Wishlist kedua

191 20 4
                                    

HAPPY READING
.
.

Setelah kemoterapi beberapa hari lalu, Joel sudah dalam kondisi tubuh yang cukup baik. Hingga dua hari ini pula Joel sudah kembali home schooling. Alasannya adalah karena Joel tidak mau menjadi bodoh. Sudah cukup ia tidak bisa membanggakan keluarganya dengan memgikuti lomba atau semacamnya. Paling tidak, Joel tidak menjadi bodoh.

Guru yang mengajar Joel sudah pulang. Dalam sehari, Joel hanya belajar sebanyak tiga jam, itu pun kadang kurang jika Joel sudah merasa kelelahan. Kini Joel sedang sibuk melihat bundanya menyusun camilan ke atas nampan. Pagi-pagi sekali Joel sudah memberitahu Keisya jika keempat temannya akan datang untuk piknik di halaman belakang. Keisya pun tidak keberatan untuk membuat beberapa kue kering dan brownies spesial yang selalu menjadi kue favorit keempag teman Joel.

"Nda, aku cicip yang ini boleh?" tanya Joel sembari menunjuk kue kering ber-topping coklat yang menarik perhatiannya.

"Boleh, tapi dikit aja. Nanti biar bisa makan sama temen-temen." Tangan Keisya masih sibuk menata kue-kue kering buatannya ke dalam toples. Sejak pagi Keisya tidak istirahat sama sekali demi membuat acara piknik anaknya berjalan lancar. Semua camilan yang tersaji nanti adalah buatannya sendiri yang pasti jauh lebih sehat dan enak dibandingkan membeli di luar. Keisya bahkan membuat es krim dan es buah agar Joel dan teman-temannya tidak kehausan.

"Maaf, ya, Nda. Aku jadi ngerepotin." Joel mengambil kue kering lalu memakannya. Tatapannya tak lepas dari wajah bundanya yang tampak lelah dengan hijab yang sudah berantakan.

Keisya adalah seorang wanita karir yang rela meninggalkan karirnya demi keluarga. Keisya pandai membuat kue bukan tanpa alasan. Dulu, sebelum menikah Keisya adalah seorang pemilik toko kue ternama yang sudah memiliki banyak cabang. Namun, saat ia bertemu Raga dan memutuskan menikah Keisya berhenti meneruskan bisnisnya. Ia menjual semua toko yang ia miliki dan mengabdikan hidupnya untuk keluarga kecil yang ia bangun bersama Raga. Maka dari itu, Raga selalu mengatakan pada anak-anaknya untuk menghargai Keisya.

Joel yang teringat dengan cerita ayahnya pun menatap Keisya dengan mata berkaca-kaca. "Bunda, makasih, ya?"

Keisya menghentikan kegiatannya saat mendegar suara Joel yang bergetar. "Hei? Adek kenapa kelihatan sedih?" tanya Keisya yang melepas sarung tangannya lalu menghampiri Joel dan memeluk tubuh rapuh Joel dengan erat.

"Makasih karena Bunda sudah jadi ibu rumah tangga terhebat di dunia. Meski Bunda wanita berpendidikan, Bunda rela cuma jadi ibu rumah tangga yang dipandang rendah sama orang-orang. Bundaku hebat sekali." Kalimat panjang lebar tersebut keluar begitu saja dari mulut Joel disusul oleh air mata yang membasahi pipinya.

Keadaan Keisya pun tak jauh berbeda. Ia menangis haru mendengar kalimat yang menurutnya sangat menyentuh. "Pinter banget nyusun kata-katanya. Bunda curiga kamu udah punya pacar," goda Keisya untuk mengalihkan pembicaraan dan mengubah suasana menjadi kembali berwarna.

Joel menatap Keisya tak percaya. "Aku aja ga pernah ke luar rumah, mau pacaran sama siapa? Sama tembok kamar? Sama jarum suntik?" balas Joel dengan nada sinis andalannya.

Keisya tertawa pelan mendengar hal tersebut. Ia mulai kembali memakai sarung tangan dan melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. "Udah sana, mending Adek istirahat dulu biar pas piknik nanti ga cepet cape."

Joel melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas siang. Ia dan keempat temannya membuat janji jam empat sore, jadi Joel menuruti titah sang bunda dan memilih mengistirahatkan tubuhnya di kamar.

"Adek, ini temen-temennya udah pada dateng!"

Teriakkan tersebut berhasil membuat Joel yang tengah menulis beberapa kalimat di bukunya beranjak dengan penuh semangat. "Sebentar, Nda!"

Joel sudah sangat merindukan teman-temannya. Terakhir bertemu adalah saat mereka merayakan ulang tahun Joel.

Sebelum keluar dari kamarnya, Joel terlebih dahulu membenarkan kupluk berwarna birunya yang sedikit miring. "Kangen punya rambut." Joel mendengkus kesal, "kalau punya rambut tambah ganteng soalnya." Ah, sudah lama sekali sejak terakhir Joel memuji dirinya sendiri. Sepertinya memutuskan untuk kembali bahagia membawa banyak hal baik pada Joel.

"Joel!"

Kali ini Joel dapat tahu bahwa yang memanggilnya adalah Cakra. Ah, anak itu selalu tidak sabaran. Joel pun segera keluar dari kamar, tetapi ruang tamu ataupun ruang keluarga tampak kosong.   Udah pada ke belakang duluan kali, ya, batinnya.

Joel kembali melanjutkan langkahnya ke halaman belakang rumah. "Wah!" serunya bersemangat saat melihat halaman belakang rumahnya seolah disulap oleh Keisya. Wanita itu benar-benar tidak beristirahat untuk menyiapkan semua ini. Mulai dari payung besar yang ia pasang, tikar yang terbentang lebar dengan meja kecil berisi camilan dan minuman di atasnya. Joel memeluk Keisya yang masih berdiri di sana sembari membawa semangkuk es krim. "Makasih, Bunda."

"Sama-sama." Mangkuk di tangan Keisya berpindah ke tangan Joel, kemudian Keisya mengecup kening anaknya lama. "Have fun, ya, Dek. Ini es krimnya kamu boleh makan dikit. Jangan kebanyakan, ingat?" ujarnya lalu segera pergi saat sudah mendapat persetujuan dari Joel.

"Wah, apaan, tu?" Cakra berdiri dari duduknua saat melihat mangkuk besar yang Joel bawa.

"Es krim! Bunda bikin sendiri." Mangkuk tersebut Joel letakkan di atas meja, lalu ia duduk di sebelah Zacky.

"Gimana keadaan lo, Jo?" tanya Nakula saat Joel sudah duduk di tempatnya.

Joel yang hendak mengambil kue kering di atas meja pun refleks menghentikan kegiatannya. "Baik, kok, lumayanlah." Setelahnya Joel mengambil kue coklat dan memakannya.

"Kalo diperhatiin lagi, muka Joel juga ga sepucet biasanya, kan?" Zacky bergabung dalam obrolan yang membuat Joel menyentuh pipinya sekilas.

"Masa, sih?" Joel tak yakin dengan pendapat Zacky.

"Iya, keliatan lebih bercahaya!" Kalimat tersebut berasal dari Arkan yang melebih-lebihkan nada bicaranya.

Nakula yang sejak tadi hanya diam memakan brownies pun mulai ikut bergabung dalan pembicaraan. "Gue kangen banget ngumpul berlima gini. Gara-gara mau ujian jadi banyak tugas, ga sempet ke rumah lo, Jo. Maaf, ya?"

Pernyataan Nakula berhasil membuat ketiga teman Joel yang lain mengangguk setuju. Joel pun tak dapat mengelak bahwa hal tersebut benar. Meski rindu, Joel tak bisa egois karena teman-temannya punya kesibukkan sendiri.

Obrolan mengalir begitu saja dengan beragam topik. Joel tak pernah kehabisan topik pembicaraan ketika bersama keempat temannya. Mulai dari membahas pengobatannya, sekolah teman-temannya, wishlist yang ia buat, tentang Nakula yang baru saja diselingkuhi, bahkan membahas kelinci peliharaan Cakra.

Joel bersyukur memiliki teman yang selalu ada untuknya, keluarga yang menyayanginya, juga kehidupan bahagia yang Tuhan berikan. Mungkin penyakit yang kini singgah di tubuh Joel adalah pelengkap.

Kelimanya menghabiskan sore yang indah di halaman belakang rumah Joel. Mereka sering melakukan hal ini, tetapi entah kenapa hari ini terasa berbeda. Terasa lebih berwarna.

.
.

—tbc

belum sempat baca ulang, maaf banyak typo😭🙏

Joel's Wishlist [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang