••Delapan••

135 34 75
                                    

"Tidak akan pernah ada bahagia bagi seseorang yang senang merebut milik orang lain!"

🍉🍉

Kayla merengut kesal menatap Allan yang masih saja bergelung pulas dibalik selimut tebalnya.

Semalam, memang keduanya tiba kembali di Villa tepat pukul 03:30 pagi. Itu disebabkan karena keduanya tersesat.

"Loh, kita tadi lewat jalur mana ya, kak?" tanya Kayla bingung.

Karena masih merasa kesal dengan kejadian tadi, Allan dengan percaya dirinya menarik tangan Kayla mengajaknya melewati jalur selatan.

Keduanya nampak berjalan dalam diam disepanjang jalan. Kayla sesekali mengernyit saat ia tidak kunjung menemukan potongan bunga yang ia taburkan tadi.

Dengan perasaan gusar, Kayla menarik tangan Allan yang sontak membuat langkahnya terhenti.

"Kenapa?" tanya Allan bingung.

"Kita putar balik" ajak Kayla menarik kembali tangan Allan.

Keduanya kembali menyusuri jalanan dalam diam. Jalan yang dilewati kedua insan itu memang memiliki beberapa jalur, bahkan mereka saja sudah berbelok entah berapa kali untuk sampai di stand penjual jagung tadi.

"Kak, kok bunga yang aku taburin tadi gak ada ya?" tanya Kayla bingung.

"Angin mungkin?" jawab Allan acuh.

Kayla menghentakkan genggaman tangan keduanya dengan kesal. "Kamu udahan dulu dong marahnya, kak. Bantuin aku ini mikir, kemana jalannya. Tadi katanya kamu tau daerah sini" sentaknya kesal.

Allan menghela nafas panjang. Memijat pelipisnya seraya mengingat-ingat jalur mana yang dilewati keduanya tadi.

"Kita lurus" putus Allan kemudian.

Sudah sekitar satu jam keduanya berkeliling dijalan yang sepertinya semakin jauh dari area Villa. Kayla menyandarkan tubuhnya pada pohon besar, sementara Allan tengah sibuk berfikir mondar-mandir dihadapannya.

"Jam berapa sekarang kak?" tanya Kayla.

Allan meraih ponselnya dari dalam saku jaket yang dikenakannya guna melihat jam disana. Namun, belum sempat menjawab, Allan dikagetkan dengan pukulan keras yang dilakukan Kayla pada bahunya.

"Ih, ngeselin!" pekiknya kembali memukul Allan.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Kamu bawa handphone kak. Kenapa gak kamu telfon aja orang penjaga Villa?!" ujarnya menggebu.

Allan meringis. Seketika mengumpati dirinya sendiri karena terlalu bodoh.

"Lupa, sayang" jawabnya kikuk.

Tanpa membuang waktu, Allan segera menghubungi nomor penjaga Villa dan meminta untuk menjemputnya.

Tentu itu tidak mudah. Karena pertama, Allan tidak tahu dijalan mana mereka tersesat. dan kedua, si penjaga Villa tidak tahu cara menggunakan GPS.

Ketiganya kembali berfikir, dan akhirnya memutuskan untuk bertemu di stand penjual jagung bakar.

Karena merasa usahanya sia-sia sejak tadi,  Kayla memutuskan untuk menyeret kaki panjang Allan hingga sang empunya jatuh terguling dibawah ranjang.

•••

"Maaf ya, hm?" ujar Allan dengan wajah memelas.

Kayla masih fokus menatap televisi dengan dua toples camilan yang menjadi temannya, tanpa memperdulikan Allan yang sejak tadi merengek meminta maaf.

The Different (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang