11. Unspoken Truths of S-Ass: Naria

1.2K 48 13
                                    

Hari minggu, seluruh pelayan di liburkan. Di rumah besar kediaman Darius hanya ada Naria, pelayan yang sengaja tidak di perbolehkan untuk pulang.

Dan Naria kini sedang bersiap untuk pergi mengunjungi orang terdekatnya di rumah sakit. Dan sekarang jam dinding menunjukkan pukul 18.48.

Namun saat hendak akan meninggalkan rumah besar itu, pintu rumah utama di buka lebih dulu oleh Felix yang merupakan tangan kanan Darius.

Untungnya segala persiapan makan malam, serta berbagai kebutuhan di rumah itu sudah di siapkan, sehingga Naria tak perlu berbalik untuk mengurus tuannya.

"Permisi tuan, saya mohon izin untuk pergi ke rumah sakit menjenguk teman saya," ucap Naria hati-hati saat meminta izin pada Felix.

"Tentu, terima kasih sudah mengurus semuanya, Naria." Jawab Felix seraya tersenyum ramah, pria paruh baya itu mengizinkan Naria untuk pergi.

"Terima kasih kembali, Tuan. Kalau begitu saya permisi." Naria melangkahkan kakinya pergi dari kediaman Darius.

Saat berjalan melintasi halaman taman yang cukup luas dan memakan waktu. Gadis itu berpapasan dengan mobil pribadi keluarga besar Darius.

Mobil itu berhenti. Seketika membuat langkah Naria juga berhenti untuk menyambut kedatangan orang yang ada di dalam mobil.

Pria itu menurunkan kaca mobilnya. Ia memperhatikan Naria dari atas sampai bawah. Naria hanya menunduk di tatap tuannya.

"Masuk!" titah pria itu, tanpa menolak Naria pun menurut.

Pikirnya pria itu sama pergi ke rumah sakit, namun dugaannya salah. Bahkan mobil itu tak berbalik menuju gerbang dan terus berjalan masuk ke kediaman Darius.

Naria tampak gugup, sampai-sampai ia mencengkram rok-nya. Ini adalah interaksi cukup intens antara dirinya dengan pria di sampingnya itu.

"Saya dengar mamamu berada di rumah sakit jiwa?" tanya pria itu.

Naria menunduk, tatapannya masih memperhatikan sepatu putih yang ia kenakan.

"Iya tuan,"

"Kenapa sampai bisa masuk Rumah sakit jiwa?"

"Ada pria brengsek yang telah memperkosa mama saya. Hingga akhirnya jiwa mama saya rusak... dan lo pelakunya." Naria membatin di kalimat terakhirnya.

"Maafkan saya sudah menyinggungnya, Naria."

Naria memaksakan senyumannya. "Tidak apa-apa tuan, terima kasih sudah mau peduli sama saya."

Pria yang duduk di sampingnya kini adalah sosok pria brengsek yang telah memperkosa ibunya, sampai ibunya keguguran dan masuk rumah sakit jiwa.

Tidak terbayangkan betapa sakit hatinya Naria kala berhadapan dengan sosok pria yang telah menjahati ibunya sedemikian rupa.

Meski ia terlihat baik-baik saja, tapi di lubuk terdalam gadis itu tersimpan dendam yang begitu besar.

Mobil yang di tumpangi mereka terhenti tepat di teras rumah besarnya. Supir pribadinya membukakan pintu untuk sang tuan. Pria itu kemudian melangkahkan kakinya keluar dari sana.

Naria melangkahkan kakinya keluar. Ia kemudian berdiri di belakang pria itu.

Langkah kaki pria itu terhenti. Tanpa menoleh, ia kemudian bertanya pada Naria.

"Naria? Sudah berapa lama kamu tinggal disini?"

"Hampir dua tahun Tuan," jawab Naria sambil menunuduk.

"Tuan, maafkan saya telah lancang. Saya mohon izin untuk pergi ke rumah sakit__" belum selesai dirinya bicara, pria itu lebih dulu memotongnya.

"Untuk menemui kekasihmu?" tanyanya, kali ini ia beralik dan menatap Naria.

LALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang