Miriel's POV
"Aku tahu."
Aku melebarkan mata, menautkan alis. Apa maksud Killian berkata begitu setelah bertanya sendiri?
"Aku sudah tahu dari Kanina dan Kael sebelum kamu bangun." Killian memindahkan kompres ke lenganku bagian atas. Aku mendesis, menahan perihnya.
Lagi-lagi aku dan Killian berkontak mata.
"Lalu kenapa bertanya?" ujarku ketus, memalingkan wajah.
"Maksud pertanyaanku sama seperti Kanina dan Kael. Siapa kamu sebenarnya?" Killian memberikan tatapan menyelidik yang begitu tajam. Rasanya seperti hanya dengan melihat, dia bisa mengetahui segalanya tentangku.
"Aku yakin kamu sudah mendengarnya dari Kanina. Jawabanku tetap sama, aku tidak bisa memberitahu kalian."
Kini pandanganku tertuju pada Kanina dan Kael. Apakah mereka masih marah padaku?
"Jangan khawatir, mereka tidak marah padamu." ujar Killian yang entah kenapa menjawab pertanyaan yang kulontarkan hanya dalam batin.
Aku kembali menghadap Killian. Memandang wajahnya yang seolah tidak terpengaruh oleh seluruh kejadian ini, aku jadi teringat dengan ekspresi kesakitannya tadi. Saat dia dicekik oleh Barou.
Mataku mulai berkaca-kaca. Mungkin karena sekarang situasi sudah tidak semenegangkan tadi, aku jadi ingin menangis. Dengan air mata yang masih terbendung di pelupuk mata, aku dapat melihat Killian terkejut. Pasti ia tidak menyangka akan melihatku menangis.
"Kenapa menangis? Kamu akan baik-baik saja." Killian mulai panik. Ia berusaha memberikan kata-kata yang dapat menenangkanku. Kedua tangannya ia letakkan di bahuku, berusaha meyakinkan.
Aku menelan ludah yang tercekat di tenggorokan.
"Aku tahu. Seharusnya bukan aku yang menangis. Seharusnya kamu yang menangis. Kenapa kamu tidak ikut lari dengan Kalix?" ujarku memohon dengan frustasi.
Kini tenggorokan Killian lah serasa tercekat. Bahkan dengan air mata yang menghalangi pandanganku, aku dapat melihat Killian yang juga berkaca-kaca.
"Katakan padaku, Miriel. Katakan padaku apa yang kamu tahu." Killian menegarkan dirinya. Seolah-olah ia telah membulatkan tekad mencari tahu bagaimana aku bisa tahu tentang dirinya dan kakaknya.
"Aku... aku yakin kamu sudah tahu dari Kanina. Aku manusia. Aku tidak berasal dari dunia ini. Kamu pasti tahu dunia mana yang kumaksud. Hanya keturunan anggota kerajaan yang tahu." ujarku lemas.
Aku tidak bisa berbohong. Aku bukan tipe yang bisa menjaga rahasia, bahkan rahasiaku sendiri. Aku butuh seseorang yang bisa menerima penjelasanku dan mempercayaiku.
"Maksudmu, dunia yang sama dengan Penyihir Pertama?"
Aku hanya bisa menganggukan kepala, menjawab pertanyaan Killian. Kini Killian tampak berpikir keras.
"Hal itu masih belum menjawab bagaimana kau bisa tahu aku akan tertangkap dan Kalix selamat." ujarnya setelah beberapa saat.
"Sebelum aku tiba di dunia ini, aku membaca sebuah buku yang menceritakan kehidupan di dunia Mysticia. Di buku itu ada penggalan kisah yang menceritakan tentang kamu dan kakakmu. Aku tahu ini terdengar tidak masuk akal. Tapi aku bisa tahu, karena aku membaca buku itu."
Aku berharap penjelasan ini dapat diterima Killian. Aku memejamkan mata erat.
"Sekarang barulah masuk akal. Kami keluarga kerajaan tahu akan eksistensi buku yang kamu maksud karena buku itu dibuat oleh Penyihir Pertama. Kami juga bertanggung jawab untuk membantu manusia yang datang dari dunia yang sama dengan Penyihir Pertama. Kamu pasti telah memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan untuk melalui gerbang dari duniamu." ujar Killian dengan tangan menopang dagunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Escape [ON GOING] - TWW 1
Fantasi🤚‼️FOLLOW SEBELUM MEMBACA‼️🤚 [FANTASI - MISTERI] WARNING‼️: ABUSE, KIDNAPPING, IMPLIED MURDER TROPES THAT YOU MIGHT LIKE : FOUND FAMILY, FRIENDSHIP, FINDING REAL FAMILY KEBIJAKAN PEMBACA DIHARAPKAN *+:。.。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆ Kehidupan Miriel seolah di...