HAPPY READING
.
.Tiga minggu berlalu begitu cepat pasca kemoterapi yang Joel jalani. Hari ini Joel sudah membuat janji dengan Welly untuk melakukan check up yang mana untuk melihat konerja obat kemoterapi yang masuk ke tubuh Joel.
Saat ini Joel dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Keisya dan Raga beberapa kali membicarakan hal-hal yang mereka lihat di jalan. Joel pun sesekali akan menimpali, tetapi hari ini Joel tampak lebih fokus pada ponselnya.
Ia tengah berkirim pesan dengan Mahesa. Beberapa hari yang lalu, Mahesa berdiskusi dengan keluarganya meminta izin untuk melamar Welly. Joel menjadi yang paling bersemangat untuk menyetujui hal tersebut. Namun, itu baru rencana dan Welly pun belum tahu mengenai hal tersebut. Saat ini, Joel mengirim pesan pada Mahesa, mengatakan bahwa ia akan memberi kode pada Welly, dan melihat respons dokternya itu.
"Bunda sama Ayah nanti nunggu di kantin gapapa, ya, Dek?" tanya Keisya, "mau ketemu temen Bunda yang kebetulan habis nganter anaknya berobat."
Joel yang tak punya alasan untuk menolak pun menganggukkan kepalanya. Lagi pula ia sudah cukup dewasa dan berani menemui domter sendirian. Bahkan jika Keisya dan Raga tak mau mengantarkan ia pun, Joel berani berangkat sendiri. "Nanti kalau ada yang mau Cece sampein aku hubungi Ayah atau Bunda."
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Joel dan orang tuanya memasuki gerbang rumah sakit. Begitu mobil sudah terparkir, mereka memasuki gedung berwarna putih tersebut. Joel, Keisya, dan Raga berpisah di koridor. Kantin rumah sakit berada di lantai dasar, sedangkan ruangan Keisya berada di lantai empat.
Begitu tiba di lantai empat dengan bantuan lift Joel pun segera ke ruangan Welly. Joel sudah membuat janji, sehingga ia bisa langsung masuk ke ruangan Welly setelah mengetuk pintunya sebanyak tiga kali.
"Halo, Ce!" sapa Joel pada perempuan beranbut coklat tersebut.
"Halo! Gimana kabarnya?" Welly mempersilakan Joel untuk duduk di hadapannya sebelum memulai rangkain test.
Tanpa ragu, Joel menjawab, "Baik! Aku ngerasa efek samping kemo terakhir ini ga sesakit sebelumnya."
Welly menghela napas lega mendengarnya. Ia pun memulai tugasnya sebagai dokter dengan mengarahkan Joel untuk berbaring di brankar.
-
Saat sedang asyik berbincang dengan teman Keisya, Raga tiba-tiba mendapat telepon dari Joel. Mengatakan bahwa Welly ingin mengatakan sesuatu pada orang tua Joel. Tanpa pikir panjang, setelah berpamitan pada teman Keisya, Raga dan istrinya bergegas menuju ruangan Welly.
Jantung Raga berdegup kencang, menandakan jika ia sedang gugup. Takut ada sesuatu yang buruk pada anaknya.
"Ayah!" seru Joel saat melihat Raga dan Keisya yang memasuki ruangan Welly dengan napas memburu.
"Cece bilang, Cece bakal seneng banget, loh, kalo dilamar sama Aa."
Kalimat Joel berhasil membuat wajah Welly memerah. Perempuan tionghoa tersebut tertawa canggung pada orang tua Joel.
"Maaf, bukan itu yang mau saya sampaikan," ujar Welly saat melihat Keisya dan Raga bingung tujuan mereka dipanggil ke ruangan Welly.
Dokter muda tersebut mempersilakan wali dari pasiennya untuk duduk sebelum mulai menjelaskan hasil pemeriksaan Joel beberapa menit yang lalu. "Ini bisa dibilang kabar baik, jadi Joel, Om, dan Tante ga perlu tegang gitu."
Keisya dan Raga menghela napas lega mendengar hal tersebut. Entahlah, mereka tak banyak berharap karena takut dikecewakan, tetapi, paling tidak meski tidak membaik, keadaan Joel tak memburuk. Begitu yang Raga dan Keisya pikir.
"Dari hasil pemeriksaan tadi. Sel kanker di tubuh Joel dapat dikatakan mulai berkurang. Ini kabar baik karena kalau semakin berkurang Joel bisa dinyatakan bersih."
Keisya menutup mulutnya dengan telapak tangan. Begitupun Raga dan Joel yang saling pandang tak percaya. "Cece serius?" tanya Joel. Ia hanya takut jika Welly berbohong. "Bukan karena mau dilamar Aa, kan, Cece bilang kondisi aku membaik?"
Welly terkekeh. Kemudian ia menjawab, "Bukan, Cece ga boong. Sel kanker di tubuh Joel mulai berkurang. Kemo terakhir bener-bener membuahkan hasil. Joel ngerasakan kalo belakangan ini kamu jadi ga terlalu gampang cape? Kamu juga bilang kalo efek kemonya ga separah yang dulu."
Penjelasan Welly cukup membuat Joel paham. Pelukan Keisya menghangatkan tubuhnya. Tangis haru Keisya pecah begitu saja.
"Jadi, minggu depan kita lakukan kemo lagi, semoga pengobatan ini membuahkan hasil," tutu Wellya.
"Ayah, Bunda, aku bakal sembuhkan?" tanya Joel dengan suara bergetar.
"Pasti, Dek. Kamu pasti sembuh!" jawab Keisya sembari mengusap punggung anaknya.
"Ayah akan usahain apa pun demi kesembuhan Adek!" Raga mengusap kepaka anaknya lembut. "Kalau gitu kami pamit dulu, ya? Makasih banyak atas bantuannya!"
Sore ini, senyuman hangat dan obrolan ringan memenugi mobil yang akan membawa keluarga ini sampai ke rumah. Joel rasanya tak sabar untuk bertemu Mahesa dan Athar. Mereka harus tahu bahwa Joel memiliki kesempatan untuk sembuh lebih besar sekarang. Perjuangan Joel untuk berobat selama lima tahun akhirnya membuahkan hasil. Setelah puluhan pengobatan ia jalani dan berakhir tak menunjukkan perubahan, setelah ribuan tangis menemani hari mereka. Kini akhirnya Joel memiliki harapan bahwa ia akan sembuh.
"Mas! Aa!" seru Joel sambil berlari memasuki ruang keluarga.
Mahesa dan Athar yang tengah bermain PS pun menghentikan kegiatan mereka sejenak. "Kenapa, Dek?" Athar tampak heran saat melihat Keisya, Raga, dan Joel masuk ke rumah dengan mata sembap.
"Hari ini ada dua kabar baik. Aa sama Mas mau denger yang mana dulu?" Tangan Joel terangkat memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan.
"Kabar baiknya tentang apa emang?" tanya Mahesa.
"Yang pertama tentang Cece, yang kedua tentang rahasia!" Joel tampak bermain-main dengan ucapannya.
Athar dan Mahesa menatap kedua orang tua mereka yang duduk di sofa dengan tatapan bertanya. Namun, Keisya dan Raga hanya mengangkat bahu secara bersamaan, enggan mencampuri obrolan.
"Ya, udah. Tentang Cece dulu," jawab Mahesa.
Jawaban tersebut malah membuat Athar dan Joel menggoda si sulung hingga wajahnya memerah karena malu.
"Kabar baik tentang Cece adalah ...." Joel menjeda kalimatnya sedikit lama, membuat Mahesa dan Athar harus menunggu dengan sabar. "Cece mau dilamar Aa!"
Mahesa melongo dibuatnya. Ia mematung sebelum kemudian bertanya, "Adek bilang kalau Aa mau ngelamar Cece?"
Joel mengangguk. "Iyalah! Cece bilang kalau emang serius Aa bisa langsung rumah!"
"Athar, besok anter gue ke toko perhiasan!" Mahesa menggoncang bahu Athar keras dengan senyum yang tampak sangat lebar.
Joel, Athar, Keisya, dan Raga tertawa melihat hal tersebut. "Aa, Mas, masih ada satu kabar lagi, loh!"
"Oh, iya! Ayo cepetan kasih tau Aa." Mahesa yang masih terbawa suasana bahagia itu pun berseru tak sabar mendengar kabar bahagia selanjutnya.
"Kata Cece, sel kanker di tubuh Adek mulai berkurang!"
Mahesa dan Athar saling pandang, kemudian memelui erat tubuh Joel hingga terjepit di antara tubuh saudaranya. "Alhamdulillah," seru Mahesa dan Athar bersamaan. Tangis haru pun kembali pecah. Harapan Joel untuk sembuh tampak semakin besar.
Nyatanya kalimat bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil itu benar adanya. Setelah beberapa kali Joel jampir menyerah karena kegagalannya selama menjalani pengobatan tanpa menyerah, kini hasil dari kegigihan itu mulai membawa hasil yang diharapkan.
.
.-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Joel's Wishlist [TERBIT]
Teen Fiction"Kesehatan itu harus berjalan bersama kebahagiaan" - Joel Prince Adhytama