8. Annoying Guy

1.3K 48 2
                                    

"Kenapa Luna? Lo gugup?" Aaron tersenyum seringai, perlahan tangannya membingkai pipi kiri Luna. "Lo belum pernah ciuman kan, sebelumnya?"

Mata Luna langsung membulat. Dengan sisa tenaganya ia mendorong tubuh Aaron, meski ia tau kalau itu sia-sia.

Perlahan lelaki itu mengikis kedekatan tubuh mereka berdua. Tiga pria yang sedang babak belur terdiam. Ada satu orang yang memanfaatkan waktu untuk berjalan pergi dari rooftop.

"Kemana?" seru Aaron, tanpa menoleh, tapi ujung pelupuk mata kirinya sudah menangkap pergerakan satu temannya, yang hendak melarikan diri. 

"Lo gak mau liat gue cium Luna? Padahal gue udah baik hati buat wakilin lo cium bibir Luna, tapi kenapa pergi?"

Luna melirik bingung. Jantungnya kini semakin tidak karuan. "Dia gak mungkin lakuin itu kan?" batin Luna khawatir.

Begitu merasa tangan Aaron melonggar dari pinggangnya, Luna langsung melepaskan diri dan mendorong tubuh Aaron sampai mundur dua langkah darinya.

Satu alis Aaron terangkat ia menatap tajam pada Luna, seolah tidak terima dengan apa yang di lakukan Luna padanya. "Kenapa Lun? Lo takut?"

Luna melangkah mundur seiring Aaron mendekat padanya. "Lo gila kak, gue datang cuma mau bujuk lo buat masuk kelas, bukan berantem apalagi berbuat mesum,"

Satu alis Aaron terangkat. Tangannya mengisyaratkan kalau lelaki itu tengah mempertajam pendengarannnya. "Apa? Mesum? Gue gak salah denger kan?"

"Gue cuma mau cium lo! Bukan telanjangin lo atau berhubungan seks sama lo, Luna!" tekan Aaron. Tanpa peduli ada siapa yang mendengarnya.

"Kemari baik-baik, atau gue yang bakalan samperin lo dan maksa lo, Luna."

Luna menggeleng, langahnya terus mundur perlahan, meski tatapannya terkunci pada Aaron. "Lo gila kak." Tegur Luna lirih.

"Iya dan gue gila karena lo, sialan!"

Luna makin tidak mengerti apa yang di maksud Aaron. Namun berurusan dengan Aaron saat ini itu cukup berbahaya.

Karena Luna terus saja melangkah mundur, dan itu membuatnya kesal. Kontan Aaron langsung memperbesar langkahnya dan menghampiri gadis itu.

Merasa terancam, tentu saja Luna langsung berbalik dan berlari ke arah pintu. Namun naas, rambutnya lebih dulu di tarik dari belakang oleh Aaron, sampai gadis itu mendongak. Dan saat itu pula pintu rooftop di buka keras oleh seseorang.

Brakk!

Seorang lelaki muncul dari balik pintu. Dia adalah Ravin. Tidak ada yang berani menentang Aaron selain Ravin. Dan lelaki itu kini berjalan dengan gagahnya menghampiri Luna.

Melihat keberadaan Ravin, sontak Aaron langsung melepaskan cekalan tangannya di rambut Luna. Dan Luna langsung berlari ke arah Ravin, lalu bersembunyi di belakang tubuh lelaki itu.

Ravin mematikan telepon yang sedari tadi tersambung dengan Luna. Ya selama gadis itu ketakutan, ia pasti akan menghubungi Ravin. Dan tepatnya Ravin datang bukan karena siapa-siapa, tapi karena gadis itu menelpon Ravin saat merasa dirinya terancam dengan keberadaan Aaron.

Dan Ravin juga mendengar apa yang di katakan Aaron. Lelaki itu cukup keterlaluan, bahkan mengatakan hal dewasa pada Luna. Dan Aaron tidak bisa di biarkan.

Kini tangan Ravin mengepal erat. Tatapan lelaki itu tajam mengarah pada Aaron. "Lo sudah keterlaluan bangsat, gak seharusnya dia mendengar kata-kata sialan lo!"

Tangan Ravin menggenggam erat tangan Luna. Lelaki itu masih menyembunyikan Luna di belakangnya.

"Dia gak seharusnya mendapatkan perlakuan dan pelecehan verbal seperti yang lo katakan, sialan!"

LALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang