••Sepuluh••

156 57 184
                                    

"jangan pernah menapakkan kaki diatas jalanan yang penuh duri. Selain menyakitkan, itu juga bisa membunuhmu secara perlahan"

🍉🍉

Allan memarkirkan motornya didalam garasi. Wajahnya terlihat sangat kusut, karena lelah seharian berkutat dengan materi-materi baru yang harus dipelajari.

Allan menutup kembali pintu garasi. Tungkainya ia bawa berjalan menuju pintu, saat hendak meraih knop pintu Allan merasakan tangannya dicekal kuat oleh seseorang.

Dengan sedikit terkejut Allan segera membalikkan tubuh seraya menepis cekalan ditangannya dengan kasar.

Maira selaku seseorang yang mencekal tangan Allan tadi terhuyung kebelakang karena Allan tidak sengaja mendorongnya hingga membentur kursi.

Maira meringis mengusap pinggulnya yang terasa ngilu. Namun Allan hanya diam dan menatap malas pada Maira.

"Ngapain disini?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Mau ketemu kamu, kangen. Emangnya gak boleh?" tanya Maira manja.

"Pulang!"

"Kasar banget si. Udah bela-belain datang kesini jauh-jauh, Malah diusir"

"Gue gak minta lo datang kesini!"

Allan kemudian menatap tajam Maira yang kini juga tengah menatapnya.  "Pulang" desisnya.

Maira menghela nafas lalu dengan cepat ia meraih wajah Allan mendekat dan menempelkan bilah keduanya.

Allan membulatkan matanya. Dengan gerakan cepat dan kasar ia mendorong Maira hingga tersungkur mengenaskan dilantai.

"Gila lo!" ujar Allan seraya mengusap bibirnya kasar.

"Iya gue gila!. GUE TERGILA-GILA SAMA LO, KAK!" teriak Maira disertai bulir bening yang kini sudah terjun tanpa diminta.

Allan meludah tepat dihadapan tubuh Maira. Ia dengan cepat membalikkan tubuh dan segera membuka pintu meninggalkan Maira yang tengah menangis pilu.

•••

Allan melemparkan tas dan jaketnya sembarang. Ia dengan cepat mengganti pakaiannya tanpa repot mandi terlebih dahulu, lalu kembali turun menuju garasi. Dan dapat ia lihat, Maira sudah tidak ada di sana.

Allan dengan cepat melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan tidak mengenakan helm karena saking terburunya.

Setelah kurang lebih lima belas menit Allan sampai dikediaman Kayla. Ia memarkirkan motornya dengan asal. Kemudian dengan tergesa ia menekan Bell dan mengetuk pintu berulang kali.

"Ya ampun kak, ada ap__" ucapan Kayla terhenti saat Allan menariknya kedalam pelukan.

"Sstt" Kayla berusaha menenangkan Allan dengan mengusap punggungnya halus.

"Kita masuk dulu ya?" ajak Kayla. Namun Allan tidak menjawabnya.

Kayla menghela nafas berat. Dengan sedikit kesulitan Kayla membawa tubuh Allan untuk masuk kedalam rumah dan mendudukkannya disofa.

Allan semakin mengeratkan pelukannya saat Kayla hendak berdiri. Ia semakin menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Kayla dengan nyaman.

Kayla hanya menurut. Ia membiarkan Allan menenangkan dirinya terlebih dahulu. Hingga didetik berikutnya Kayla terperanjat kaget saat Allan tiba-tiba saja mengangkat wajahnya dan menangkup kedua sisi wajah Kayla dengan cepat.

"Cium kakak, sayang" pintanya.

"Hm?"

"Cium kakak!"

The Different (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang