10

2 0 0
                                    

- L U C A N E -

~

Jane dan Miska berbincang seperti biasa, entah topic apa saja yang mereka bahas. Apa yang terlintas dipikiran mereka, itu lah yang menjadi bahan perbincangan mereka, kecuali perjodohan Jane dan Lucas.

Sudah hampir 5 menit jam 7, Lucas dan Sasa belum juga tiba. Jane sesekali melemparkan pandangannya ke pintu kelas untuk mencari keberadaan Lucas hingga akhirnya Lucas dan Sasa berjalan beriringan masuk ke dalam kelas.

"Tumben telat," celetuk Miska kepada keduanya.

"Iya, tadi mampir dulu dibubur ayam depan," balas Sasa dengan senyuman sambil merapikan tasnya, sedangkan Lucas mengabaikan Miska seperti biasa.

"Lucas selalu memenuhi keinginan Sasa untuk makan bubur ayam kesukaan Sasa padahal dia gak suka bubur," batin Jane.

Perasaan Jane pun kembali campur aduk setelah memikirkan betapa besar usaha Lucas untuk memahami Sasa, kekasihnya. Ia selalu bertanya-tanya kenapa Lucas bisa menerima perjodohan dari orangtuanya, sedangkan Lucas secinta itu dengan Sasa.

"Hayo, mikirin apa?" tanya Miska.

"Gak mikirin apa-apa kok. Oh iya, besok ada PR kimia kan? Lo udah ngerjain?" tanya Jane.

"Udah. Akhirnya ada juga tugas kimia yang gue ngerti, jadi gak ribet lagi minta diajarin sama lo," jawab Miska.

Jane pun membalasnya dengan tertawa kecil sebelum ia merasakan kesakitan di bagian perutnya.

"Aduh, mules. Temenin gue ke toilet dong, Ka!"

Miska yang tahu bahwa sahabatnya ini tidak pernah mau pergi ke toilet sendirian langsung beranjak dari tempat duduknya untuk menemani Jane pergi ke toilet, namun sebelumnya Miska menitipkan pesan kepada ketua kelas untuk menyampaikan bahwa mereka izin ke toilet jika nanti sudah ada guru yang masuk.

Jane dan Miska sedikit berlari menuju toilet karena Jane seperti tidak dapat menahan sakit perutnya. Tiba di toilet, seperti biasa Miska hanya menunggu Jane di bangku yang tersedia di depan toilet sambil memainkan ponselnya.

Selang beberapa menit, Jane keluar dengan wajah yang sedikit pucat sehingga membuat Miska khawatir.

"Loh, kenapa? Muka lo pucat begitu, Jane. Kita ke UKS ya?" panik Miska.

"Kayaknya lambung gue kumat lagi. Kita ke UKS deh minta obat," ucap Jane.

Mereka berdua pun bergegas pergi ke UKS untuk meminta obat pertolongan pertama. Dari dulu, Jane memang sudah punya penyakit asam lambung, jadi ia sudah menganggapnya hal yang biasa. Ia hanya perlu meminum obat pereda nyeri dan makan setelahnya. Miska pun mengetahui hal itu.

Perawat di UKS menyarankan Jane untuk beristirahat sebentar sampai ia merasa sudah bisa beraktivitas kembali, namun Jane menolak dengan alasan bahwa hal ini sudah biasa terjadi. Teguran Miska pun tidak membuat Jane untuk tetap memenuhi saran dari perawat tersebut.

Mereka berdua pun akhirnya kembali ke kelas dan mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

***

Menuruti perintah Rena, kakak beradik itu pun langsung bergegas pulang saat bel pulang sekolah dibunyikan. Tidak banyak obrolan selama perjalanan pulang karena Janira tertidur lelap.

Saat tiba di rumah, Janira dan Jane disarankan untuk tidur sebentar oleh Sarsia karena ia tahu bahwa kedua cucunya tidak tidur semalaman.

Hanya dapat tidur dalam waktu 3 jam, Janira dan Jane dibangunkan oleh Rena dan diperintahkan untuk segera bersiap-siap karena Lucas dan keluarganya sudah lebih dahulu berangkat ke restoran yang sudah mereka booking.

Janira dan Jane bergerak secepat mungkin karena mereka sudah dikejar waktu, terlebih lagi sudah dikejar habis-habisan oleh Rena hingga membuat Sarsia marah karena Rena membuat cucu-cucunya kelabakan.

Setelah selesai, bersama-sama pun mereka berangkat ke tempat yang sudah mereka siapkan untuk pertunangan privat dari Jane dan Lucas.

Setelah tiba di sana, Jane diperintahkan untuk duduk di samping Lucas sambil mendengarkan arahan-arahan dari kedua orangtua mereka. Mereka berdua diminta untuk memberikan kesan dan pesan mereka untuk pertunangan mereka sampai hari dimana mereka menikah nanti.

"Jujur, saat awal aku dikasih tau tentang perjodohan ini, yang pasti aku kaget. Karena seperti yang diketahui, hubungan aku sama Lucas bukan hubungan yang baik-baik aja. Tapi, selama Tuhan merestui, kita akan baik-baik aja," jelas Jane yang membuat mereka semua tersenyum haru, kecuali Janira dan Lucas.

Lucas tetap dengan wajah datar tanpa ekspresi dan Janira dengan wajah yang penuh dengan amarah karena ia kesal melihat ekspresi Lucas yang biasa saja menanggapi kesan dan pesan dari Jane.

"Kesan dan pesan dari Lucas? Gimana perasaan kamu sejauh ini tentang pertunangan kamu dengan Jane?" tanya Youna.

"Bingung mau ngomong apa. Samain aja sama yang Jane bilang tadi," ucap Lucas datar.

Dari tatapan mereka yang terharu mendengar kata-kata dari Jane, seketika tatapan itu menjadi ruyam saat mendengar apa yang baru saja Lucas ucapkan.

Acara pertunangan privat yang hanya dihadiri oleh keluarga itu pun berjalan lancar-lancar saja walaupun ada seseorang yang sangat ingin memukul wajah Lucas.

Jane dan Lucas sudah saling bertukar cincin dan berjanji akan tetap terus bersama sampai hari pernikahan mereka nanti.

"Sebagai hadiah atas pertunangan kamu dan Jane, fasilitas mobil dan kartu kredit kamu semua papa beri akses lagi. Tapi dengan syarat, kamu gunakan itu semua bersama dengan Jane," ucap Dika.

"Maksudnya gimana, pa?"

"Maksud papa, papa balikin lagi mobil kamu, tapi kamu berangkat sekolah bareng Jane. Mobil itu khusus kamu gunakan untuk pergi bareng Jane. Bebas kamu mau bawa siapa aja, tapi Jane juga harus ikut. Dan untuk kartu kredit, kamu boleh beli apa aja yang kamu mau, tapi jangan gunain uang papa untuk membelikan sesuatu buat perempuan lain, selain Jane. Dan kamu boleh kejar cita-cita kamu ke London, tapi setelah kalian menikah agar Jane juga ikut dengan kamu," jelas Dika membuat Lucas menatap ayahnya dengan tatapan kesal dan penuh amarah.

Tidak ada pilihan lain, Lucas hanya bisa menuruti perintah orangtuanya karena semua yang ia perlukan dan ia butuhkan ada di orangtuanya dan Jane menjadi syarat untuk ia dapat mewujudkan semua keinginannya.

Segala rangkaian acara pertunangan selesai dan mereka mendapat pemberitahuan bahwa restoran sebentar lagi akan ditutup, mereka pun bergegas untuk pulang meninggalkan tempat itu bersama-sama.

Para orangtua menyarankan Jane untuk satu mobil dengan Lucas, namun Jane menolak tanpa alasan. Mereka pun mengerti dan langsung pulang ke rumah masing-masing.
Saat tiba di rumah, Jane mendapatkan sebuah notifikasi di ponselnya.

Lucas Savero : "P"

Perasaan Jane menjadi campur aduk antara senang, sedih, dan gelisah. Ia tidak mengungkapkannya kepada siapapun, bahkan kepada Janira yang tidur di sampingnya.

Jane Kusuma : "Iya, Cas?"

Lucas Savero : "Besok ada tugas kan? Titip kerjain punya gue. Gue ada urusan penting."

Jane Kusuma : "Oh yaudah, besok gue kasih di mobil."

Lucas Savero : "Jangan lama. Jam 6 tepat."

Jane Kusuma : "Iya, Cas."

Dengan cepat, Jane langsung mengambil sebuah buku yang masih baru dan ia menyalin tugas yang sudah ia kerjakan ke buku baru itu untuk Lucas. Sebenarnya ia sedih karena Lucas memanfaatkannya, namun di sisi lain ia juga senang karena akhirnya Lucas meminta bantuannya setelah sekian lama.

Saat Jane sedang membereskan meja belajarnya, sebuah benda terlintas di kepalanya. Akhirnya ia teringat akan sesuatu yang sudah ia nanti-nantikan. Besok Lucas ulang tahun dan ia langsung menyiapkan hadiah yang akan ia berikan kepada Lucas agar ia tidak lupa.

•••

Upload : Wednesday, 09/10/24
Instagram : @pinggkann_

- 1133 words.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang