••Tigabelas••

138 48 231
                                    

"layaknya senja, tidak akan ada keindahan yang abadi. Semuanya akan hilang dan pergi saat waktunya telah tiba"

🍉🍉

Malam telah menyapa. Sinar rembulan yang begitu terang berdampingan dengan ribuan bintang yang berkelap-kelip indah menghiasai langit yang gelap serta hembusan angin tipis terasa begitu lembut menyapu permukaan kulit.

Allan dengan erat menggandeng tangan mungil milik sang kekasih yang ia masukkan kedalam saku jaketnya. Walaupun cuaca malam ini begitu cerah, namun, dinginnya begitu terasa.

Setelah pertengkaran malam itu, Allan belum lagi menampakkan wajahnya dihadapan Maira. Tidak, itu bukan karena Allan takut ataupun sebagainya. Allan hanya tengah berusaha mengontrol dirinya agar tidak begitu tersulut emosi saat beradu pandang dengan sang adik kembar kekasihnya.

Selama satu Minggu ini, Allan selalu mengajak Kaya untuk bertemu diluar rumah. Dan Kayla menurut tanpa menaruh curiga sedikitpun.

"Maira, murung terus dikamar" ujar Kayla bermaksud memberitahu.

Allan melihat kearah Kayla sekilas, kemudian kembali menatap kearah depan.

"Kenapa?" tanyanya seolah tidak tahu apa yang menyebabkan Maira mengurung diri dikamar.

"Gak tau. Kalo aku tanya, pasti jawabnya gak papa. Atau bahkan kadang gak dijawab" jawab Kayla lesu.

"Mungkin dia lagi ada masalah sayang. Udah biarin aja dulu" ujar Allan menenangkan.

"Kak?" panggil Kayla yang kini menghentikan langkahnya, kemudian menatap Allan dengan serius.

"Menurut kamu, Maira masih ada kesempatan gak, buat dapetin si cowok itu?" tanya Kayla.

Allan berpikir sejenak. "Gak ada" jawabnya tegas.

Setelah pertengkaran malam itu pula, Allan jadi sadar. Ternyata memang dirinya pria yang dicintai Maira. Namun saat bercerita pada Kayla, Maira membuat alasan seolah pria yang dicintainya adalah orang yang sudah ia temukan saat duduk dibangku SMP.

Awalnya, Allan sudah cukup lega saat tahu Maira memiliki seseorang yang dicintai dan itu bukan dirinya. Tapi setelah mengingat sikap Maira, sepertinya Maira hanya menutupi setengah kenyataan pahit yang mungkin saja akan menyakiti Kayla-nya dengan kepura-puraannya.

"Kok, kamu yakin banget" tanya Kayla memicingkan matanya penuh tanya.

Allan menghela nafas. Ia membalikkan tubuhnya agar menghadap Kayla dengan sempurna. Menangkup kedua sisi wajah kekasihnya seraya mengusapnya halus.

"Sayang, dengerin ya. Gak semua cowok itu tertarik sama yang cantik. Kakak tau Maira cantik, tapi kalo si cowoknya udah punya seseorang yang spesial dan bisa bikin dia nyaman, ngapain harus melirik yang lain?"

"Tapi kasian Maira kak. Dia udah cinta lebih dulu sama si cowok itu"

"Sayang, dalam hal mencintai, gak ada kata siapa yang lebih dulu dan siapa yang pendatang baru. Semuanya tergantung kecocokan hati masing-masing. Sekarang gini deh__" Allan menjeda ucapannya sejenak. Menatap lamat obsidian Kayla yang nampak berbinar sedih.

"__kalo misalnya, kamu ada diposisi pacarnya si cowok itu. Kamu sakit hati gak kalo tau ada seseorang yang berusaha rebut pacar kamu?" tanya Allan serius.

"Sakit"

"Nah, jadi kamu jangan cuma lihat dari sisi pandang Maira aja. Disini tuh bukan cuma Maira yang sakit sayang, nantinya. Tapi si cowok juga, dan yang jadi pihak paling sakit itu, pacarnya si cowok itu" ujar Allan menjelaskan.

The Different (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang