Naria dan Luna kini berada di kamar. Gadis itu tak berani keluar kamar karena beberapa teman Aaron yang di rasa cukup keterlaluan pada Luna.
Luna bagaikan magnet pemikat, yang mengundang beberapa tatapan penuh gairah, dari beberapa lelaki berusia di atasnya.
Kini Luna terdiam beberapa saat, ia mencoba untuk menetralkan jantungnya yang berdetak kencang, karena cemas. Dan cemas itu di sebabkan perlakuan keterlaluan teman Aaron padanya. Gadis itu mendapatkan pelecehan verbal di usianya yang di rasa masih belum waktunya.
Bahkan Luna langsung jadi perbincangan di kalangan Aaron dan teman-temannya. Jangan pikirkan seberapa liar kini pikiran mereka terhadap Luna, mereka sungguh telah menjadikan Luna sebagai objek fantasi gila mereka.
"Nona, mau saya ambilkan minum?" tawar Naria pada nonanya yang tengah berdiam sambil menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.
"Tidak apa-apa?" tanya Luna memastikan, ia hanya khawatir kalau Naria akan di ganggu juga oleh beberapa teman Aaron.
"Saya pelayan Nona, mereka tidak akan mengganggu saya, jadi tenang saja."
Luna lega mendengarnya. "Baiklah, tolong ya," pinta Luna, Naria kemudian pergi.
Namun cukup lama Luna menunggu di kamar pribadinya, Naria belum juga kembali. Lima belas menit telah berlalu tak ada tanda-tanda kedatangan Naria.
Ceklek!
Pintu kamar di buka dari luar. Luna langsung menoleh ke belakang, namun yang di dapatinya bukanlah Luna, melainkan Aaron.
"Kak Aaron?" sapa Luna sekaligus heran dengan kedatangan Aaron tiba-tiba di kamarnya.
Lelaki itu tersenyum tipis. Namun tatapan tajamnya tak mau menghindar dari sosok Luna di depannya. Ia melangkah besar menghampiri Luna.
"Menunggu Naria?" tanya Aaron dengan suara beratnya.
Luna mengangguk cepat.
"Dia sedang melayani tamu," ucap Aaron kemudian yang membuat Luna menatap heran padanya.
Luna menghela napas panjang dan dalam. Ia tau Aaron menatapnya tajam karena masih belum menyukainya dan lelaki itu bisa di katakan masih membencinya.
"Kak...maafkan Luna jika telah lancang datang ke rumah ini. Luna tau kak Aaron tidak menyukai Luna, jadi setelah papa pulang, Luna akan meminta untuk di pulangkan lagi ke rumah Luna," jelas Luna hati-hati.
Aaron tersenyum seringai mendengarnya. "Lo pikir bisa pergi dari sini? Setelah lo beraninya masuk dalam keluarga Darius?"
Luna mengernyitkan dahinya tak mengerti dengan perkataan Aaron. "Maksud kak Aaron?"
Aaron terkekeh pelan mengetahui respon Luna. "Dengar Luna, meski gue benci lo, sampai kapanpun gue gak akan biarkan lo pergi begitu saja,"
Luna diam. Ia masih berusaha untuk merespon perkataan kakaknya. Sedangkan Aaron sudah berjalan menuju pintu kamarnya. Langkah Aaron langsung terhenti saat hendak membuka pintu kamar.
"Pergi ke rooftop. Dan lihat apa yang di lakukan mereka pada Naria." Ucapnya datar, lelaki itu kemudian berlalu karena pintu kamarnya yang tertutup.
Mendengar perkataan Aaron perasaan Luna langsung tidak enak. Gadis itu beralih menuju lemari untuk mengambil blasser. Kemudian langsung bergegas keluar dari kamarnya. Luna berjalan menuju rooftop.
Saat pintu rooftop dibuka, disana tampak Naria sedang di ikat di sebuah kursi besi dekat kolam renang. Gadis itu menangis sesegukan meminta pertolongan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALUNA
Lãng mạn"Ngerti sekarang? Mereka gak setuju kalo lo gue jadiin adik, gimana kalo gue jadikan pelacur?" Aaron Wesley Darius, pria tampan dan manipulatif, dikenal karena kekejamannya dan kemampuannya untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya dengan cara ap...