Tidak di rasa sudah satu tahun Luna tinggal di keluarga Darius. Dan dalam satu tahun itu pula Luna mengambil kelas akselerasi, sehingga ia bisa masuk SMA di usianya yang masih sangat muda.
Berkat kepintarannya, ia bisa lulus tes akselerasi. Jangankan tes, hampir semua mata pelajaran yang ia lakukan di tingkat SMP seolah tak ada apa-apanya untuknya, karena saking jeniusnya otak seorang Laluna.
Satu tahun tinggal di kediaman Darius. Papa angkatnya sering di panggil ke sekolah untuk menghadiri beberapa penyerahan prestasi yang telah Luna dapatkan. Tidak hanya pandai dalam bidang mata pelajaran, gadis itu juga sangat pandai dalam dunia Lukis.
Di kediaman Darius, Luna bagaikan anak emas. Hanya dalam waktu singkat dirinya sudah bisa masuk ke sekolah yang sama dengan Ravin dan Aaron.
Ya. Luna kelas satu SMA sedangkan Aaron dan Ravin menginjak kelas dua belas. Darius bangga pada Luna. Dan apapun yang di inginkan Luna, Darius pasti akan mencarikannya. Bahkan Darius juga membuatkan studio khusus lukis untuk Luna.
Luna semakin di banggakan setiap hari dan setiap waktu oleh Darius, hingga Luna sendiri merasa sungkan pada Aaron. Luna sangat mengerti kalau Aaron tidak terlalu menyukainya. Apalagi Darius selalu menyombongkan Luna di depan Aaron.
Satu lagi perihal Ravin. Semenjak Luna di angkat menjadi bagian keluarga Darius, hampir setiap hari Ravin datang ke kediaman Darius.
Sejak awal bertemu, lelaki itu sudah menaruh perhatian pada Luna. Disaat gadis itu di ganggu oleh Aaron, maka Ravin adalah sosok yang akan maju paling depan menjaga Luna.
Pagi ini adalah hari pertama gadis itu masuk SMA. Darius, Luna, dan Aaron kini duduk melingkar di meja panjang nan luas dengan berbagai jenis masakan enak yang telah di buat oleh pelayan. Saat tengah menikmati sarapan pagi, terdengar sebuah deru motor Ravin berhenti di halaman depan keluarga Darius.
Tujuan Ravin tidak lain adalah untuk menjemput Luna. Dan begitu masuk, lelaki itu langsung nimbrung di meja makan.
Ravin duduk di kursi samping Luna. "Selamat pagi nona jenius," sapa Ravin yang selalu berlebihan.
"Apaan sih kak, biasa aja kali," seru Luna ia masih melanjutkan makannya.
Ravin menatap Darius. "Paman, saya kesini mau minta izin buat jemput Luna," ucap Ravin sambil memilih beberapa jenis makanan yang terhidang di atas meja.
"Tentu, jaga anakku dengan baik," ucap Darius ramah.
Darius sangat tau kalau Ravin anak baik-baik sehingga ia tidak akan berpikir ulang untuk mempercayakan Luna pada lelaki itu. Justru Darius lebih percaya Ravin dari pada anaknya sendiri.
"Ada rencana untuk lulus dalam waktu satu tahun lagi?" tanya Ravin tiba-tiba. "Biar kita wisuda bareng, dan itu cukup menyenangkan."
"Ih enggak lah, gue mau normal aja... Nikmati masa SMA gue." Balas Luna, seraya terkekeh pelan, begitu juga dengan Ravin dan Darius.
Aaron membuang muka malas menatap raut wajah bahagia mereka, tanpanya. Tiba-tiba saja perasaan lelaki itu langsung memburuk.
"Gue udah selesai," ucap Aaron datar, lalu pergi begitu saja meninggalkan ketiganya yang belum selesai makan.
Pandangan Darius terus menatap Aaron yang kini masih dalam suasana hati buruk. "Dia masih belum juga berubah,"
"Hampir semua nilainya jelek dan selalu saja berbuat onar di sekolah," sambung Darius, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
Dengan mulut yang masih penuh makanan Ravin menjawab. "Dia sebenarnya pintar paman, hanya saja dia terlalu malas untuk mengerjakan soal atau melakukan hal yang bermanfaat..."
KAMU SEDANG MEMBACA
LALUNA
Romance"Ngerti sekarang? Mereka gak setuju kalo lo gue jadiin adik, gimana kalo gue jadikan pelacur?" Aaron Wesley Darius, pria tampan dan manipulatif, dikenal karena kekejamannya dan kemampuannya untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya dengan cara ap...