- L U C A N E -
~
Kegiatan demi kegiatan pun mereka ikuti. Lomba tarik tambang antar kelas telah dilaksanakan dan saat ini mereka masuk pada lomba menyanyi antar kelas dengan genre lagu bebas.
"Gue ke toilet dulu," pamit Jane kepada Miska.
Setelah Jane berpamitan untuk pergi ke toilet, peserta kedua lomba menyanyi antar kelas pun naik ke panggung yang telah disediakan.
"Tumben berani ke toilet sendirian gak ngajak gue," gumam Miska.
Tepuk tangan yang meriah diraih oleh peserta pertama dan peserta kedua karena suara mereka yang mengagumkan.
"Aduh, pada bagus-bagus ya suaranya. Keliatan dari ekspresi juri-juri kita yang mulai bingung nih buat ngasih nilainya," seru seorang siswa yang ditunjuk untuk menjadi pembawa acara.
"Nah, teman-teman. Sekarang kita akan menyambut peserta ketiga kita perwakilan dari kelas XII IPA 1. Pasti pada penasaran kan siapa selanjutnya yang akan menunjukkan bakatnya di panggung ini? Tanpa kita berlama-lama lagi, kita sambut bersama-sama perwakilan dari kelas XII IPA 1, ini dia.." lanjutnya memberi sedikit jeda untuk membuat kesan penasaran dari siswa-siswi yang ada.
"Siapa yang wakilin kelas kita?" tanya Miska kepada teman-teman kelasnya yang menyaksikan lomba bersama-sama.
"Bukannya Jane ya?"
"Gak usah ngarep deh. Nyanyi di depan gue aja gak pernah mau," celetuk Miska.
"Ini dia, Jane Kusuma!" sambut pembawa acara yang membuat Miska terkejut bukan main.
Tidak disangka-sangka, ternyata Jane ikut berpartisipasi dalam lomba itu. Akhirnya Miska punya kesempatan untuk mendengarkan suara merdu Jane yang dipuji Rena selama ini.
Jane dengan raut wajah yang datar pun naik ke atas panggung tanpa melihat sekitarnya. Bukan tanpa alasan ia memantapkan diri untuk ikut lomba tersebut. Alasannya adalah ia ingin menunjukkan kepada Lucas bahwa Lucas tidak salah merekomendasikan dirinya untuk mengikuti lomba menyanyi.
Entah kenapa, Jane benar-benar yakin bahwa Lucas yang merekomendasikan namanya kepada Bu Fatimah karena wali kelasnya tidak mungkin berbohong. Dan ia ingin membuktikan kepada Lucas agar Lucas menarik perkataannya tentang Jane yang tidak bisa apa-apa.
Jane duduk di sebuah bangku yang telah disediakan oleh panitia sesuai perintahnya. Jane meminjam gitar sekolah untuk ia mainkan. Ia tidak ingin diiringi musik dari orang lain, melainkan ia ingin memainkan gitar sendiri.
Lagu yang Jane pilih bukan lah lagu yang acak terlintas dipikirannya, namun lagu yang dipilih memiliki arti yang dalam dengan harapan seseorang dapat mengerti makna yang akan Jane sampaikan lewat lagu yang akan ia bawakan.
Petikan awal gitar yang Jane mainkan membuat suasana sunyi mencekam. Tidak ada yang bertepuk tangan dengan bakatnya memainkan alat musik gitar, namun Jane mengabaikan hal itu.
Lirik pertama yang keluar dari mulut Jane membuat suasana berubah. Yang awalnya sunyi mencekam, saat ini berubah menjadi suasana haru. Mereka yang mendengar suara Jane mulai tenggelam di dalamnya, ditambah pembawaan Jane terhadap lagu tersebut yang sangat menghayati maknanya.
Oh, why can't we for once
Say what we want, say what we feel?
Oh, why can't we for once
Disregard the world, and run to what you know is real?
Take a chance with me
Take a chance with me..Akhir lirik dari nyanyian Jane pun mendapat apresiasi yang sangat meriah dari siswa-siswi bahkan guru-guru yang menyaksikannya. Jane mulai merasa malu dan gugup, bahkan ia sempat hampir tersandung saat menuruni tangga dari panggung tersebut.
Dari arah belakang panggung, Jane melihat 2 orang yang sedang menyambutnya dengan tatapan haru. Mereka adalah Janira dan Miska.
Janira langsung berlari ke arah Jane dan memeluknya. Airmatanya menetes satu persatu di pundak Jane."Lo hebat, kak. Akhirnya lo bisa lawan rasa takut lo dan lo bisa tunjukkin bakat lo ke semua orang, bahkan ke gue. Terakhir gue denger lo nyanyi itu 6 tahun yang lalu. Gue tau alasan lo gak nyanyi lagi itu karena Lucas dan akhirnya sekarang lo bisa tunjukin ke dia kalo lo bisa. Gue bangga sama lo, kak!" tutur Jane dengan nada bergetar karena menahan tangis walaupun pipinya sudah basah dengan airmata yang terus berjatuhan.
"Ini semua berkat dukungan lo juga, Ra," balas Jane dengan mata yang berkaca-kaca.
Melihat keharuan itu, Miska pun menghampiri kakak beradik itu dan memeluk mereka.
"Akhirnya gue bisa dengerin suara merdu lo, Jane. Selama ini gue cuma bisa ngebayangin dari cerita Bunda Rena kalo suara lo bagus dan hari ini akhirnya gue bisa dengerin langsung!" tambah Miska.
Jane pun tertawa senang. Ternyata selama ini menunjukkan bakatnya adalah satu hal yang sangat membahagiakan. Ia mendapat banyak dukungan dan pujian dari banyak orang.
Selama ini ia hanya terpaku dengan komentar 1 orang yang membuat nyalinya menciut, namun sekarang waktunya untuk bangkit kembali dengan bakatnya yang mengagumkan.
"Babe, ternyata suara Jane bagus juga ya? Kamu pasti udah tau kan kalo Jane punya suara sebagus itu? Kan kalian udah kenal dari kecil," tanya Sasa kepada pria yang duduk di sampingnya.
"Udah sering denger dari dulu, sekarang kayak udah biasa aja dengernya," jawab Lucas dengan tatapan datar ke arah ponsel yang ia genggam.
"Tapi kenapa tadi kamu bilang dia gak bisa apa-apa? Jangan-jangan bener ya kalo kamu yang rekomendasiin Jane ke Bu Fatimah?"
"Sa, kamu tau hubungan aku sama dia bertahun-tahun kayak apa. Gak mungkin aku ngusulin nama dia ke Bu Fatimah, nyebut namanya aja aku males," cetus Lucas yang mulai kesal.
"Aku gak tau apa yang udah Jane lakuin ke kamu sampe kamu benci banget ke dia. Tapi gak ada salahnya kan kamu maafin dia? Sayang loh kalian udah kenal dari kecil, bahkan dari bayi, ulang tahun kalian juga cuma selisih satu hari, orangtua kalian sahabatan dari SMA dan rumah kalian depan-depanan. Ayo dong, damai aja," ucap Sasa dengan penuh permohonan karena ia merasa risih dengan ketidak akuran kekasihnya dengan Jane, gadis yang sangat baik.
"Kamu tau itu semua dari mana?"
"Dari Janira."
"Kok bisa kalian ngobrol soal itu?"
"Aku penasaran soal masalah kamu sama Jane, tapi kalo aku tanya kalian berdua itu percuma. Jadi jalan tengahnya aku tanya ke Janira," jawab Sasa.
"Oh, yaudah, jangan bahas lagi."
•••
Upload : Friday, 14/06/24
Instagram : @pinggkann_- 976 words.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANE
Romance"Aku memuji dirimu dihadapan bintang-bintang. Namun tiba-tiba mereka menghilang dan disambut oleh rintikan hujan. Lihat, betapa mereka tidak menyukaimu." Tulis gadis itu di sebuah buku kecil berwarna biru tua sambil memandangi langit yang mendung. J...