part 11

10 3 3
                                    


•Happy Reading•

Tanpa terasa, hari sudah menampakkan sinar mentari yang menandakan bahwa aktivitas manusia segera dimulai. Para orang dewasa akan memulai pekerjaannya dan siswa-siswi yang melanjutkan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Bagi sebagian siswa, sekolah adalah kegiatan yang membosankan. Begitupula dengan tiga lelaki remaja yang kini sedang menikmati secangkir kopi di kantin yang masih sepi. Tak lupa dengan beberapa kemasan rokok yang senantiasa dibawa.

"Gimana kemarin? Udah lo habisin kan?" tanya seorang lelaki yang baru saja meneguk kopinya dengan satu kali yang diletakkan di atas meja.

Salah satu temannya mengangguk sembari menyalakan rokoknya dengan korek. "Aman, sampe minta ampun tetep gue pukulin."

"Kalian yakin cara ini gak terlalu kasar?"

Mereka berdua terdiam, beberapa saat kemudian terdengar suara tawa yang keras dari keduanya.

"Lo kasian sama dia?" Nathan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Satu lagi, lo mantannya Selena dan pengen balikan sama dia, kan? Dulu, gue sering liat dia ngasih surat buat Revin di lokernya."

"Terus?"

"Lo tau isi suratnya apa?"

Kairo menggeleng. "Apa isinya?"

"Dia nyatain perasaannya lewat surat itu."

Kairo terdiam, lalu menatap kembali pada Nathan. "Maksudnya Selena naksir sama Revin?"

"IYA CUY!" Rey menggebrak meja membuat Nathan dan Kairo tersentak bersamaan, lalu menatapnya tajam.

"Hehe, sorry. Dia bahkan sampe ngasih cokelat, buku, dan hal lain yang Revin suka."

"Emang Revin suka cokelat?" Kairo bertanya.

"Mana gue tau, diterima aja enggak."

"Tujuan kalian ngasih tau gue tentang ini apa, sih?" tanya Kairo sekali lagi, merasa kesal dengan kelakuan dua temannya yang sengaja memancing emosinya.

"Biar--"

CTAS!

"Masuk ke kelas sekarang atau masuk ke ruang BK?"

Ketiganya langsung kabur dari amukan guru yang membawa rotan itu. Mereka tidak sadar bahwa bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Padahal mereka sudah berangkat lebih awal agar bisa nongkrong di kantin sebelum jam pelajaran.

---


"Baik anak-anak, siapkan selembar kertas untuk mengerjakan ulangan biologi. Saya akan membagikan kertas yang berisi soal-soalnya."

"Ulangan? OH, IYA ULANGAN!"

Satu kelas terpaku dengan suara Isha yang menggema.

"Saya udah kasih tau di pertemuan sebelumnya, keterlaluan kalau kalian lupa." ujar guru itu sembari membagikan kertas soal satu persatu pada setiap siswa.

Isha menghela nafas. Ulangan sudah dimulai dan terlihat sebagian siswa yang mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, ada yang mencontek, ada pula yang tidur padahal belum menyelesaikan ulangannya.

Lima menit setelahnya, Kaizar beranjak dari kursinya dan berjalan ke meja guru. Kemudian ia meletakkan lembaran ulangannya dan kembali ke kursinya.

Deina mengerjapkan matanya, tidak menyangka Kaizar bisa menyelesaikan soal-soal ulangan tersebut dalam waktu lima menit.

Kaizar hanya tersenyum tipis saat Deina menatapnya tanpa berkedip. Hal itu langsung membuat Deina memalingkan wajahnya dan kembali fokus pada kertas ulangannya.

---


"Muka lo kenapa? Habis berantem sama siapa? Udah diobatin belum?" Deina terus melontarkan pertanyaan ketika melihat wajah Kaizar yang penuh dengan luka lebam. Sebenarnya dia sudah melihatnya sejak tadi, namun Deina menahannya.

"Kamu gak ke kantin sama temen kamu?" tanya Kaizar mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Lagi dibeliin sama Isha." jawab Deina sambil meneguk botol minumannya sebelum kembali menatap Kaizar. "Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi, kenapa wajah lo luka kayak gitu?"

Kaizar terdiam sejenak. "Kemarin--"

"GUE ADA INFORMASI TERBARU, NIH!" Isha berlari menghampiri Kaizar dan Deina dengan napas terengah-engah.

"Mana pesenan gue?" tanya Deina.

Isha yang masih mengatur napasnya pun tidak terlalu mendengar pertanyaan Deina. "Pesenan? OH IYA, KETINGGALAN DI KANTIN."

Deina mendengus kesal. "Yaudah, nanti gue ambil sendiri. Lo mau ngasih tau informasi apa tadi?"

Isha terdiam, mencoba mengingat apa yang ingin ia katakan sebelumnya. "Aduh, apa ya?" Isha terus berpikir dengan keras. "NAH, UDAH INGET. Tadi waktu mau ke kantin langganan gue, Nathan sama Kairo berantem. Udah tau siapa yang menang 'kan?"

"Nathan?" tanya Deina.

"Bener banget." jawab Isha. "Kok langsung tau? Lo naksir sama Nath--EMHH!"

Deina pergi meninggalkan kelas setelah memasukkan dua bolpoin ke dalam mulut Isha.

"Itu orang salting apa gimana, sih?" kesal Isha setelah berhasil mengeluarkan dua bolpoin dari mulutnya.

Isha menghela nafas, matanya beralih ke Kaizar yang hanya diam di tempat duduknya. "Lo gak nyusul dia?"

Kaizar menggeleng dengan kepala. "Dia akan kembali ke sini dengan sendirinya."

Isha mengerutkan dahinya, bingung dengan jawaban Kaizar. "Oh, gue ngerti." Isha kembali mengamati Kaizar. "Kelihatannya lo mirip banget sama Revin, ya."

"Tidak." Kaizar menjawab. "Dia sudah tiada, sedangkan aku hanya siswa baru yang terlihat mirip dengannya."

"Tapi kalian mirip banget, apa jangan-jangan lo juga saudara kembarnya dia?" tanya Isha penasaran.

"Aku tidak memiliki saudara." jawab Kaizar lagi.

Isha tertawa kecil sebelum mengangguk paham. "Bercanda doang, mana mungkin lo itu Revin."

---


Seperti biasa, sore hari pun tiba. Siswa-siswi diperkenankan untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun, bukan berarti sekolah itu sudah kosong tanpa siswa-siswi yang sudah pulang. Masih terdapat beberapa yang menetap di sana, entah apa yang dilakukannya.

Jevin, salah satu siswa yang sedang berada di gerbang sekolah. Sepertinya dia sedang menunggu jemputan. Tentu kalian masih mengingat Jevin, bukan? Ya, ia adalah saudara kembar Revin.

Jevin menghela nafas, mungkin hari ini ia harus pulang dengan menaiki taxi lagi. Tak lama kemudian, matanya terpaku pada Kaizar yang baru saja keluar dari kelas. Ia menyipitkan matanya, seolah tidak asing dengan wajah seorang lelaki yang ia perhatikan.

"Woi, ke sini sebentar." panggil Jevin untuk mencoba memandangi Kaizar lebih dekat.

Kaizar mengangguk, lalu berjalan ke arah Jevin. "Ada apa?"

"Siapa nama lo? Murid baru, ya?" tanya Jevin.

"Rezvan Elvino Kaizar, bisa dipanggil Kaizar." jawab Kaizar.

Jevin terdiam sejenak, ia melihat sesuatu yang tidak asing dari Kaizar. "Kenapa muka lo mirip banget sama gue?"

"Aku tidak tahu." jawab Kaizar lagi.

Jevin berdecak kesal. "Lo orang mana sih? Omongan lo formal banget."

Kaizar hanya tersenyum tipis, lalu berjalan meninggalkan Jevin yang diam terpaku di sana.

TBC


Thanks buat yang udah baca sampe sini ya! Maafkan authormu yang pemalas ini sampe lupa kalo punya book lumutan karena belum update. Maaf juga karena alurnya ga jelas dan muter-muter. Maklum masih pemula, hehe.

Buat yang penasaran Kaizar itu sebenernya Revin atau bukan, ikutin terus sampe ketahuan ya! ٩( ᐛ )و

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last 29 Day [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang