08

1 0 0
                                    

- L U C A N E -

~

Sesampainya di rumah, Jane langsung menerobos begitu saja ke dalam rumah karena ia tidak mendapati siapa pun baik di luar rumah mau pun di dalam rumah.

Ia mulai melupakan psikopat yang baru saja ia temui dan ia mulai membuka kembali kotak jam tangan yang baru saja ia beli dengan uang tabungannya.

*Tok..tok..tok*

"Masuk!"

Tidak lain tidak bukan, yang masuk adalah Janira dengan boneka kesayangannya.

"Wihh, jam tangan mahal tuh. Kamu serius kamu pake itu, kak? Kesannya cowok banget njir," celetuk Janira.

"Ssstt!"

"Dih, sombong banget! Sebatang, boleh?"

"Lo gila ya? Lo udah kecanduan nikotin, Ra! Kalo ayah sama bunda tiba-tiba masuk gimana?"

"Jangan lebay deh, kak. Aku juga gak bakalan mau nyebat kalo ayah sama bunda lagi di rumah," jawab Janira dengan santainya.

"Loh, emang ayah sama bunda kemana?"

"Pergi sama Tante Youna sama Om Dika. Lucas sama Bang Liam juga ikut kayaknya," jawab Janira.

"Hah?! Kok aku gak diajak?"

"Lah, kamu aja lagi kemana, kak. Udah ah, aku pinjam balkon ya!"

Merasa menyesal, Jane langsung merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya dan langsung menghubungi seseorang lewat chat.

Jane Kusuma : "Kak, kalian kemana?"

Liam Savero : "Cari cincin buat lo sama Lucas. Lo udah pulang?"

Jane Kusuma : "Baru aja pulang. Kok gak nungguin aku dulu sih?"

Liam Savero : "Tau sendiri lah, Jane. Orangtua pada gak sabar."

Jane Kusuma : "Yaudah deh. Bilangin bunda, aku titip boba ya!"

Liam Savero : "OK!"

"Ra! Sebatang cukup ya! Ayah sama bunda cuma keluar sebentar doang!" tegur Jane kepada adiknya.

"IYA!"

Jane pun mulai murung. Ia menyesal tadi malah berbohong dan malah pergi membelikan hadiah untuk Lucas, padahal ulang tahunnya masih 2 hari lagi. Kalau saja ia ikut membeli cincin, ia pasti punya waktu yang cukup untuk memperhatikan Lucas walaupun hanya curi-curi pandang.

Setelah selesai merokok, Janira pun langsung masuk kembali ke dalam kamar Jane dan merebahkan dirinya di samping tubuh Jane.

"Kenapa, kak? Kayak gak mood gitu mukanya," celetuk Janira.

"Gak penting, Ra."

"Yaudah."

"Kamu bukannya lagi marah sama aku? Kok kamu ke sini?"

LUCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang