"Felix...?" Panggil wanita tua di ambang pintu.
Nafasnya tersendat-sendat mencari udara yang tak lagi manis. Matanya menatap kosong, seolah dunia telah kehilangan warna. Setiap tetes adalah racun, menggores pipinya yang pucat pasi seperti porselen retak, meninggalkan bekas luka yang tak akan pernah sembuh. Aliran air mata itu bukan sungai kecil nan tenang, tapi arus deras penuh amarah dan rasa kecewa, menghanyutkan serpihan-serpihan dirinya yang telah hancur.
3 hari 2 malam Felix menangis, namun tak menunjukkan tanda-tanda bahwa laki-laki itu akan berhenti. Bahkan air matanya pun sudah hampir kering.
"Astaga, ini bukan waktunya menangis. Apa kau tidak tidur lagi karena menangis semalaman? " Ujar sang perawat saat memasuki ruangan sembari mendorong troli yang mengangkut makanan di sana. Sang empu hanya terdiam, menatap jendela kaca yang menampilkan indahnya surya di sana.
"Felix, cukup fokus pada dirimu sendiri oke? Sekarang saatnya makan sayang, apa kau tidak lapar?" Tanya yang lebih tua, menenangkan Felix agar melupakannya dan kembali fokus pada tubuhnya yang masih lemah.
Sejujurnya Felix merasa bersalah karena telah mengusir pria itu dengan lantangnya. Namun ia menepis rasa bersalah itu.
"Bibi," panggil sang pasien.
"Iya sayang?" Jawab sang perawat seraya tersenyum.
"Kenapa dia tidak kembali?" Felix bertanya dengan nada polosnya. Kepalanya menoleh pada sang perawat, bertanya penasaran.
Helaan napas terdengar. "Sudah ya .... sarapan terlebih dahulu, dan mari jalan-jalan ke luar untuk melihat air mancur, kau pasti sudah bosan dengan ruangan ini kan?" Tawar yang lebih tua sembari tersenyum, di balas anggukan kepala oleh yang lebih muda. Pada akhirnya Felix memakan bubur hambar itu, dan setelahnya, ia langsung keluar untuk jalan-jalan sekedar menikmati udara segar dan matahari yang cerah di pagi hari ini.
"Lihat! Bukankah baju ini terlihat lucu!? Menggemaskan! Apakah ini bagus???" Tanya si gadis dengan mata berbinar. Mendekatkan ponselnya tepat di wajah Hyunjin.
Pria itu menghela napas jengkel, "aku tidak tau." Jawabnya dengan nada frustasi. Dirinya sangat pusing sekarang. Mengingat pekerjaannya yang semakin menumpuk, membuatnya tak mempunyai waktu walaupun sebentar saja. Klien terus-terusan protes dengan hasil kerjanya.
Gadis itu cemberut menandakan kecewa akan jawaban yang pria itu berikan. "Hyunjin, aku jadi ingin makan eskrim dengan taburan bawang goreng!" Ujarnya antusias, mencoba menarik perhatian sang empu dari laptopnya sembari membayangkan betapa nikmatnya eskrim dengan taburan bawang goreng itu. Hyunjin mendelik, makanan macam apa itu?
"Tangan, kaki, serta matamu masih lengkap Ye Tak. Jika tidak penting, pergi. Jangan menganggu pekerjaanku karena hal konyol yang kau ucapkan dari awal kau datang kesini." Hyunjin kembali menghela napas panjangnya. Sungguh ia semakin pusing karena permintaan 'konyol' gadis itu. Ayolah, Hyunjin sudah muak akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Even You Don't Love Me /Hyunlix, BL/
RomanceBerawal dari obsesi seorang model muda pada seorang Hwang Hyunjin. Bxb, Gay, Homo area⚠️ DON'T REPORT ⚠️ Murni pemikiran author! Alurnya sedikit pasaran jadi maklum aja kalo bosan tengah jalan. Dom: Hyunjin Sub: Felix