah kasar, ia datang di waktu yang kurang tepat. Apalagi Aaron kini berdiri sedang bertelanjang dada di depannya.
Luna melirik ke samping, di dalam kamar Aaron... Disana ada seorang perempuan, bisa di pastikan kalau perempuan itu adalah kekasihnya, kalau bukan ya pelacurnya.
"Apa?" tanya Aaron melirik Luna dengan tatapan sinis.
"Ma-maaf, aku cuma mau anterin minuman ini..." ucap Luna gugup. Gelas itu kemudian di ambil oleh Aaron.
"Aku?" panggilan aku yang keluar dari bibir Luna itu bagi Aaron terdengar aneh. "Aku ya? Hahaha jangan bercanda, hubungan kita gak sedeket itu sampai kamu manggil gue dengan sebutan aku, sialan!"
"A-aku cuma__ Aissh!" Luna tergugup, ia sampai meraup bibirnya sendiri agar apa yang di katakannya lancar. "Yaudah, gue cuma nganterin susu itu untuk Kak Aaron,"
"Plin-plan banget jadi orang?"
Luna diam, ia memeluk nampan yang ada di dadanya cukup erat. Bingung harus bagaimana lagi dalam menghadapi Aaron.
"Selamat menikmati minumannya, Kakak Aaron. Luna izin pergi dulu ya, kalau butuh apa-apa panggil saja, Laluna adikmu ini." Tanpa menunggu lama-lama Luna langsung berbalik, saat akan melangkah pergi tangannya justru di cekal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALUNA
Romance"Ngerti sekarang? Mereka gak setuju kalo lo gue jadiin adik, gimana kalo gue jadikan pelacur?" Aaron Wesley Darius, pria tampan dan manipulatif, dikenal karena kekejamannya dan kemampuannya untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya dengan cara ap...