HAPPY READING
.
.Joel baru saja dipindahkan ke ruang rawat setelah menjalani kemoterapi. Tidak banyak yang terjadi belakangan ini, kecuali kondisi kesehatan Joel yang kian membaik. Welly selaku dokter yang menangani Joel pun mengatakan kondisi Joel cukup baik jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir.
Kali ini Joel ditemani oleh Raga. Kebetulan Mahesa dan Athar sedang sibuk, sedangkan Keisya yang sejak kemarin tidak enak badan pun hanya tinggal di rumah. "Adek kalau butuh apa-apa bilang sama Ayah, ya?"
Joel menghela napas lelah saat kalimat tersebut sudah dua belas kali ia dengar. "Aku gapapa, Yah. Cuma pusing sama mual aja. Nanti juga baikan, kok." Joel tidak berbohong saat mengatakan ia baik-baik saja. Faktanya, Welly bahkan sudah memberi izin untuk Joel pulang ke rumah, hanya saja, seperti biasa Raga akan selalu bersikap berlebihan pada bungsunya.
"Ayah, kan, khawatir, Dek. Muka kamu pucet banget, loh." Tangan Raga bergerak mengusap keringat dingin yang membasahi kening Joel.
Joel memejamkan matanya saat merasakan sentuhan hangat tangan ayahnya. "Aku gapapa, Yah. Ini udah biasa." Suara Joel terdengar lirih kali ini, membuat Raga bertambah khawatir.
Raga memijit pelan kaki anaknya yang tertutup selimut tebal. "Kalau ngantuk tidur aja. Nanti Ayah bangunin pas udah mau pulang."
Joel tak lagi membalas ucapan ayahnyam Ia memilih untuk tidur sejenak, mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah dimasuki obat-obatan.
—
Joel dan Raga tiba di rumah saat hari sudah sore. Raga merangkul tubuh anaknya yang tampak masih lemas setelah beberapa kali memuntahkan isi perutnya saat di rumah sakit.
Begitu memasuki ruang keluarga, pemandangan pertama yang Joel lihat adalah Keisya yang tengah menyusun bantal sofa. Wanita tersebut tampak menggunakan hijab bergo berwarna hitam juga pakaian rumahan yang sering dikenakan. "Bunda," panggil Joel dengan nada manjanya.
Keisya mengalihkan perhatiannya, merasa terkejut saat mendapati anak dan suaminya sudah pulang. "Ya ampun, kok, ga salam dulu, sih?" Keisya membantu Raga menuntun tubuh lemas Joel untuk duduk di sofa.
"Capek banget, Nda." Joel menyandarkan kepalanya di bahu Keisya tanpa menjawab pertanyaan yang bundanya ajukan. "Bunda udah sehat?"tanya Joel.
Keisya mengusap lembut kepala Joel yang hari ini menggunakan kupluk berwarna biru. "Bunda udah sehat, Dek. Udah sehat banget malah."
Joel tersenyum tipis, lalu menatap Raga yang menyalakan televisi tanpa ikut berbincang dengan istri dan anaknya. Jika Joel boleh jujur, Raga sebenarnya adalah sosok yang sangat sempurna. Selain kaya, Raga juga tampan meski sudah hampir kepala lima. Sayangnya, pria yang berstatus sebagai ayahnya ini sangat sulit berbaur, bahkan dengan keluarganya sendiri. Tepatnya, Raga adalah sosok yang pendiam. Bahkan untuk sekedar memberi perhatian lebih pun terkadang Raga akan merasa canggung. Berbanding terbalik dengan Keisya. Namun, itulah yang melengkapi pernikahan Keisya dan Raga.
"Aa mana, Yah?" tanya Joel saat tak mendapati keberadaan Mahesa. Biasanya Mahesa sudah akan di rumah sebelum pukul lima. Akan tetapi, saat ini sudah hampir jam enam sore dan Mahesa belum pulang ke rumah.
"Lagi ada urusan kali," jawab Raga yang masih fokus dengan tontonannya.
"Kalo Mas Athar?" Joel kembali bertanya. Rasanya rumah sepi sekali tanpa Mahesa dan Athar.
"Mas Athar katanya mau collab sama kreator lain, jadi pulang agak telat."
Joel menghela napas. Malam ini sepertinya Joel akan merasa sangat bosan tanpa Mahesa dan Athar yang menemaninya mengisi waktu.
"Udah, yuk, salat dulu. Udah Magrib." Raga Berdiri terlebih dahulu, kemudian menuntut Joel menuju kamarnya.
—
Pagi ini seperti biasa Joel akan dibangunkan Keisya untuk salat subuh, kemudian pergi mandi agar tubuhnya terasa lebih segar. Hari ini adalah hari sabtu, hari di mana Athar dan Mahesa akan libur dan berdiam diri di rumah seharian, kecuali jika ada janji yang tidak bisa mereka tinggalkan.
Joel keluar dari kamarnya, mendapati ruang keluarga sudah rapi serta Mahesa dan Athar tengah berkutat di depan televisi. Joel tidak tahu apa yang keduanya lakukan, ia pun tidak ingin tahu karena biasanya dua orang itu hanya iseng mengutak-atik benda di rumah ini.
Tanpa memikirkan hal tersebut, Joel terlebih dahulu berlalu menuju halaman depan untuk mencari Raga dan Keisya yang kemungkinan tengah menyiram tanaman. Biasanya di hari libur, keluarganya akan sarapan pukul delapan, jadi saat ini mereka akan melakukan kegiatan lain.
"Ayah, Bunda mana?" tanya Joel saat hanya mendapati Raga yang tengah mencabuti rumput di dalam pot bunga.
"Bunda lagi keluar bentar, beli gula, Dek."
Joel mengangguk kepalanya. "Ayah, masuk, yuk?" ajak Joel
Raga sejenak melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Oke, bentar Ayah cuci tangan dulu. Adek masuk aja."
Tanpa menjawan perkataan ayahnya, Joel memilih melangkahkan kakinya ke dalam rumah dan bergabung dengan Athar juga Mahesa.
"Mas Athar lagi ngapain, sih?" tanya Joel saat melihat Athar masih berkutat di depan televisi.
"Eh, Pangeran. Kepo banget, Mas Athar punya sesuatu buat Pangeran, nih."
Joel melirik Mahesa yang mengangkat bahunya ganda tak tahu.
"Nah, beres. Kita tunggu Ayah sama Bunda sekalian, ya!" ujar Athar yang kemudian duduk di lantai beralaskan tikar tebal.
Joel dan Mahesa pun melakukan hal yang sama, biar Keisya dan Raga yang nanti duduk di sofa. Posisi Joel yang berada di tengah-tengah membuat perasaan Joel menghangat. Momen ini akan selalu Joel rindukan. Joel ingin seperti ini selamanya, apakah bisa?
Tak lama kemudian, Raga memasuki ruang keluarga disusul oleh Keisya yang membawa plastik berisi gula.
"Nda! Ayo sini duduk," seru Athar, "aku ada kejutan."
Raga dan Keisya pun tak menolak. Mereka duduk di sofa menanti kejutan yang Athar ingin perlihatkan.
Saat seluruh anggota keluarga telah berkumpul, Athar dengan cepat mengambil remot televisi dan menyalakan televisi yang tadi sudah ia atur untuk memutar sebuah DVD berisi video yang telah ia buat. Video tetsebut seperti film pendek yang berjudul, 'Keluargaku, keluarga cemara' begitulah judul yang terdapat di awal video.
"Halo, Gengs! Ini Bunda gue, tercantik di seluruh dunia!" suara Athar mengawali Video tersebut. Di video itu, Athar masih tampak berusia sepuluh tahun.
"Mas Athat emang dari dulu udah suka nge-vlog gitu, ya? Kok, aku ga nyadar?" heran Joel.
"Kamu aja yang ga tau. Udah, fokus aja nontonnya."
Video kembali berlanjut. Di video itu tampak Athar memperkenalkan satu persatu anggota keluarganya. "Ini adek gue! Namanya Pangeran, bagus, kan? Itu gue yang kasih nama."
Meski terdengar aneh saat anak berusia sepuluh tahun berbicara dengan logat gaul yang tampak kaku. Video itu tetap dapat dinikmati.
Videk terus berputar, mengingatkan Joel akan semua kenangan yang telah mereka lalui bersama. Bahkan Athar memasukkan video saat pertama kali Joel memasuki sekolah dasar. Athat juga memasukkan video pada saat seluruh anggota keluarga menangis karena vonis dokter pada Joel.
"Mas Athar niat banget, ini ga pernah ilang videonya?" tanya Joel saat video tersebut masih terus berlanjut.
"Alasan Mas Athar suka bikin video buat ini, supaya kita punya kenang-kenangan. Kalau salah satu di antara kita pergi, video ini akan selalu jadi pengingat."
Entah kenapa, Joel tak dapat menjawab pernyataan Athar. Dadanya terasa sesak saat mendengar hal tersebut. "Jangan bawa-bawa kata pergi, ah." Kata-kata tersebut, seperti membuat perasaan Joel menjadi tidak tenang.
.
.—tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Joel's Wishlist [TERBIT]
Teen Fiction"Kesehatan itu harus berjalan bersama kebahagiaan" - Joel Prince Adhytama