2. Teman, mungkin?

199 27 9
                                    

Keesokan harinya Hyunjin langsung menjenguk Felix, Sang kekasih. Meskipun hanya sebentar, Dia tetap senang karena masih dapat melihat kekasihnya.

Pria bersurai hitam itu bangkit, Melamun sejenak untuk mengamati wajah manis malaikatnya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Lengkap dengan selang-selang yang di pasang di tubuhnya.

Monitor detak jantung yang berbunyi setiap saat membuat Hyunjin merasa takut entah kenapa.

"Cepatlah sadar, aku merindukanmu," Dengan khilaf pria itu menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah manis si manis. Samar-samar dirinya tersenyum. Sangat ingin mencuri kecupan di bibir pucat itu.

"Aku akan kembali lagi nanti malam, sampai nanti." Ujarnya yang tak mungkin di dengar oleh Felix. Hanya berharap agar si manis cepat sadar dan kembali pulih sepenuhnya.

Pintu ruangan itu pun di tutup kembali. Hyunjin pergi. Kembali terdengar suara dari alat pendeteksi detak jantung yang berbunyi setiap detiknya.

Menyeramkan.

"Sudah selesai?" Tanya seorang gadis yang langsung mendekatinya usai keluar dari ruang ICU. Yang di tanya hanya mengangguk menandakan iya. "Maaf melibatkan dirimu, tapi kau harus benar-benar menjaga Felix."

"Jangan khawatir, dia aman bersamaku." Itu sang adik. Kalau kau lupa, Dia Hwang Yeji.

Dengan effort gadis itu menyamar sebagai pihak rumah sakit agar bisa lebih leluasa menjaga Felix. Berbekal pengalaman bela diri dan pistol di balik bajunya, cukup mudah melawan 'orang' yang bisa saja di kirim untuk menyakiti kesayangan Hyunjin.

Ingin membuat si tampan hancur se hancur-hancurnya menggunakan si manis sebagai korban. Bukan lemah, Akan tetapi jika ada kaitan dengan sang kekasih ia menyerah.

Felix adalah belahan jiwanya.

Separuh nafasnya.

Tali Jiwanya,
Belahan Dirinya,
Biji Matanya,
Bunga Hatinya,
Kesayangannya,
Mahkota Hatinya,
Mahkota Jiwanya,
Tali Hatinya,
Tangkai Hatinya,
Tali Jantungnya,
Tali Nyawanya,

Dan sebagainya.

Pria itu sangat berterimakasih karna sang adik bersedia menjaga kekasihnya.

"Cosplay yang bagus." Ucap sang kakak melihat penampilan yang sangat berbeda dari Yeji. "Terimakasih. Ryunjin membantuku untuk ini, Beri dia uang juga." Dirinya hanya bisa mengiyakan.

Melangkah pergi, Kembali ke perusahaan-nya untuk bekerja dan kembali lagi ke rumah sakit malam nanti.

Fyi. Ryunjin adalah teman sebaya Yeji sejak SMP yang membuat mereka berdua sangat dekat dan terbuka satu sama lain. Bahkan Yeji pun tak segan-segan mengatakan rahasia gelap keluarganya ke Ryunjin.

Even you don't love me
Chapter; 2 (two)


Akhirnya pria Hwang itu sampai di 'Hjlee company' perusahaan besar warisan kakeknya yang mulai berkembang pesat semenjak 6 tahun terakhir. Tentu saja karena usaha dan jerih payah Hyunjin.

Dirinya masuk kedalam dan di sambut hangat oleh para karyawan dan rekan-rekannya. Namun sang CEO hanya acuh tak acuh mendengar sapaan mereka, dan jelas itu sangat mengganggu indra pendengarannya.

Pria itu berjalan menuju lift yang tidak sembarangan orang bisa masuk -Atau lebih tepatnya lift pribadi- Menekan angka 20, Menunggu sembari memainkan benda hitam pipih di tangan kanannya. Memeriksa notifikasi yang datang satu persatu. Kadang penting kadang juga tidak berguna.

Sampai di ruang kerja pria itu langsung melepas mantel hitam yang ia pakai dan mendudukkan diri di kursi kebesarannya. Jemari kekar mengambil sebuah kacamata dengan frame tipis berwarna gold, Dan memakai benda itu. Mulai memeriksa satu per satu dokumen yang tertata rapi di atas meja.

Sejenak dirinya berhenti saat mendengar suara pintu yang di ketuk oleh seseorang. "Masuk." Titah Hyunjin dingin. Sesaat setelah dirinya mengatakan itu, Seorang pria yang merupakan sekertaris-nya masuk.

Pria itu membungkuk sopan. "Selamat pagi, Tuan Hwang." Jari telunjuk membenarkan kacamata. Hyunjin berdehem, "Pagi."

"Pertemuan selanjutnya akan di laksanakan pada Sabtu mendatang bersama anda. Tuan Seo sedikit kecewa karena bukan anda yang datang, Melainkan tuan besar Hwang. Jadi akan di adakan rapat ulang dengan anda."

"Baiklah, Aku mengerti." Pria Lee itu membungkuk sopan, Lalu pergi dengan tenang.

"Ckk! Tuan besar Hwang kau bilang?" Hyunjin terkekeh. "Tiga kata lucu." Pria itu pun kembali mengerjakan tugasnya.


Lampu merah menghentikan laju kendaraannya. Jemarinya bermain dengan stir sesekali membesar kecilkan musik yang sedari tadi ia putar.

"And if I may just take your breath away~,
I don't mind if there's not much to say~,
Sometimes the silence guides a mind~,
To move to a place so far away~" Mulutnya ikut serta bernyanyi.

Lampu kembali hijau. Kendaraan roda empat itu kembali melaju ke tempat yang ia tuju. Sampai pada suara berisik rumah sakit yang menyapa pendengarannya. Berjalan ke arah resepsionis yang tengah bergosip ria bersama rekan sebayanya.

"Permisi" Suara jantan dengan senyum manis yang menarik perhatian sang resepsionis. "Ada yang bisa saya bantu?" Ujarnya sedikit menggoda. "Apa pasien bernama Felix Lee di rawat di sini?" Tanyanya tanpa basa-basi.

"Tunggu, Saya akan memeriksanya sebentar" Jemari lentiknya mulai mengetik nama yang di sang pria. "Sepertinya masih berada di ruang ICU. Kalau boleh bertanya anda siapanya pasien Felix Lee?"

"Teman mungkin?" Gumaman akhir kata dengan senyuman miringnya.

Next!

🌷


Note: Sorry author ga baca ulang. But I hope you still enjoy it~

Jangan lupa vote komen♡♡

Even You Don't Love Me /Hyunlix, BL/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang