Tante Raya
Nando, tante minta tolong ya kamu mata-matai Sisil. Dia pamitnya mau nginep ke rumah Lena buat kerja kelompok, tapi tante nggak yakin. Tante minta tolong ya.
Pesan dari Tante Raya masuk ke ponsel Nando bersamaan dengan kemunculan sosok Sisil dari gerbang sekolah. Perempuan itu menggunakan jaket kebesaran yang menelan habis tubuh mungilnya, ia berjalan ke selatan sesuai dengan arah menuju rumah Lena. Kalau memang gadis itu akan rumah Lena, mengapa Sisil tidak pergi dengan Lena atau teman-temannya yang lain?
Nando mulai curiga. Tanpa membuang waktu, ia menyalakan mobilnya kemudian mulai mengikuti Sisil dengan jarak yang aman agar tidak ketahuan.
Semuanya tampak aman, Sisil terus berjalan sesuai dengan arah menuju rumah Lena. Hanya saja Nando heran mengapa gadis itu tidak menggunakan mobilnya, atau apabila Sisil tidak membawa mobil mengapa perempuan itu tidak memesan taksi.
Nando membuntuti Sisil dengan rasa curiga yang semakin besar. Gadis itu tidak seperti Sisil yang ia kenal.
Nando menginjak pedal rem mendadak, ia tidak sadar bahwa Sisil berhenti berjalan karena terlalu fokus dengan lamunannya. Nando hampir turun dari mobil saat melihat Sisil tampak kesakitan sembari memegangi perutnya. Gadis itu bisa saja terjatuh apabila tidak ada pohon besar yang ia gunakan untuk bersandar.
Rasa khawatir Nando hampir membuat misinya gagal. Ia hampir turun dan membawa Sisil yang sangat kesakitan ke rumah sakit. Tapi Sisil tampak membaik beberapa saat kemudian lalu melanjutkan perjalanannya. Apa asam lambung Sisil kambuh?
Kecurigaan Nando mulai hilang berganti kekhawatiran, tapi itu tidak lama karena kemudian Sisil mengambil jalan yang berlawanan dari rumah Lena. Sisil belok kanan di sebuah persimpangan sepi, menjauhi rumah Lena yang seharusnya belok kiri.
"Lo mau kemana sih, Sil?" Nando menggumam di balik kemudi. Ia tetap mengikuti dengan jarak aman. "What the..."
Nando tidak bisa melepaskan pandangannya dari Sisil kala perempuan itu tampak kesakitan lagi sambil memegangi perutnya. Tapi Sisil memaksakan diri untuk tetap melangkah. Nando hampir saja mengacaukan rencananya lalu menolong Sisil yang kesakitan menyeret langkahnya sambil memeluk perut dengan satu tangan sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk berpegangan pada apa pun tapi ia urung saat melihat Sisil memasuki sebuah halaman rumah asing. Rumah itu terlihat tidak terawat begitu pula halamannya yang ditumbuhi rumput liar. Cat rumah itu sudah pudar, kacanya pun berdebu, seperti rumah yang sudah lama tidak dihuni. Untuk kepentingan apa Sisil ada di sana?
Nando memarkir mobilnya dengan jarak cukup jauh kemudian berjalan mengendap-endap untuk mendekat lalu bersembunyi di balik pohon besar. Matanya membulat sempurna melihat Sisil mengeluarkan sebuah kunci yang kemudian ia gunakan untuk membuka pintu rumah itu.
Saat Sisil sudah memasuki rumah, Nando mengendap lebih dekat lagi layaknya pencuri. Beruntung kaca jendela rumah itu tidak terutup gorden sehingga Nando bisa melihat keadaan di dalam. Nando mengusap debu yang menempel di kaca, kemudian mendekatkan wajahnya, menempelkan kedua matanya untuk melihat keadaan di dalam rumah. Di dalam ada sofa tua di tengah, dapur kosong, dan satu kamar yang pintunya terbuka. Nando mengendap lagi untuk mencari jendela kamar itu, ia yakin Sisil ada di dalam sana. Nando melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan barusan pada jendela kamar yang ia yakini Sisil ada di dalam, mengintip.
Nando tercengang dengan pemandangan yang sedang ia lihat. Sisil membuka jaket yang ia kenakan, menyisakan seragam SMA yang kemudian ia buka juga satu persatu kantungnya.
"Hell."
Dada Nando bergemuruh hebat, jantungnya berpacu sangat kuat melihat apa yang ada di balik jaket dan seragam Sisil. Perempuan itu mengenakan korset berwarna hitam yang membelit erat perutnya, saat korset itu dibuka, perut besar Sisil mencuat ke depan. Nando tidak bisa berkata-kata. Tanpa pikir panjang ia kembali ke depan, membuka paksa pintu rumah itu dan mendatangi Sisil.
"Sil!"
"Nando?!"
Sisil terkejut. Ia kelabakan, mencari-cari seragam atau apa pun itu untuk menutupi tubuhnya, terutama perutnya.
"Nan! Kok lo?"
"Jelasin ke gue. Ini apa, ha?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
birth collection
Romancecollection of birth short stories ⚠️🔞 pregnant and birth kink minors please dont interact