Suara ambulan terdengar di sebuah jalan perkotaan. Tepat di daerah District Gangnam, Kota Seoul.
Darah berceceran dimana-mana terutama di salah satu mobil bermerek BMW tipe sedan i5, berwarna sapphire black. Pembantaian itu terjadi dekat dengan GLAD Gangnam COEX Center.
Polisi langsung datang begitu seseorang menelpon. Begitu juga dengan seorang pria bersurai coklat yang tergesa-gesa berlari menuju tempat kejadian. Matanya sudah menumpahkan semua isinya.
"Hey, cepat! Ibu ini pingsan!"
"Di sini juga! Pria ini terluka parah!"
Kepala kepolisian hadir menyaksikan kejadian itu. Dirinya menoleh ke salah satu mobil yang sedari tadi menganggu pengelihatannya. Kaca sampingnya pecah, menjadi pecahan-pecahan kecil yang siap melukai siapa saja yang menginjaknya. Juga darah segar yang setetes dua tetes keluar dari bagian bawah pintu mobil. Dia bisa membayangkan bahwa korbannya terluka parah dan kehilangan banyak darah.
"Apakah ini bisa di artikan sebagai terorisme." Dirinya bergumam dan melihat ke arah lain, tepat melihat ke arah gedung hotel yang agak jauh dari sana. "Apakah sejenis sniper?" Kemudian polisi itu memanggil rekannya.
Even you don't love me
Chapter; 1 (one)Sirine ambulan mengharuskan semua orang untung menyampingkan kendaraan yang mereka tumpangi. Bagaimana tidak, Ambulan itu sedang membawa pasien dalam kondisi kritis.
Masker oksigen di pasang di mulut sang korban agar dirinya tetap bernafas. Luka di kepalanya yang di tahan oleh kain putih supaya tidak mengeluarkan cairan merah lebih banyak. Dan jemari kecilnya yang di genggam dengan erat.
"Kumohon bertahanlah sebentar saja .."
•
"Pasien kritis! Pasien kritis! Dokter cepat!"
Perawat itu berteriak sembari mendorong Stretcher dengan cepat."Ruang ICU!"Dokter datang dengan tergesa-gesa. Meskipun tak sempat memakai masker juga sarung tangan, tapi pada akhirnya memakainya di tengah jalan, bergegas menuju ruang ICU.
"Felix... Felix..." Suaranya gemetar.
"Biarkan aku masuk ke dalam!!!" Dirinya memaksa masuk. Akan tetapi para perawat menahan tubuhnya."Tolong tenang pak!"
"Oppa!" Seorang gadis memanggilnya. Tapi dirinya tak merespon bahkan tidak mengetahui kedatangan sang adik. Perawat menyadari hal itu, dan langsung melepaskan tubuh hyunjin.
"Tenanglah.., dia akan baik-baik saja" Ujarnya berniat untuk menenangkan kakak laki-lakinya. Sembari mengelus punggung sang kakak yang kini tumbang, bersujud di depan pintu ruang ICU yang baru saja tertutup.
Rumah sakit sedikit riuh. Siaran televisi menampilkan informasi terbaru tentang kejadian di district Gangnam. Banyak korban terluka bahkan mati di tempat karna aksi itu. Dan sialnya, kekasih yang ia cintai juga menjadi korban.
"Minumlah, tenangkan dirimu" ujarnya sembari memberikan sebotol air mineral. Tapi ia tak menerimanya. Matanya menatap kosong, seolah dunia telah kehilangan warna.
Dokter keluar setelah beberapa saat. "Anda wali pasien?" Tanyanya kepada gadis yang bernama Yeji itu.
"Ya, saya" Ujarnya tegas. "Karna pasien harus segera di operasi, kami harus mendapat izin dari pihak kelua-"
"Lakukan. Lakukan saja" Potongnya cepat.
"Tetapi, kemungkinan besar dia akan koma"
Yeji berpikir sejenak. Melihat Oppa-nya yang sedang terduduk, hanyut dalam pikirannya sendiri.
"Tidak akan mati kan? Lakukan saja. Asal dia tetap hidup" Pria kecil itu tidak boleh mati.
"Baik" Pria berjas putih itu menunduk dan kembali masuk untuk melakukan operasi. Mengeluarkan komponen amunisi senjata api yang di tembakan dari laras senapan yang tertancap pada kepalanya.
"Lakukan operasi. Cepat!".
Dirinya menghela, "aku akan pergi sebentar" Dan gadis bersurai orange itu pergi.
—
Di sinilah Hyunjin berada. Di ruangan bernuansa putih dengan seorang pria yang ternyata seorang dokter yang baru saja mengoperasi kekasihnya.
"Kepalanya mengalami pendarahan pada kepalanya akibat luka tembak yang cukup dalam. Tengkorak nya sedikit retak, Syukurlah dia tetap hidup meskipun sempat kritis. Kita sudah melakukan yang terbaik" Jelasnya.
"Anda tidak boleh menjenguknya sampai esok hari datang"
"Baiklah" Ia menghembuskan nafas panjangnya. Sudahlah, yang terpenting kekasihnya telah selamat. Meskipun koma dan tidak tahu kapan dia akan bangun. Dirinya lega. Lega karna sang kekasih tidak meninggalkannya.
Hyunjin kembali ke perusahaan dengan terburu-buru karna ada meeting yang sempat tertunda. Sepuluh panggilan tak terjawab dari sekertaris juga ayahnya.
'Sial, bisa saja dia datang seenaknya ke perusahaan' Benak si tampan yang langsung berlari masuk ke dalam kantornya.
Kacau. Itulah kata yang mendeskripsikan kondisi perusahaan saat ini. Hyunjin benar, saat ini kedatangannya telah di sambut oleh sang ayah yang berdiri tegak layaknya seorang tentara China. Dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada, mimik wajah yang tampak kesal pada sang anak, membangkitkan aura menyeramkan sekaligus terlihat konyol di mata Hyunjin.
"Darimana saja kau" Ujarnya tanpa basa-basi. Terdengar mengintimidasi, namun sang anak tak segera memberi jawaban.
"Aku bertanya kau-" Hyunjin melangkah pergi. Dirinya sangat malas untuk berdebat setelah kejadian yang ia alami tengah hari tadi.
Tidak tahan di abaikan. Pria tua itu menghampirinya dan rasa panas pun menjalar di seluruh wajahnya. Dia di tampar. Sebagian karyawan tak berani mengangkat kepalanya dan terus menunduk. Sebagian juga menganga melihat kejadian itu dan langsung di beri tatapan tajam dari Tuan besar Hwang.
"Jika marah jangan mempermalukan diriku di sini" Ujar Hyunjin dengan tatapan tak kalah dingin sembari mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. "Ikut ke ruangan ku. Tampar aku sebisamu di sana. Sampai tanganmu patah aku juga akan melayaninya. Dasar brengsek" Pembuluh darah seketika mengepul di dahinya.
Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Even You Don't Love Me /Hyunlix, BL/
RomanceBerawal dari obsesi seorang model muda pada seorang Hwang Hyunjin. Bxb, Gay, Homo area⚠️ DON'T REPORT ⚠️ Murni pemikiran author! Alurnya sedikit pasaran jadi maklum aja kalo bosan tengah jalan. Dom: Hyunjin Sub: Felix