Part 8

12 3 0
                                    

                         |Last 29 Day|

•Happy Reading•

Cahaya pagi hari membangunkan para manusia untuk memulai aktivitasnya. Suara ayam berkokok menambah iringan dan suasana. Seorang remaja dengan beberapa luka lecet di tangannya terbangun dari alam mimpi. Mengusap kedua matanya untuk membiasakan cahaya matahari yang menyinari matanya.

"Arghh." Revin sedikit meringis tatkala luka lecet di tangannya terlihat cukup parah. Mari kita tebak, apakah luka lecet itu karena ulahnya sendiri? Orang gila mana yang menyakiti dirinya sendiri di saat kondisinya yang sedang terpuruk?

Tanpa menghiraukan lukanya, ia lekas berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Seusai mandi, ia terdiam sejenak. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ah iya sarapan. Pertanyaannya saat ini, ia sarapan dengan apa? Ia tidak membawa apapun selain perlengkapan pakaiannya. Baiklah, kita tunda dulu. Atau langsung berangkat ke sekolah saja? Nah, sepertinya itu ide yang bagus.

Melangkahkan kakinya ke luar kontrakan dan tak lupa mengunci pintunya agar tidak ada pencuri yang masuk. Memangnya kontrakan yang tidak berpenghuni selama puluhan tahun dan dipenuhi banyak lumut serta rerumputan liar seperti itu bisa dirampok oleh seseorang? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Baru saja sampai di koridor sekolah, ia sudah mendapatkan tatapan tajam dari seorang gadis yang menatapnya dari bawah sembari melipatkan kedua tangannya di dada.

"Di chat nggak dibales, di telepon juga nggak diangkat. Apa gue harus nyamperin ke rumah dan gendong lo dengan gaya koala?" Tanya Deina sembari memicingkan matanya.

"Gue bukan anak kecil yang butuh digendong." Jawabnya kemudian berjalan meninggalkan Deina. Namun, dengan sigap ia menarik lengan Revin membuatnya sedikit meringis.

"Lo anggap gue apa, sih?"

"Temen."

Tak terasa, hari mulai berganti sore. Disambut oleh matahari yang hampir tenggelam. Tentunya ada banyak orang yang menyukai hal itu.

Duduk di bangku halte bis dengan angin semilir yang menimpa rambutnya. Merenungkan segala sesuatu yang mungkin akan terjadi kedepannya. Jujur, ia sangat menyukai hal ini.

"Sendirian aja, Bro?" Oh ayolah, siapa lagi dia? Hancur sudah harapan kecilnya untuk menikmati kesendirian ini.

Merasa tidak dihiraukan, lelaki berseragam yang tertutupi jaket hitam itu lantas menepuk tangannya seolah sedang membunuh nyamuk yang berkeliaran.

"Serius lo nggak inget sama gue?" Tanyanya sembari mengulurkan tangan pada Revin. "Kairo, yang semalam bantuin lo buat ngusir maling."

Revin masih terdiam untuk mencerna dan mengingat-ingat lelaki ini. Ah benar, dia yang menolong Revin semalam. Ia juga heran mengapa bisa kontrakan yang sudah seperti rumah hantu itu bisa di rampok oleh seseorang. Untungnya Kairo yang rumahnya bersebelahan dengan kontrakan Revin dengan tepat waktu bisa menghajar dan mengusir maling itu. Namun naasnya, uang yang dicuri oleh maling itu masih terbawa dengannya. Sekarang ia hanya memiliki uang sekitar 80 ribu. Itupun belum tentu cukup untuk seminggu ke depan.

"Daripada diem dan nggak tau mau ngapain, mending ikut gue. Bakal gue ajak ke tempat yang udah pasti seru. Ada cewek juga di sana, siapa tau aja lo mau nge-teasing mereka." Tawar Kairo dengan seringainya.

Revin tampak heran dengan penawaran itu. Tanpa menunggu jawaban, Kairo langsung menarik paksa tangannya dan mengajaknya ke suatu bar.

Terlihat banyak orang yang mabuk akibat meminum itu. Bukan hanya laki-laki, melainkan juga perempuan yang mengenakan pakaian terbuka.

Last 29 Day [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang