•ꩇׁׅ֪݊ ɑׁׅᥣׁׅ֪ɑׁׅ݊ꪀᧁׁ• ᥱ⍴s xᴠɪɪɪ

8 5 7
                                    

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚.

𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐞𝐣𝐚𝐤, 𝐲𝐚 :)

****

Seketika telah hinggap di rumah Felix setelah dari rumah sakit, perempuan cantik itu baru saja tiba langsung disuruh membersihkan rumah yg megah itu.

Dan itu suruhan dari Felix, ia tidak bantah, semasih hati dan matanya tertutup oleh kata yg bernama 'cinta'.

"Lo ngertiin dong, Naya baru pulang dari rumah sakit, terus lo langsung nyuruh dia, hebat lo, cowok pengertian"  ujar Fidelya menyuruh Inarya untuk meletakkan sapu.

"Jangan bersihin, lo lagi sakit" cakap Fidelya kepada sang sahabat dan mencoba kembali mengambil alih peralatan tersebut, tapi masih ditahan.

"Tapi, rumahnya kotor, gue harus bersihin dulu, kasian Felix, kalau nanti ada temennya ke sini" tutur wanita tersebut.

"Lo kasian sama dia? Emang dia pernah kasian ke lo? Cuma sekali aja dia pernah gak kasian sama lo??" tanya Fidelya geleng-geleng kepala atas keras kepala seorang Inarya.

"Udah, lepasin benda itu, dan lo istirahat ke kamar, sebelum lo turutin dan sayang sama orang, lo harus nurutin dan sayang sama diri lo sendiri dulu" kembali Fidelya mengucapkan suatu kata-kata.

Saat ini, Inarya terlihat bagai tengah berpikir, begitu sama dengan sosok Felix, ia merenungi kata-kata yg terlontar dari mulut sepupunya.

"Tapi-"

"Lo ke kamar aja" kini suara Felix terdengar oleh kedua perempuan di sana.

Inarya menoleh kearah Felix, dan hendak bertanya, "terus ini gimana-"

"Lo ke kamar aja!" tekan Felix.

Diangguki oleh Inarya dan dituntun oleh Fidelya menuju ke kamar si gadis, akan kondisi yg dipikiran Fidelya, kalau Inarya belum sembuh betul.

Dan, seorang Felix hanya memandangi belakang punggung kedua gadis tersebut yg perlahan menghilang beserta ditemani oleh pikiran-pikirannya.

***

"Del, makan dulu, dibawah udah disiapin" cakap Inarya memunculkan wajahnya untuk memberitahu pada sahabatnya.

"Hm, bentar lagi, lo duluan aja" balas orang yg menjadi lawan bicara si gadis yg ia pun menganggukkan kepalanya.

Inarya berjalan ke arah meja makan untuk melakukan hal-hal yg harus dikerjakannya, bagai seperti seorang pembantu. Pembantu tanpa bayaran.

"Delya, nanti nyusul katanya" ucap dirinya untuk Felix yg dijawab dengan singkat.

"Ini yg masak lo?" tanya Olindo yg juga nimbrung di meja makan yg biasanya selalu makan tengah malam.

"Iya, moga suka, ya" sahut Inarya memberikan senyuman pada cowok tersebut.

"Yaelah, Nay, tiap hari juga kan, gue makan masakan lo, kenapa baru kali ini ngomong gitu nya" ujar si Olindo itu yg dibuat kekehan oleh Inarya.

"Masakan lo gue nilai deh, biar seneng, 1 dari banyaknya angka" ucap Olindo dengan keras mengucapkan kata ujungnya.

"Apa yg angkanya banyak??" tanya Inarya polos tak mengerti.

"Kan gue ngasih nilai ke lo, itu nilainya, 1 dari banyaknya angka" kembali sungutan dari cowok bernama Olindo itu.

"Emang angka yg paling banyak berapa??" lagi-lagi kembali cewek tersebut bertanya dengan tampang tak paham.

Olindo menggaruk tengkuknya yg tak gatal, "gak tau, bukan ahlinya hitung-hitungan" cakap Olindo dibuat pelan.

MALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang