02

1 0 0
                                    

- L U C A N E -

~

Hanya ada Jane dan Janira di meja makan. Rena, bunda mereka dan Tio, ayah mereka sudah pamit lebih awal karena mereka harus mengurus perusahaan masing-masing.

Suasana sarapan mereka terasa canggung. Jane ingin mengajak Janira berbincang, namun Janira masih kelihatan kesal dengan Jane. Tapi tidak ada salahnya ia memulai dengan menanyakan beberapa hal.

"Berangkat bareng gue atau Kirana?" tanya Jane acuh tak acuh.

"Menurut lo?" cetus Janira.

"Mana gue tau. Lo pikir gue cenayang bisa baca pikiran lo?"

"Kalo gue bareng Kirana, dia udah di rumah ini 30 menit sebelum berangkat. Dan di rumah ini cuma lo yang tersisa dan cuma lo yang punya mobil. Jadi menurut lo, gue berangkat sama siapa lagi?"

Mengerti akan maksud dari Janira, Jane pun tidak berani berkomentar apa-apa. Dari awal Janira selalu terlihat iri dengan pencapaian yang diraih oleh Jane, termasuk perhatian dari orangtua.

Janira berpikir kebanyakan anak terakhir akan mendapatkan perhatian lebih banyak, namun dalam kasus Janira dan Jane sangat berbeda.

"Ayo berangkat. Nanti telat."

Jane dan Janira kompak berdiri dan membawa tas mereka di punggung. Tidak lupa mereka membereskan alat makan yang mereka gunakan masing-masing. Walaupun mereka memiliki asisten rumah tangga, mereka selalu diajarkan untuk mandiri oleh Rena agar mereka tidak bergantung kepada siapa pun.

Jane dan Janira beriringan keluar dari pintu rumah mereka. Garasi mobil dengan rumah mereka ada di bangunan yang terpisah, jadi mereka harus menyusuri taman kecil untuk dapat pergi ke garasi.

"Mba Lin, kita berangkat ya!" sapa Jane kepada asisten rumah tangga mereka yang sedang menyirami tanaman-tanaman kesayangan Rena.

Satu keluarga mereka masing-masing terobsesi akan sesuatu. Jane dengan benda langit, Janira dengan benda bernikotin, Rena dengan tanaman hias, dan Tio dengan mobil.

"Iya, nona-nona cantik. Hati-hati ya, jangan kebut-kebutan!" balas Mba Lina.

"Jangan lupa pagar sama pintu di kunci kalo lagi di dalam rumah atau lagi keluar. Lagi banyak maling akhir-akhir ini," tambah Janira.

"Siap, nona!"

***

Di perjalanan, Jane dan Janira menujukkan aksi saling diam. Dari keduanya tidak ada yang berniat membuka mulut. Menepis keheningan tersebut, Jane pun memutar lagu yang biasa ia dengarkan sembari berkendara.

Biasanya Jane akan sambil bernyanyi, namun ia sedang bersama dengan Janira. Entah kenapa Jane selalu enggan memperdengarkan bakat bernyanyinya kepada siapa pun tanpa terkecuali.

15 menit waktu tempuh mereka dari rumah sampai di sekolah, Janira langsung turun dari mobil tanpa pamit. Jane memakluminya karena mungkin Janira sedang mengalami banyak masalah.

Tok..tok..tok

Jane menoleh ke sumber suara yang mengetuk kaca mobilnya. Ternyata itu adalah Miska, sahabat Jane yang sudah menemaninya selama hampir 6 tahun. Mereka sudah bersahabat dari awal masuk Sekolah Menengah Pertama.

LUCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang