Part 9

5 2 0
                                    

•Happy Reading•


"Datang ke sini atau dia akan jadi abu. Datang ke sini... Atau dia akan jadi abu?" gumam Deina yang masih bingung dengan pesan yang ia dapatkan dari seseorang yang tidak dikenali.

Membentuk ibu jari serta jari telunjuknya yang menjadi huruf V. Terlihat sangat berusaha memahami isi pesan tersebut.

"Kenapa orang itu nggak share lock tempat di mana dia nyembunyiin Revin dan cuma kirim pesan yang nggak bisa dipahami ini?" Deina semakin bingung saat ini.

"DUAR!"

krik krik...

"Kayak nggak ada kerjaan lain, Sha."

"Hehe, gabut nih. Lagian lo ngapain juga diem di sini sendirian?" tanya seorang gadis bernetra violet yang terlihat kecewa karena gagal mengejutkan temannya yang sok cool itu, padahal aslinya suka tantrum.

Deina memberikan handphonenya dan memberikannya pada Alvariella Elisha Ivory yang biasa ia panggil Isha.

"Maksudnya apaan dah? Emang lo disuruh pergi ke mana?"

Deina mengambil handphonenya kembali. "Makanya gue nanya, siapa tau lo tau siapa yang ngechat gue kayak gini."

"Lo aja nggak tau, apalagi gue." jawab Isha. "Tapi, nomornya kayak nggak asing bagi gue."

Isha merebut handphone itu dari Deina dan mencoba melihat nomor orang asing itu sambil mengingat-ingat.

Isha membulatkan matanya. "Orang ini... "

-----


Pusing dan lelah, itu yang ia rasakan saat ini. Mencoba membuka matanya untuk beradaptasi dengan tempat yang gelap. Setelah beberapa saat, ia terkejut dengan apa yang ada dihadapannya sekarang.

"Udah bangun, hm? Nyenyak nggak tidurnya?"

Revin tetap diam. Baiklah, sepertinya ia sudah pasrah sekarang. Bukan hanya Selena yang berada dihadapannya, Nathan, Rey dan Kairo juga berada di sini dengan posisi mengitari dirinya.

"Emang ada cowok selemah ini?" hina Rey tertawa keras melihat Revin yang tidak berdaya.

Selena melangkahkan kakinya dengan kedua tangan dilipat di dada. Mengusap rambut Revin dengan penuh kasih sayang, meski sebenarnya tidak seperti itu.

"Apa tujuan kalian melakukan ini?" tanya Revin lirih. Dirinya benar-benar mati rasa saat ini. Dengan kondisi kedua tangan dan kakinya yang terikat oleh tali, ditambah dengan luka di seluruh tubuhnya. Entah karena pukulan atau kekerasan lain dari mereka.

"Lo pengen hidup dengan tenang, kan?" Nathan maju selangkah agar lebih dekat dengan Revin. "Mau kita berempat habisin lo di sini dan saat ini juga, atau pindah sekolah?"

Pilihan macam apa itu? Mengapa Revin harus pindah sekolah? Padahal ia tidak pernah melanggar aturan apapun di sekolah.

"Gue suruh pilih, bukan diem." Nathan makin kesal sekarang. Seluruh cara telah ia lakukan agar Revin bisa pindah dari sekolahnya.

Dulu, lebih tepatnya saat masih duduk di kelas 10, Nathan adalah siswa terpopuler di sekolahnya. Hampir seluruh kalangan perempuan tertarik padanya, dari para siswi hingga para guru yang sudah bersuami. Disebabkan ketampanan dan bakatnya, ia selalu diincar para perempuan.

Namun, semua itu tidak berlangsung lama. Beberapa bulan setelahnya, terdapat seorang siswa baru, yakni Revin. Ia merupakan siswa berprestasi sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Mulai dari Cerdas Cermat, Olimpiade, bahkan pernah menjuarai beberapa lomba tingkat nasional. Tidak hanya itu, manik aquamarine dan wajahnya yang tidak kalah tampan dari Nathan juga menjadi ketertarikan para idola Nathan beralih pada Revin. Selain itu, sejak Revin pindah ke sekolahnya, Deina yang merupakan orang yang ia naksir selama ini juga mulai terlihat dekat dengan Revin. Meskipun Deina tidak pernah mencintai Nathan sama sekali.

Last 29 Day [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang