HAPPY READING
.
.Athar bersungguh-sungguh saat mengatakan bahwa akan membuat momen tak terlupakan di ruang rawat Joel. Pagi-pagi sekali, Athar pamit pulang ke rumah pada Joel yang sudah bangun. Alasannya tak lain adalah untuk menjemput orang tua mereka yang masih di rumah. Selain itu, Athar juga ingin mempersiapkan beberapa hal yang akan ia lakukan pada saat membuat video vlog bersama Joel dan keluarganya.
Sementara itu, Joel saat ini hanya duduk diam di sofa ruang rapatnya tanpa berniat melakukan apa pun. Setelah Athar berpamitan padanya, Joel hanya termenung dan sesekali membalasa pesan masuk dari teman-temannya.
Joel benar-benar berharap hari ini akan jadi lebih baik dari kemarin. Memang benar penyesalan akan selalu datang di akhir, Joel benar-benar menyesal telah membentak orang tuanya dan juga Mahesa. Padahal Joel sendiri pun tahu bahwa apa yang orang tuanya lakukan adalah yang terbaik untuk kesembuhannya.
Beberapa kali Joel menggelengkan kepalanya saat memikirkan hal apa yang harus ia lakukan saat bertemu Raga, Keisya, dan Mahesa. Kalau ia bersikap ketus, itu akan membuat keadaan kembali memburuk. Kalau ia tersenyum bahagia, itu akan terlihat jika Joel tak menyesali perbuatannya semalam. Gimana, dong. Kalo Aa masih marah aku harus apa? batin Joel. Rasanya melihat Mahesa marah lebih menyeramkan dari pada apa pun.
"Pangeran! Lihat Mas Athar bawa apa." Kalimat tersebut mengalihkan perhatian Joel sepenuhnya.
Joel dapat melihat tangan kanan Athar tengah mengarahkan kamera ponsel padanya, sedangkan tangan kirinya memegang sekantong buah berwarna merah, buah favorit Joel. "Strawberry! Banyak banget," ujarnya dengan wajah yang tampak terkejut.
"Suka? Ini Aa yang beliin, katanya buat ucapan maaf." Athar tertawa kecil di akhir kalimat. Ia pun mematikan kamera ponselnya lalu mengeluarkan sebuah tripod dari tas yang dibawa.
"Yang lain mana?" Pertanyaan itu tak membuat Athar yang fokus pada ponsel dan tripod-nya mengalihkan perhatian. "Mas Athar, kok, ga dijawab, sih," kesal Joel.
Tak lama setelah kalimat itu Joel ucapkan, pintu ruang rawat Joel terbuka dan memperlihatkan tiga orang berbeda usia yang hendak masuk ke ruang rawat Joel.
"Bentar, Nda, aku setel kamera dulu." Tangan Athar diangkat ke atas mencegah orang tuanya juga Mahesa yang akan berjalan masuk ke ruangan. "Oke, boleh masuk," imbuhnya setelah selesai dengan kegiatannya.
"Adek, udah enakan?" tanya Mahesa yang sudah duduk di sebelah Joel.
Tanpa menatap Mahesa yang tengah mengusap kepalanya, Joel menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
Raga dan Keisya memilih duduk di sofa yang bersebrangan dengan Joel, Athar, dan Mahesa sembari melihat kegiatan ketiga anaknya. Athar sudah memberitahu Keisya dan Raga bahwa kegiatan nge-vlog yang sudah Joel rencanakan di pantai akan pindah lokasi ke rumah sakit. Terkadang Keisya sendiri pun heran bagaimana caranya Athar bisa selalu membujuk Joel.
"Ini si Pangeran lagi ngambek ke Aa," kata Athar yang tengah berbicara ke kameranya.
"Aku ga ngambek!" Bantahan tersebut membuat Athar dan Mahesa tertawa.
"Oke! Ini vlog pertama gue bareng Pangeran! Kalo sama Aa, Ayah, dan Bunda kalian pasti udah ga asing, kan?" Athar mengarahkan kameranya ke wajah Joel yang sudah bersembunyi di bahi Mahesa. "Ini dia Pangerannya, ayo, dong, sapa netizen!" imbuh Athar.
Meski sedikit ragu dan gugup, Joel akhirnya melambaikan tangan ke arah kamera, meski wajahnya masih bersembunyi di bahu Mahesa. Lagi-lagi hal tersebut membuat Mahesa, Athar, Raga, dan Keisya tertawa.
"Anggap aja ga ada kamera di sini. Pangeran kaya biasa aja, lakuin semua hal yang Pangeran mau." Athar membujuk Joel pelan agar anak itu mau memperlihatkan wajahnya.
"Jangan di sini, dong, mukanya, Dek." Mahesa menarik bahunya agar wajah Joel terlihat di kamera.
"Aku malu!" Tanpa perasaan Joel memukul keras bahu Mahesa hingga menimbulkan suara yang membuat suasana cukup hening beberapa saat. "Aa, maaf! Sakit, ya?" kata Joel panik saat telah menyadari betapa kerasnya pukulan tadi.
"Aduh, sakit banget, ini kayaknya tangan Aa memar." Tangan Mahesa memegangi bahunya yang dipukul Joel dengan penuh drama.
Joel menatap bingung orang tuanya serta Athar yang malah tak acuh akan keduanya. "Bunda, panggilin dokter, Aa bahunya sakit!" Kepanikan Joel ternyata benar-benar nyata, anak itu bahkan hendak berdiri untuk memencet tombol darurat.
Untung saja Mahesa dengan cepat mencegah agar hal itu tak terjadi. "Adek, Aa gapapa."
Hal itu membuat Joel menatap Mahesa marah. "Dasar penipu!" teriaknya sembari kembali memukuli Mahesa. Tawa pun pecah memenuhi ruangan tersebut, hingga terdengar suara ketukan yang berasal dari luar pintu.
"Udah-udah, Bunda bukain pintu dulu." Perintah Keisya berhasil membuat ruangan menjadi hening, meski tangan Joel masih saja memukuli bahh Mahesa pelan.
"Adek, ada dokter mau periksa, nih."
Joel mengalihkan perhatiannya, lalu tersenyum pada Welly yang memasuki ruangannya disusul oleh seorang perawat. "Aa, ada pacarnya, tuh," kata Joel yang menggoda Mahesa.
Wajah Mahesa dan Welly memerah setelahnya. Namun, Welly dengan profesional mengatakan, "Joel bisa baring dulu, ya, kita periksa sebentar."
Mahesa pun dengan sigap membantu Joel berdiri, sementara Athar membantu membawakan tiang infus.
"Ini aku lagi nge-vlog, Cece mau masuk kamera ngga?" tanya Joel saat tubuhnya sudah dibaringkan ke atas brankar.
"Oh, ya? Kok, tumben?" Welly menutup tirai yang menjadi pembatas antara brankar Joel dan sofa tempat keluarganya duduk.
"Pengen aja, kasian Mas Athar. Dia jomblo jadi ga ada temen nge-vlog, makanya aku aja yang temenin." Meski terdengar seperti sedang melucu, nyatanya Joel mengatakan hal tersebut dari benar-benar dari hati.
Welly hanya tersenyum sembari mulai memeriksa keadaan Joel. Sesekali Welly akan memberi pertanyaan yang sudah Joel hafal.
"Oke, keadaannya cukup stabil. Adek kelihatan lebih semangat hari ini. Aa bilang ada beberapa hal yang mau Adek capai, kan?" Setelah selesai dengan kegiatannya, Welly membereskan perlengkapan sembari mengajak Joel berbincang.
"Iya! Aku udah bilang ke semua orang sebenernya, tapi aku juga bakal bilang ke Cece." Senyum manis Joel mengalihkan atensi Welly.
"Apa itu?" tanya Welly yang penasaran kalimat apa yang akan Joel katakan.
"Aku udah bikin beberapa wishlist, biar aku semangat buat jalani hidup. Aku juga udah mutusin buat jalani waktu yang aku punya dengan bahagia!"
Welly tersenyum mendengar hal tersebut. Pantas saja sejak tadi ia merasakan ada yang berbeda dari Joel. Ternyata, perbedaan tersebut berasal dari aura yang Joel pancarkan.
"Bagus, Cece seneng dengernya. Ya, udah, cece masih harus ke ruangan lain. Joel semangat, ya? Cece tinggal dulu."
Suster telah membuka tirai pembatas, kemudian berpamitan pada keluarga Joel yang tengah berbincang.
Joel tersenyum melihat interaksi Mahesa dan Welly. Bisa ga, ya, aku lihat Cece sama Aa nikah? batinnya. Mas Athar bener, meski di rumah sakit kenangan yang diciptakan bareng sama orang-orang yang kita sayang bakal tetep jadi kenangan yang ga bakal Joel lupain. Semoga mereka juga ga bakal lupa sama Joel. Pandangan Joel masih saja fokus dengan kegiatan keluarganya dan Welly. Hingga Welly meninggalkan ruang rawat Joel dan membuat Athar berjalan ke arah Joel dengan kamera di tangannya.
"Gimana perasaan Pangeran?" Tangan Athar mengusap kepala Joel.
"Aku bahagia. Makasih, ya, Mas."
Kegiatan mereka berlanjut hingga sore hari. Melupakan kejadian di hari kemarin dan menciptakan momen indah yang akan terus mereka ingat hingga kapan pun. Nyatanya, semua kegiatan bersama Joel tak akan mereka lupakan meski tak terekam dalam sebuah video. Bagi mereka Joel adalah pelengkap di keluarga Adhytama.
.
.—tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Joel's Wishlist [TERBIT]
Teen Fiction"Kesehatan itu harus berjalan bersama kebahagiaan" - Joel Prince Adhytama