"sejatinya, segala sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan berujung baik"
🍉🍉
Dua hari telah berlalu. Dan hari ini adalah waktunya sikembar mengunjungi rumah abadi sang ayah.
Sejak tadi, Kayla tidak hentinya berceloteh riang bersama sang ibu, dengan Allan yang sesekali menimpali dan ikut tertawa. Namun tidak dengan Maira. Sejak mendudukkan diri dikursi penumpang, Maira hanya diam menatap jalanan.
Tidak membutuhkan waktu lama, mobil yang ditumpangi keempatnya sudah tiba di pekarangan pemakaman umum yang luas. Kayla segera turun lalu mengikuti sang ibu yang hendak membeli bunga dan air.
Maira berdiri berdampingan dengan Allan, ia dengan sesekali mencuri pandang pada kekasih kembarannya itu.
"Secinta itu kamu sama Kayla, kak?" tanya Maira membuka suara.
"Sangat." jawab Allan tegas.
Maira mendecih seraya memalingkan wajahnya menahan rasa sesak yang barusaja kembali hinggap di dada nya.
"Padahal, aku bisa jauh lebih baik dari dia" ujar Maira percaya diri.
"Kita bisa pacaran diam-diam kak. Aku gak perlu pengakuan dari banyak orang, asal kamu nerima aku aja, itu udah cukup"
Allan mendecih sarkas mendengar perkataan Maira. "Terus, kamu pikir, Kayla gak lebih baik dari kamu?.Cih. Jangan terlalu percaya diri" seru Allan tanpa menolehkan pandangannya yang masih menatap lurus kedepan.
"Iya. Dan itu fakta!"
"Ternyata, mimpinya sudah sejauh itu, Cihh" sarkas Allan.
Telinga Maira memanas mendengar ucapan Allan yang seolah meremehkannya. Dengan kesal Maira membalik tubuh Allan agar menghadapnya. Ia menatap obsidian kelam itu dengan nanar. Matanya berkaca-kaca, nafasnya memburu menahan amarah.
"Kita coba" ujar Maira. Kemudian meraih pundak Allan mencoba untuk menciumnya, namun gagal. Karena Allan dengan segera menjauhkan diri.
"Gila, ya lo" ujar Allan tidak habis pikir.
"Aku udah bilang, aku emang gila kak. Aku mau kamu jadi milik aku!" sentaknya.
"Gue bisa mukul perempuan, Maira. Jadi, stop!" desis Allan dengan tajam.
"Mau mukul?, silahkan. Asal setelah itu, kamu resmi jadi milik aku" tantangnya.
Allan menghela nafas jengah. Kemudian mengalihkan pandangannya, hingga netranya menangkap eksistensi Kayla yang tengah kesulitan membawa bunga dan air di seberang sana.
Tanpa mengucap kata apapun lagi, Allan segera meninggalkan Maira dan menghampiri Kaylanya. Ia kemudian mengambil alih bunga dan air dari tangan Kayla seraya mencium puncak kepalanya gemas.
"Bisa minta tolong kan, mbak?. Gak usah sok kuat" ujar Allan gemas.
"Maaf, kirain airnya enteng tadi" jawabnya disertai kekehan malu.
•••
"Aku turun disini aja" pinta Maira yang sontak membuat semua orang yang berada didalam mobil membulatkan matanya terkejut.
"Loh, kenapa sayang?" tanya ibu.
"Aku mau ketemu temen dulu bu" jawabnya berbohong.
"Yaudah, kita anterin ke tempatnya aja" sahut Kayla yang disetujui ibu.
"Gak usah, disini aja. Berhenti didepan sana kak" titah Kayla pada Allan.
Allan menghentikan mobilnya sesuai instruksi Maira, dan tanpa berkata apapun lagi, Maira segera keluar dan berlalu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Different (HIATUS)
Ficção AdolescenteAllan dan Kayla sudah menjalin hubungan beberapa bulan yang lalu, keduanya saling mencintai dengan begitu hebat. Namun, hingga suatu hari Maira mengaku memiliki perasaan istimewa untuk Allan. Ia juga mengaku sudah memilikinya jauh sebelum Kayla dan...