•ꩇׁׅ֪݊ ɑׁׅᥣׁׅ֪ɑׁׅ݊ꪀᧁׁ• ҽթs ᴠɪɪ

84 72 3
                                    

ʜᴀɪ ᴋᴀᴋᴀᴋ ᴘᴀʀᴀ ʀᴇᴀᴅᴇʀs sᴇᴍᴜᴀ, ᴋᴇᴍʙᴀʟɪ ʟᴀɢɪ ᴄᴇʀɪᴛᴀ "ᴍᴀʟᴀɴɢ" ᴅɪʟᴀɴᴊᴜᴛᴋᴀɴ ʟᴀɢɪ.

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇɴɪᴋᴍᴀᴛɪ.
***

Masa ketika semuanya harus berangkat ke sekolah, para pelajar harus mau tak mau menuntut ilmu kembali, walau hati mereka belum sepenuhnya terbuka untuk diam dengan betah di kelas.

Termasuk sekarang dengan Inarya, ia mengeyel tidak ingin berangkat sekolah, akibatnya adalah, ia ingin mendampingi pasangannya yg masih harus di rumah sakit.

Namun, dengan paksaan dan suatu bentakan dari seorang Felix, akhirnya Inarya bisa menurutinya juga.

Pada di koridor kelas, semua orang menatap dirinya dengan tajam dan seolah tak suka dan benci terhadapnya.

Tetapi, ia biarkan dan tak hiraukan orang-orang itu yg memandang dirinya hingga Inarya sendiri sangat tidak nyaman dan merisihkan dirinya.

Namun, lama-kelamaan, ia tidak bisa membendung itu, sahabatnya yg berada di samping sedari tadi, fokus pada handphonenya, tidak sadar akan orang-orang yg menatap dirinya.

"Del, orang-orang kenapa, natap gue kayak gitu, emang di wajah gue ada yg beda" tanya Inarya kepada sahabatnya itu, sehingga Fidelya sendiri otomatis menoleh pada Inarya.

Fidelya menatapi semua manusia di sekitar sana yg di maksud oleh sahabatnya, benar saja makhluk sosial itu tengah menatap keduanya, lebih besar menatap sahabatnya.

"Mungkin lo pake bedaknya menor" celetuk Fidelya fokus kembali pada handphonenya.

"Masa sih, gue itu jarang pake bedak atau makeup, bahkan hampir gak pernah" sahut Inarya memang kenyataannya begitu.

"Ya... gue gak tau" ucap kembali Fidelya.

"Udah, gak usah diambil pusing, nanti juga jenuh sendiri liat lo kayak gitu" kata sahabat Inarya tak ingin ambil pusing.

Dengan Inarya sendiri pun hanya mengangguk-angguk saja, ia memfokuskan diri kembali dengan jalanan, walau dirasa masih tak nyaman atas situasi seperti ini.

Ketika akan masuk ke kelasnya, seseorang dengan terburu-buru menghampiri Inarya dan lalu mendorongnya dengan keras ke tembok.

"Yg bener aja, lo, kalau mau gabung, ya, gabung aja, jangan nyampe nyelakain cewek gue segala" kata seseorang cowok membentak dirinya.

Ia mengerutkan keningnya, tak paham, tak mengerti apa yg disebut oleh cowok didepannya yg menatap dirinya tajam.

Melihat sahabatnya di perlakukan dengan tidak enak, Fidelya beraksi, ia mencoba membantu membangunkan sahabatnya.

"Lo gak apa-apa" tanya Fidelya di jawab dengan gelengan kepala oleh Inarya.

"Lo apa-apaan sih, dorong-dorong temen gue, ada masalah apa sebenarnya" ujar Fidelya kepada sosok cowok yg tiba-tiba mendorong Inarya.

"Dia..udah nyelakain cewek gue, sampe harus di rawat di rumah sakit" kata si cowok dengan tajam dan menunjuk kearah Inarya.

Fidelya dan orang sekitar tercengan mendengar yg diucapkan oleh cowok yg mengatakannya barusan.

"Itu bener, Nay?" tanya Fidelya ingin mendapat jawaban dari mulut Inarya, walau telah terdengar kabar dari orang lain.

Inarya menggeleng cepat, "Nggak, gue gak lakuin itu, kapan gue gabung sama cewek dia, gue tiap waktu bareng sama lo, kan."

"Terus apa yg kemarin lo lakuin? Mimpi? Halusinasi?" bentak kembali cowok didepannya itu.

"Rakeena" gumam gadis itu pelan.

MALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang