07

0 0 0
                                    

- L U C A N E -

~

Rutinitas Jane di hari minggu pagi biasanya adalah memejamkan matanya sampai ia puas sebelum besoknya ia akan mulai bangun pagi lagi. Seisi rumah tidak akan mengganggu Jane di dalam istirahat panjangnya karena mereka sudah mengetahui kebiasaannya.

Jane pun membuka matanya tepat di pukul 12 siang. Ia mengecek ponselnya dan berniat untuk kembali tidur, tetapi seperti ada sesuatu yang menahan matanya untuk tetap terbuka.

Ternyata ia teringat akan ulang tahun Lucas yang tinggal beberapa hari lagi. Sebenarnya, hari ulang tahun Lucas hanya selisih 1 hari dengan hari ulang tahunnya.

Waktu kecil, ulang tahun Lucas dan Jane selalu dirayakan bersama di hari ke 4 dan Lucas juga membenci hal itu karena ia tidak terima perayaan ulang tahunnya dilaksanakan setelah lewat dari 3 hari dan dirayakan bersama dengan Jane.

Terakhir kali Jane memberikan Lucas hadiah ulang tahun saat mereka masih berumur 10 tahun dan hadiahnya adalah bola basket yang Lucas idam-idamkan. Namun, setelah sebuah konflik antara Jane dan Lucas terjadi, Lucas tidak ingin lagi menerima apa pun dari Jane, sekali pun itu adalah sesuatu yang Lucas dambakan.

Terpikir akan satu hal, Jane langsung bergegas bangun dari kasur dan langsung menuju ke kamar mandi. Kurang lebih 40 menit ia bersiap, ia pun keluar dari kamarnya dan langsung mencari Rena.

Saat tiba di ruang tamu, betapa terkejutnya Jane saat melihat suasana yang sudah ramai. Di sana bukan hanya ada Rena dan Tio, melainkan ada Youna dan Dika juga. Jane pun mulai kebingungan. Setelah malam itu, Jane mulai merasa canggung bertemu dengan Youna dan Tio.

"Halo, Jane! Udah cantik aja. Mau kemana?" mendengar sapaan Youna, akhirnya seluruh pandangan tertuju kepada Jane.

"Loh, Jane. Tumben udah rapi, nak. Mau kemana? Ini hari minggu loh, gak biasanya kamu keluar di hari kamu me time," sapa Rena kepada anak sulungnya.

"H-halo semuanya. Eum, aku lagi ada urusan di luar. Aku izin keluar sebentar ya, bun, yah, om, tante," sapanya dengan canggung.

"Sebenarnya hari ini kita mau bahas soal pertunangan kalian, tapi kita semua tau kalo ini hari minggu, hari dimana kamu menolak untuk diganggu. Jadi kita ngobrolnya berempat aja deh," celetuk Youna dengan tertawa kecil.

"Oh gitu ya, tan? Aduh, gimana dong? Aku ada urusan mendadak hari ini," bohong Jane.

"Emang mau kemana sih, Jane?" tanya Tio.

"N-novel, yah. Aku ikut PO novel dan hari ini katanya udah ada di store, jadi mau aku ambil langsung hari ini," bohongnya lagi.

"Kamu tuh ya, dari dulu gak pernah berubah. Hobby banget baca buku," ucap Dika sambil tersenyum lebar.

"Iya, om, hehe. Kalo gitu, Jane izin pamit ya!"

Setelah melalui berbagai pertanyaan dari para orangtua, Jane pun berhasil lolos dan langsung berangkat ke tempat yang ingin ia tuju.

Ia pergi ke sebuah Mall yang biasa dikunjungi oleh keluarganya setiap malam minggu untuk makan malam bersama. Jane mengunjungi sebuah store yang menjual berbagai macam jam tangan mewah. Niatnya ia ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahun untuk Lucas.

Beberapa hari yang lalu, Jane pernah mendengar samar-samar saat Sasa dan Lucas sedang memperbincangkan sebuah jam tangan branded yang sangat Lucas inginkan, namun kartu kredit dan fasilitas Lucas sudah 2 tahun disita oleh Dika.

Jane pun mencari-cari jam tangan yang sekiranya dapat terlihat cocok jika dipakai di lengan Lucas sesuai dengan brand yang Lucas inginkan, namun ia sedikit kebingungan karena takut jika nanti Lucas tidak menyukainya. Jane tidak peduli berapa pun harga jam tersebut karena ia ingin memberikan yang paling terbaik untuk Lucas.

Hampir 1 jam ia memilih-milih jam tangan yang cocok sambil berkonsultasi dengan pegawai yang ada di tempat itu, ia pun memantapkan pilihannya terhadap 1 jam tangan yang dirasa sangat cocok jika dipakai oleh Lucas.

Setelah itu, ia pun mampir makan sushi di sebuah restoran yang biasa dikunjungi oleh keluarganya, namun ia sempat melihat sebuah sepatu cantik yang sangat cocok dengan seleranya. Jane memikirkannya kembali dengan matang dan akhirnya tidak jadi ia beli karena ia merasa bahwa ia harus lebih banyak menabung lagi.

Ia pun melewatkan toko sepatu itu begitu saja dan langsung menuju ke restoran sushi untuk makan siang.

***

Setelah selesai makan siang, Jane tidak langsung pulang, melainkan ia mampir sebentar ke toko buku langganannya. Apa yang ia sampaikan kepada Tio tidak sepenuhnya berbohong. Ia benar-benar ingin membeli sebuah novel, namun ia berbohong saat mengatakan ia sudah dari lama memesannya.

Toko buku tersebut masih tetap di dalam Mall, jadi ia tidak perlu repot-repot untuk pindah tempat mengendarai mobil.

Baru di depan pintu toko buku, sudah tercium aroma khas yang sangat Jane senangi, yaitu aroma buku. Jane pun masuk lebih dalam untuk melihat jika ada koleksi novel terbaru atau yang belum pernah ia beli.

"Jane?"

Jane terkejut dengan sapaan asing seseorang yang suaranya sama sekali tidak ia kenali. Ia pun menoleh ke arah sumber suara dan mendapati siapa yang baru saja menyapanya.

"Hai," sapa balik Jane dengan tatapan judes.

"Kebetulan banget kita ketemu di sini," balasnya dan Jane hanya meresponnya dengan senyuman datar.

"Lagi cari buku apa?" tanya seseorang itu lagi.

"Novel," jawabnya judes.

"Oh, novel. Sebelum bahas novel lebih dalam lagi, gimana kalo kita kenalan?"

"Lo udah kenal gue dan gue gak perlu kenal lo, jadi gue rasa gak perlu repot-repot untuk kenalan," cetus Jane.

"Yaudah, terserah lo, tapi setidaknya gue harus memperkenalkan diri gue. Nama gue—"

"Azka kan?"

"Lo tau dari mana nama gue?"

"Kan lo pernah dm gue, otomatis gue tau dari username lo," jawab Jane dengan malas. "Udah ya, gue mau balik dulu."

Baru saja Jane hendak beranjak dari tempat itu, tiba-tiba lengan Jane ditahan oleh pria yang bernama Azka itu. Dengan tanpa rasa bersalah, ia menatap Jane dengan senyuman.
Merasa tidak nyaman akan hal itu, Jane langsung menepis tangan Azka dan raut wajahnya berubah marah.

"Jadi, lo baca dm gue waktu itu ya? Tapi kok gak dibalas lagi?"

"Gue masih baik ya! Jangan sampe gue laporin lo ke polisi atas tuduhan pelecehan!" tegas Jane dan langsung pergi meninggalkan Azka yang terdiam mulai merasa bersalah.

"Kayaknya gue berlebihan. Tapi, mereka benar-benar mirip," gumam Azka.

Di sisi lain, Jane yang masih merasa takut itu berjalan dengan sedikit berlari karena ia takut jika pria yang bernama Azka itu akan mengejarnya. Sungguh mengerikan. Ini pertama kalinya Jane bertemu seseorang yang terlihat obsesi kepadanya.

"Apa jangan-jangan dia psikopat ya?" gumam Jane masih dengan rasa paniknya.

•••

Upload : Monday, 19/08/24
Instagram : @pinggkann_

- 1049 words.

LUCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang