part 5

13 4 0
                                    

                         |Last 29 Day|

•Happy Reading•

Satu persatu siswa mulai memasuki bis nya masing-masing. Seorang gadis berjaket pink melangkahkan kakinya menuju bis itu juga. Namun, ada seorang lelaki yang menariknya lebih dulu sebelum gadis itu benar-benar masuk ke dalam bis. Ia menariknya dan membawanya masuk ke dalam bis itu dan duduk di bangku yang bersebelahan.

"Apaan sih lo, gue mau sama--"

"Tapi gue pengen sama lo." jawabnya sengaja memotong ucapan gadis itu.

Deina hanya berdecak kesal dan berdiri untuk mencari bangku yang lain, namun ia ditarik lagi oleh lelaki itu--Nathan--hingga membuatnya terjatuh menimpa wajah tampan Nathan. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter.

"Mau kemana sih cantik? Sini duduk bareng gue aja." pintar Nathan dengan wajah penuh harapan.

Deina langsung memposisikan dirinya menjadi berdiri dan berjalan meninggalkan bangku itu, dia berjalan karena bis nya sudah mulai berangkat dan akan berbahaya jika ia berlari di dalam bis.

Nathan hanya menunjukkan seringainya sembari menatap gadis itu.

Deina berusaha mencari bangku di mana Revin duduk, setelah beberapa saat barulah ia menemukan temannya itu.

"Di sini ternyata, gue nyariin tau." ucap Deina setelah duduk di bangku sebelah Revin.

"Justru gue yang nyariin lo, dari tadi gue tungguin di sini." jawab Revin sambil memejamkan matanya dan bersandar di bangku itu.

Deina terkekeh kecil mendengar itu. Ada benarnya juga kata temannya itu. "Tadi tuh gue tiba-tiba ditarik sama Nathan, maksa duduk bareng dia lagi."

Revin yang mendengar itu sontak membuka matanya dan melirik gadis itu. "Naksir sama lo kali."

"Dih apaan sih, jijik gue sama tuh cowok. Udah gak waras, sok ganteng lagi. Harusnya lo dukung gue sama--" ucapan Deina terpotong saat bis sudah sampai di lokasi tujuan.

Gadis bernetra biru gelap itupun menghela napas kesalnya dan keluar dari bis itu satu persatu mengikuti para siswa lainnya, diikuti juga oleh Revin dibelakang Deina.

Di sana sudah menampakkan hutan yang luas dan sejuk, apalagi pagi-pagi seperti ini. Sekolah mereka mengadakan perkemahan pramuka untuk perkenalan kepada anggota pramuka yang baru bergabung, khususnya untuk siswa-siswi kelas 10.

Mereka mulai merangkai tendanya masing-masing. Tentu saja mereka sudah dibentuk menjadi beberapa kelompok, jadi satu tenda bisa berisi 4 sampai 5 orang.

Terlihat pemuda bermanik biru safir juga sedang merangkai tendanya, hanya saja ia melakukan itu sendiri tanpa teman sekelompoknya yang lain.

Tanpa ia sadari terdapat dua lelaki yang menatap tajam dari jauh. "Mumpung dia di sana, buruan deketin." ucap Rey pelan.

"Sabar dikit lah, lo pikir gampang deketin dia?" jawab Nathan sedikit kesal.

"Deketin cewek aja gak bisa? Tinggal kasih bunga sama coklat aja udah baper tuh cewek."

Nathan terdiam mendengar itu. Ia mengangguk pelan merasa ucapan Rey itu benar. "Bener juga, tapi masa cuma gitu doang sih. Kayaknya itu udah sering dilakuin cowok yang lain."

Rey mendengus kesal, temannya itu terlalu bodoh untuk soal perempuan. Ya, meskipun ia sering ditolak perempuan yang disukainya.

Nathan hanya menatap datar temannya itu. Namun, ketika ia melihat kearah Revin lagi, ternyata ia sedang bersama Deina di sana. Tentu saja ia tidak suka dengan pemandangan itu dan berniat ingin menghampiri mereka, tetapi tangannya ditahan oleh Rey sebelum itu.

"Yakin lo mau deketin dia? Cewek model kayak dia mah banyak di kelas kita." ucap Rey yang masih menahan Nathan.

"Jadi lo gak ngedukung gue?"

"Bukan gitu, Than. Gue cuma ngingetin lo aja kok. Lagian kalo lo perhatiin mereka berdua, mereka kayak ada hubungan gak sih?"

Nathan terdiam sembari menatap dua orang yang dimaksud Rey. Wajahnya menampakkan kekesalan. Apakah benar yang diucapkan Rey bahwa Revin dan Deina memiliki hubungan?

"Awas aja lo, Rev."

Malam hari pun tiba. Malam yang seharusnya terlihat sepi dan tenang, hanya ada suara burung hantu yang menemani kesepian dan ketenangan itu. Tetapi tidak untuk kali ini. Acara perkemahan pramuka yang diselenggarakan di hutan itu sangat ramai dan penuh dengan kebisingan orang-orang di sana.

Mereka berkumpul dan duduk menjadi lingkaran yang cukup besar. Kepala sekolah berada di tengah dengan sebuah mikrofon di tangannya. Beliau mulai dengan pembukaan dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan malam ini.

Revin, Deina, Nathan, dan Rey memandu kelompok mereka masing-masing. Mereka adalah Pasus atau singkatan dari Pasukan Khusus yang ditugaskan untuk untuk membimbing anggota pramuka yang baru. Mereka juga menjadi anggota pramuka.

Mulai dari pembukaan, api unggun, presentasi yel-yel tiap kelompok, dan masih banyak kegiatan lainnya.

Tak terasa 2 hari telah berlalu, acara perkemahan itu sudah berakhir. Pagi hari di mana para siswa anggota pramuka sudah pulang ke rumahnya masing-masing, terlihat dua lelaki yang sudah bersahabat sejak kecil itu memandang Revin yang sedang mengobrol dengan Deina dengan tatapan tajam.

"Gue gak ada liat lo deketin Deina tuh." ucap Rey sembari menaikkan sebelah alisnya pertanda bingung.

Nathan hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari Revin dan Deina. "Gak jadi. Tuh cewek barengan terus sama Revin, gimana mau deketin coba." jawab Nathan dengan raut wajah kesal.

"Yaelah, gimana sih? Katanya lo ada ide buat mereka."

"Udah ilang idenya gegara gak mood. Kalo dia gak nempel sama Revin mulu udah gue jalanin ide itu." ucap Nathan lalu menggendong tasnya untuk bersiap pulang. "Kalo aja dia nggak pindah ke sekolah ini, pasti gue udah jadian sama Deina dari dulu."

"Bener banget, harusnya gue yang ada disamping Revin."

Mendengar itu sontak membuat Nathan mengalihkan pandangannya pada orang yang baru saja mengatakan itu.

"Lo siapa dah? Nggak usah ikut campur urusan kami." ujar Rey pada perempuan yang tiba-tiba berada di tengah-tengah mereka. Perempuan yang dimaksud adalah Selena Daisy Elvaretta, sepertinya dia siswi baru di sini karena sebelumnya mereka belum pernah melihatnya.

Selena hanya terkekeh kecil dan mengulurkan tangannya pada Nathan. "Salken, gue Selena. Baru pindah ke sini seminggu yang lalu."

"Nathan." jawab Nathan singkat tanpa menerima uluran tangan perempuan itu, justru malah Rey yang menerima uluran tangan itu sambil tersenyum lebar.

"Nama aku Reyanzo, panggil aja Rey." ucap Rey tidak melepaskan tangannya selama beberapa saat.

Selena tersenyum kecil dan mengangguk. "Lumayan juga nama lo." ucapnya sebelum melepas paksa tangan mereka karena merasa sedikit risih. "Kenapa nggak dipanggil Yanzo aja? Jarang juga denger nama beginian."

Perubahan wajah pada Rey langsung berubah drastis menjadi tatapan antara malu dan marah. "Yanzo itu nama bokap gue, tega banget lo ngejek gue kayak gitu."

"Eh, sorry gue nggak bermaksud gitu. Gue kesini karena mau kasih kalian bantuan."

"Bantuan apa? Mau ngelabrak Deina lo?" tanya Nathan sedikit marah.

Selena menggeleng pelan dan berjalan sedikit maju mendekati Nathan, lalu berbisik di telinganya.

"Buat nyingkirin saingan lo."

TBC



Last 29 Day [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang