birth collection

Hide the Birth: Kelahiran yang Disembunyikan

"Ssss shiiill." Nando memegangi pahanya yang bergetar halus akibat rangsangan luar biasa yang Sisil berikan pada miliknya. "Jangan gilaa akhh."

"Jangan kaya amatir deh, baru juga gue pegang. Lepasin."

Nando memegangi celananya kuat-kuat, ia menggeleng keras. Ia masih punya kewarasan. Satu-satunya hal logis yang harusnya mereka lakukan adalah membawa Sisil ke rumah sakit, membiarkan dokter atau bidan untuk menanganinya, bukan malah melakukan hal di luar nalar seperti ini.

"Nannn." Sisil merajuk. "Huhhh hhhh huhhh." Disela rengekannya Sisil mengatur nafas karena kontraksi. "Kontraksi gue jadi lebih kuat setelah lo kasih stimulasi puting. Gue yakin cara ini bakal berhasil."

Nando masih menggeleng, ia diam, masih tidak bisa berkata-kata. "Gue bawa lo ke rumah sakit Sil."

"Lo mau kita dibunuh sama nyokap gue."

Raya akan sungguhan membunuh Sisil kalau tahu putri semata wayang yang menjadi harapan satu-satunya setelah pengkhianatan suaminya hamil di luar nikah saat masih remaja. Sisil yang Raya harapkan akan melanjutkan kejayaannya sebagai seorang dokter justru menjadi manusia yang gagal seperti sekarang. Sisil tidak bisa membayangkan Mamanya yang sangat keras, suka mengontrol, dan tidak bisa dibantah itu akan membunuhnya dengan cara apa.

"Nannn, tolonggg. Kalo gue nggak lahiran malem ini juga, bisa-bisa rencana gue gagal total."

Nando mundur beberapa langkah kemudian berbalik membelakangi Sisil. Ia menjambak rambutnya sendiri, memaksa kepalanya yang panas itu untuk berpikir.

"Oke. Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Kalau habis ngelakuin itu nggak ada perkembangan apa-apa kita ke rumah sakit."

"Nando?!"

"Sil, please. Gue nggak mau lo kenapa-napa. Gue nggak akan biarin nyokap lo bunuh lo atau apa pun. Gue janji gue bakal lindungin lo. Percaya sama gue."

"Fine," Sisil setuju. Ia kemudian membuka kaitan branya yang memang sudah terpasang tidak sempurna akibat stimulasi puting dan melepas rok yang ia kenakan. Begitu juga dengan Nando, ia juga melucuti satu persatu pakaiannya. "Sinian, cepet."

lanjut di KaryaKarsa