HAPPY READING
.
."Maaf, tapi Joel jangan menyerah, ya? Kita coba lagi. Kamu pasti bisa sembuh." Bagai tersambar petir di siang bolong, tubuh Joel bergetar saat kalimat keramat tersebut keluar dari mulut Welly—dokter yang menangani Joel.
Joel dapat merasakam bahunya ditepuk pelan oleh sang Ayah, juga pelukan hangat bundanya yang berusaha memberi ketenangan untuk Joel. "Kenapa? Joel udah capek, ini ga akan berhasil."
Air mata mengalir di pipi Joel. Napasnya tersengal, wajahnya memerah. "Adek harus kuat, Nak. Kamu ga sendiri. Ada Bunda, Ayah, sama yang lain," ucap wanita paruh baya yang menggunakan hijab bermotif bunga-bunga. Wanita tersebut adalah Keisya Adhytama. Ibunda Joel, istri dari pria berambut putih di sebelahnya, Raga Adhytama.
"Tapi Joel ga mau Bunda ...." Joel menenggelamkan wajahnya di bahu Keisya. Hatinya hancur saat mendengar Welly mengatakan Joel harus kembali berjuang melawan kanker darah yang menyerang tubuhnya.
Sudah lima tahun Joel lalui dengan rasa sakit. Namun, seolah belum cukup. Tuhan masih ingin melihat seberapa jauh Joel mampu bertahan.
Welly yang sudah menangani Joel selama lima tahun ini pun turut meneteakan air matanya. Joel masih berusia sebelas tahun saat pertama kali didiagnosa mengidap kanker darah. Welly tentu menjadi salah satu saksi atas perjuangan Joel dan keluarganya.
"Hei, udah, ya? Joel harus kuat! Dokter pasti akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Joel!" Raga yang sedari tadi diam pun akhirnya bersuara.
Nyatanya Joel memang sudah lelah dengan pengobatan yang dijalaninya. Ia sudah muak dengan obat-obatan yang harus dikonsumsi, muak dengan kemoterapi yang menyakitkan. Muak, Joel ingin menyerah.
"Jangan pernah mikir buat nyerah, Dek. Ayah ga mau kehilangan Adek." Raga memeluk putra bungsunya yang masih menangis di pelukan sang istri. Jadilah mereka bertiga berpelukan untuk saling menenangkan hati yang kacau.
—
"Mau mampir dulu?" tanya Keisya begitu mobil melaju meninggalkan halaman rumah sakit.
Joel yang duduk di jok belakang sendirian pun hanya menjawab dengan gelengan. Kepalanya masih dipenuhi oleh kalimat Welly yang mengatakan bahwa ia harus kembali menjalani kemoterapi sebelum kankernya semakin ganas. "Adek haus?" tanya Raga yang melirik Joel dari sepion. Ia tahu anaknya sedang bersedih, tetapi ia tidak ingin kehilangan Joel serta senyuman manisnya.
"Aku gapapa. Ayah sama Bunda tenang aja," ucap Joel yang paham bahwa sedari tadi kedua orang tuanya tengah menatap Joel khawatir.
Akhirnya perjalanan menuju rumah sore itu hanya diisi dengan keheningan. Tanpa ada obrolan atau ocehan kecil dari Joel. Rasa sakit benar-benar telah berhasil membuat Joel lupa bagaimana caranya tersenyum bahagia.
Setelah memakan waktu hampir satu jam dikarenakan macet, mobil hitam itu terparkir di halaman rumah mewah berlantai dua. Tanpa menunggu kedua orang tuanya, Joel lebih dulu keluar dari mobil dan berjalan pelan memasuki rumah dengan kepala tertunduk.
Saat melewati ruang keluarga, tiba-tiba saja Joel dikejutkan dengan bunyi terompet. "Selamat ulang tahun, Joel!" Teriakkan tersebut berhasil menarik perhatian Joel. Meski wajahnya tak menujukan minat, mata Joel jelas berbinar melihat kehadiran teman-teman juga dua kakak laki-lakinya.
"Kalian kenapa repotin diri sendiri gini? Padahal umurku ga panjang lagi, buat apa rayain hal ga berguna?" Joel berjalan menghampiri kakak pertamanya yang menatap Joel marah saat ini.
"Maksud Adek apa?" Mahesa mengusap kepala adiknya lembut. Meski tak terima dengan ucapan sang Adik, Mahesa tidak boleh kelepasan melampiaskan amarahnya.
Joel hendak menjawab pertanyaan Mahesa, tetapi tiba-tiba nyanyian lagu selamat ulang tahun datang dari arah ruang tamu. Hal tersebut membuat perhatian Joel teralihkan. Tampak ayah bundanya dan Juga Welly memasuki ruang keluarga. Keisya tampak membawa sebuah kue berbentuk kucing di tangannya. Meski tidak ada lilin yang menghiasi kue tersebut, perasaan Joel kembali menghangat hingga air mata mengalir di pipinya tanpa ia sadari.
"Selamat ulang tahun ke enam belas anak ganteng Bunda, pangerannya Bunda, juara hatinya Bunda." Keisya mengecup pipi Joel yang sedari tadi hanya diam bak patung tanpa berniat merespons apa pun.
"Selamat ulang tahun anak kesayangan Ayah, anak kecilnya Ayah, kucing kesayangan Ayah. Makasih sudah bertahan, ya, Dek? Kamu hebat sekali," ujar Raga sembari memberi kecupan di kening anaknya.
Joel masih diem, tetapi matanya tak berhenti meneteskan air mata membuat Keisya pun tak mampu menahan tangisnya.
"Happy birthday, pasien terhebat Cece! Makasih, ya, Adek sudah mau bertahan selama ini? Kita berjuang lagi, oke? Ga boleh nyerah dulu, Cece akan bantu Adek untuk sembuh, Cece janji!" Welly mengusap bahu pasien sekaligus adik dari kekasihnya dengan hangat. Mahesa yang sedari tadi memerhatikan interksi kekasihnya dengan sang adik pun tak dapat mengelak bahwa perasaannya menghangat.
"Selamat ulang tahun Adek kesayangan Aa. Joel hebat sekali, adeknya Aa sudah besar, ya, sekarang? Aa janji, deh, kalo Joel semangat buat sembuh Aa bakal beliin Joel motor yang paling bagus!" Mahesa memeluk tubuh adiknya dengan penuh kasih sayang. Tak masalah meski Joel hanya diam, mereka tahu diamnya Joel adalah pertanda bahwa ia menerima kejutan ini dengan baik.
"Ini dia yang lagi ulang tahun, Gengs! Adek bungsu gue, namanya Pangeran, ganteng kaya gue, kan?" Kakak kedua Joel mengambil tempat berdiri Mahesa dengan ponsel yang terpasang di tripod. Pangeran adalah panggilan khusus yang Athat berikan pada Joel, begitu pun nama prince yang tersemat pada Joel merupakan ide dari Athar.
"Mas, aku ga mau!" Joel mendorong bahu Athar agar ia menjauh. Hal tersebut membuat semua orang lega. Athar tak pernah gagal membuat Joel kesal.
"Dia emang pemalu," bisik Athar sembari mendekatkan wajahnya ke kamera ponsel, membuat Joel memukul punggung Athar.
"Jauh-jauh sana!" teriaknya marah.
Hal tersebut justru membuat suasana ruang tamu tampak hangat. Tak dapat dipungkiri bahwa menyenangkan melihat Joel memarahi Athar. "Kita duduk dulu, yuk." Keisya mempersilakan empat orang teman Joel yang datang untuk duduk terlebih dahulu.
Begitu semua orang telah duduk di tempatnya, Joel yang sedari tadi menundukkan kepala tiba-tiba buka suara. "Semuanya, makasih udah rayain ulang tahun aku. Tapi, maaf, harusnya ga usah ... cukup kalian doain aku aja udah cukup," ucap Joel, "Nakula, Zacky, Cakra, Arkan makasih udah mau jadi temen gue selama ini. Maaf gue cuma bisa nyusahin kalian, maaf kalau gue bikin malu karena penyakitan." Joel menatap keempat temannya yang sedari tadi hanya diam. Mereka ingin menyuarakan ketidaksetujuan, tetapi enggan memotong ucapan Joel.
"Ayah, Bunda, Aa, Mas, Cece, makasih juga udah selalu ada buat aku. Maafin aku cuma bisa bikin kalian susah. Makasih sekali lagi." Joel menarik napasnya dalam, "Makasih semuanya. Aku seneng kalian masih ada buat aku sampai sekarang. Aku sadar masih banyak orang yang sayang sama aku. Maaf sempat mikir kalau lebih baik aku nyerah aja. Tapi kalian selalu ada buat kasih aku semangat. Makasih, semuanya," imbuh Joel sembari memeluk Keisya yang duduk di sebelahnya.
Ya Allah, tolong jangan bikin orang-orang yang sayang sama Joel sedih. Tolong limpahkan kebahagiaan dan keselamatan untuk mereka, aamiin ...
.
.
—tbcYeyy, cerita baru 🤩 kali ini cerita keluarga cemara😋💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Joel's Wishlist [TERBIT]
Teen Fiction"Kesehatan itu harus berjalan bersama kebahagiaan" - Joel Prince Adhytama